Chapter 18

8.3K 1K 180
                                    

Happy reading 💜


| | |


"Bunda, ini Arras."

Megan terpaku setelah berusaha berpikiran positif, mungkin saja ini bukan Arras yang itu. Ia pun berbalik dan melihat wajah Arras. Megan terdiam dengan mata yang berkaca-kaca membuat semua orang bingung melihatnya. Ternyata benar, ini Arras yang itu.

Megan menghela nafas sambil memandang Arras dengan lekat. Wajah itu benar-benar menyakitkan. Megan tidak tahan, seolah wajah Arras adalah pintu masuk ke dalam masa lalunya yang kelam bersama Dimas dan Marsya.

Maka tanpa pikir panjang lagi, ketika emosi sudah berkumpul di ubun-ubun Megan berdiri dari duduknya, menarik tangan kecil Fio lalu meraih koper kecil yang masih berada di dekat televisi beserta tas miliknya.

Semua orang jelas bingung atas sikap Megan yang berubah drastis seperti itu.

"Bunda mau kemana? Kita mau makan malem kenapa .... "

Ucapan Gavin terhenti saat Megan mencium keningnya bergantian dengan kening Marcell.

"Maafin bunda Gavin, bunda harus pulang. Karena bunda tidak bisa terus terbayangi sama masa lalu bunda karena melihat adik kamu," ucapnya kemudian pergi.

"Bunda!! bunda!!" pekiknya,

"Argh sialan, semuanya kacau!!" Gavin marah, ia pergi ke kamarnya setelah melihat kepergian Megan begitu saja.

Reza tak bisa berbuat banyak, ini pertama kalinya ia bertemu dengan ibu dari adiknya itu, dan ia tak menyangka akan berakhir seperti ini.

Marcell yang sudah tahu akan seperti ini jadinya, ia hanya bisa pasrah.

"Maaf bikin suasana kacau,  kalian lanjutin aja makan malamnya, aku harus bicara sama Gavin," ucap Marcell dan berlalu.

Kini tinggal Reza, Regan, Al, El, dan Arras yang juga terdiam mematung. Sungguh, Arras tidak paham dengan apa yang terjadi.

"Sini dek, kamu pasti kaget minum dulu nih," Regan memberikan segelas air putih pada sang adik. Arras pun menerimanya dan meminumnya.

"Kamu takut? Muka kamu sampe pucet gitu, udah gak apa-apa nanti kita bicarakan ini baik-baik," ucap Reza setenang mungkin.

Arras masih diam, dalam pikirannya ia bertanya-tanya apakah ibunya begitu jahat sampai Megan tak suka dengan kehadirannya? Arras benar-benar dibuat pusing.

"Gara-gara lo Ras, bunda Megan itu sakit hati sama bunda lo makanya beliau gak bisa liat muka lo. Kayaknya kalo bunda Safira masih hidup, sikapnya gak akan jauh beda sama bunda Megan," ujar El sarkas.

Sedikit banyak Arras mengerti. Bisa di bilang bundanya merebut Dimas dari bunda-bunda mereka. Tapi apa bedanya? Bunda mereka juga merebut Dimas dari  bundanya Reza dan Regan 'kan?

Al diam karena memang kenyataannya seperti itu.

"Jangan lupain bunda Raline, ingat bang El. Dari semua istri ayah harusnya bunda aku yang paling tersakiti, tapi beliau sabar. Karena itu jangan merasa paling benar disini," ucap Regan agaknya ia merasa sedikit kesal.

Telak El bungkam dibuatnya.

"Sudah-sudah, jangan di perbesar. Ini satu hal kecil yang sebenarnya bisa di bicarakan baik-baik. Jangan sampe karena hal ini tali persaudaraan kita jadi renggang." Reza akhirnya menengahi.

"Lebih baik kita makan duluan, abang yakin Marcell sama Gavin masih belum mau makan, mereka butuh waktu." Reza menambahkan dan di angguki semuanya. Kecuali Arras dia hanya menundukkan wajahnya. Sambil sesekali mengusap matanya yang berair.

Our Little Brother [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang