"Memahami apa yang kau pikirkan mungkin serumit rumus fisika, sepanjang jalan matematika, dan semenjebak kata bahasa."
》Devano《Pria berstelan formal mendekatiku. "Apa anda tuan Devano?" tanya pria itu.
Kuanggukkan kepala dan dia menyuruhku mengikutinya. Aku menyeret koperku yang lumayan besar mengikuti pria asing yang berjalan di depanku.
Ia mengambil alih koperku dan memasukkannya dalam bagasi mobil.Aku sedikit bimbang mengikuti pria ini, aku jelas tak tahu kemana ia akan membawaku pergi.
Dentingan notifikasi membuatku memeriksa handphone, pesan dari ibuku terlihat. Ia mengatakan agar aku mengikuti pria yang bersetelan formal dengan rambut klimis bernama Holan. Aku melihat ke arah pria tadi.
"Namaku Holan Prims, tuan," ucapnya seakan tahu apa yang ingin kutanyakan padanya.
Aku masuk setelah Mr.Holan menyuruhku. Ia segera mengemudikan mobil dan menyisir jalan, cukup 15 menit aku berada di mobil, dan kini aku turun disebuah rumah yang besar.
Ini lebih mirip sebuah mansion kakek daripada rumah sederhana yang pernah ibuku katakan. Aku memasukinya diikuti Mr.Holan dibelakangku. Pintu terbuka dan terlihat seorang wanita yang sepertinya sedikit lebih tua dari ibuku lengkap dengan pakaian maidnya menundukkan kepalanya.
Aku berjalan menuju arahan dari wanita tadi. Ibuku terlihat berbicara dengan pria yang sudah renta, ia mengisyaratkan agar aku duduk dan mengucapkan salam kepada pria itu.
"Selamat pagi ... tuan," ucapku sedikit ragu.
Pria itu berdiri perlahan dan berjalan ke arahku. Ia memelukku begitu erat, sampai aku tak dapat bernapas dengan leluasa.
"Devan, ia kakekmu," ucap ibuku. Astaga, jadi ini kakek dari pihak ibuku? Aku membalas pelukan hangat pria yang menjadi kakekku itu.
Kakek melepaskan pelukannya, dan kembali duduk di sofa. "Kau sudah besar, Devano," ungkapnya.
Aku tersenyum canggung menanggapinya. Bila kuhitung, sudah 10 tahun aku tidak bertemu dengannya. Ibuku selalu sibuk hingga aku tak dapat ke distrik ini, aku jadi lupa wajah tegas dari pria yang selalu kuidolakan ini.
Kami berbincang seputar dengan kenangan dulu, bagaimana kehidupan sekolahku, dan bagaimana kehidupanku. Ibuku kembali sibuk dengan urusannya ketika menerima kembali telphone.
Kakek istrahat setelah kami makan siang. Aku memutuskan untuk mengelilingi mainson ini, terdapat beberapa ruangan yang tak bisa kumasuki diantaranya laboratorium dan sebuah perpustakaan.
Aku penasaran apa isi perpustakaan itu hingga aku tidak diperbolehkan masuk.
Ah, berada disini saja membuatku bersyukur, kenapa ingin lebih?
***
"Namaku Devano Christan Dee, pindahan dari distrik 7."
Lagi-lagi aku berdiri di depan kelas yang terasa asing dan memperkenalkan diri.
Seperti biasa, sang guru akan bertanya pada murid yang ada dihadapan kami, "ada yang ingin bertanya?"
Dan lagi, sesuai dugaanku, mereka mempertanyakan hal yang sama.
"Nomor ponsel Devan, dong."
"Pin BBM-nya apa?"
"Sudah punya pacar belum? Aku mau dong jadi calonnya."
Sudah jelas bukan teriakan dan suara itu dari kaum mana? Aku sendiri hanya tersenyum menanggapi pertanyaan yang jelas privasi itu.
Guru yang bernama Hendrawan itu mempersilahkanku duduk di meja yang kedua bangkunya itu kosong dan meninggalkan kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
La Luna (duee)
Mistério / Suspense15+ 》》》《《《 Luna. Gadis pendiam itu selalu menarik perhatianku. Dengan tingkahnya yang selalu membawa sebuah buku bercover bulan dikedua sisinya. Apalagi dengan sikapnya yang selalu menganggapku tidak ada. Padahalkan aku ini bisa dikatakan cukup tamp...