Kyungsoo lama terdiam dalam mobilnya sebelum melangkah turun dan masuk ke dalam rumah. Bangunan yang cukup luas bertingkat dua. Tempat yang telah ditinggalinya sejak ia menikahi Jieun 11 tahun yang lalu. Saat itu istrinya ingin tinggal di apartemen, tetapi ia bersikeras membeli sebuah rumah. Keputusan yang agak ia sesali saat ini.
Ia membuka pintu rumahnya. Berusaha tak membuat banyak suara karena tak ingin mengganggu penghuni rumah yang tentunya sudah tertidur. Ia meletakkan tas kerja dan jas luarnya di ruang kerjanya dan mencuci muka dan tangannya sebelum pergi ke kamar putri mereka, Yuna. Gadis berusia tujuh tahun itu sudah terlelap. Ia duduk di tepi tempat tidur dan membelai kepalanya dengan penuh kasih sayang. Akhir-akhir ini Kyungsoo banyak menyibukkan diri dengan pekerjaan. Sering ia mendapati putrinya sudah tidur saat pulang kerja.
Ia memandang berkeliling. Kamar gadis kecil itu bernuansa kuning lembut. Dengan furnitur didominasi warna putih, sementara seprai dan gordennya bergambar karakter Rilakkuma. Rasanya baru kemarin ia dan Jieun menyiapkan kamar ini untuk menyambut bayi mungil mereka. Rasanya belum lama ketika mereka berdebat mengenai warna cat kamar ini.
Mata Kyungsoo memandang sendu foto-foto keluarga kecilnya. Momen-momen berharga yang diabadikan. Tak ingin melewatkan satu momen pun ia dan Jieun banyak memotret Yuna. Ia mengulurkan tangannya untuk mengambil bingkai foto yang diambil saat Yuna berulang tahun ke satu, matanya melihat catatan yang ditulis oleh tangan mungil putrinya.
Hari ini aku mengunjungi kebun binatang bersama ibu. Aku sangat senang sekali. Lain kali aku ingin pergi bersama ayah.
Kyungsoo merasa kedua bola matanya memanas. Paras putrinya yang cantik mulai mengabur karena air mata. Takut tak kuasa menahan tangisnya, ia mencium kening putrinya kemudian kembali ke ruang kerjanya. Ia melewati kamar tidurnya. Ada sedikit celah pintu terbuka. Lampu kamar tidurnya masih menyala.
“… paling dia mengunci diri di ruang kerjanya lagi.” Kyungsoo mendengar suara Jieun diikuti dengan desahan napas kesal. Ia mengintip, melihat sosok Jieun sedang berbicara pada layar ponselnya.
“Dia sangat sibuk akhir-akhir ini,” ujar Jieun entah pada siapa. Mungkin dia sedang mengeluhkan Kyungsoo pada sahabatnya lewat ponsel. Atau mungkin … Kyungsoo menggelengkan kepalanya.
“Dia sudah tak peduli pada kami lagi. Hari ini saja dia tidak bisa menemani kami ke kebun binatang. Dasar gila kerja. Aku masih tak habis pikir kenapa aku mau menikahinya.”
Kyungsoo mematung. Ia mendengar tawa seorang pria.
“Bukannya itu bagus? Kau bisa jadi menghabiskan waktumu denganku.”
Jieun tergelak. “Ya, kau benar juga, Sayang. Aku bersyukur ada kau.”
“Tidak bisakah kau bercerai saja darinya?”
“Aku ….” Suara Jieun terdengar ragu-ragu. “Aku khawatir dengan Yuna? Dia dekat dengan Ayahnya. Beri aku sedikit waktu, Sayang.”
“Tapi sampai kapan? Aku tidak ingin terus-terusan menjalin hubungan terlarang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Perebut Istri Orang [✔]
FanfictionMeski pernikahan telah mengikat sepasang insan, belum tentu cinta mereka aman dari pemangsa; entah itu teman dekat, rekan kerja, atau bahkan orang yang baru saja dikenal. by. Rebellion Creator