Angin malam yang dingin menerpa kulit wanita berumur tigapuluh dua tahun yang sedang termenung di depan minimarket dengan sekaleng minuman di tangannya.
Memikirkan bagaimana hidupnya setelah ini. Benar-benar tidak ada uang sama sekali untuk makan, apa lagi untuk listrik.
Suaminya yang merantau di luar kota juga sama menyedihkannya. Tidak bisa kembali ke rumah karena tidak ada biaya.
Yook Sooyoung atau Joy, pegawai salah satu minimarket dua puluh empat jam di daerah Gangnam, Seoul.
Di daerah tersebut memang jelas terkenal dengan biaya hidup yang sangat mahal. Pengusaha asing maupun lokal dengan senang hati mendirikan perusahaannya di Gangnam.
Begitupun dengan Joy dan suaminya yang merintis usahanya di situ. Namun semuanya gagal, berantakan dan berakhir seperti ini.
Seseorang datang, tandanya Joy harus kembali bekerja.
Pria tiga puluhan tahun itu menaruh satu kaleng bir, keripik kentang dan beberapa lembar uang di meja kasir.
Joy sempat melirik pria tersebut, jas yang terlihat mahal dan jam rolex yang melekat di pergelangan tangannya.
"Terima kasih." Si pembeli keluar dan duduk di tempat yang sudah disediakan.
Joy yang benar-benar butuh udara ikut keluar dan duduk di dekat pria berbahu lebar itu.
"Ini dingin. Tidak pakai jaket?" tanya pria itu begitu melihat Joy duduk di dekatnya.
"Tidak punya," jawab Joy singkat.
"Aku juga."
Joy langsung melirik kesal ke arah pria itu. "Pembohong! Jam tanganmu itu bisa untuk membeli ratusan jaket."
"Tidak perlu merendah di depan orang sepertiku, aku tidak perlu dikasihani," lanjut Joy.
Lelaki itu tertawa kecil. "Memangnya kau orang seperti apa? Aku memang tidak punya jaket. Hanya punya dua restoran dan satu hotel."
"Tidak lucu. Aku tidak suka jokes orang kaya."
"Kim Seokjin, pemilik restauran ayam di ujung sana," ucap pria itu tiba-tiba dengan nada bicara yang membuat setiap orang yang mendengarnya pasti kesal.
"Di mana suamimu, Sooyoung?" lanjutnya.
Yang ditanya terkejut. "Dari mana kau tahu namaku?! Dari mana kau tahu kalau aku sudah menikah?!" Joy memundurkan kursinya perlahan, sedikit takut.
"Cincin di jari manis dan name tag yang bisa terlihat sangat jelas."
Mereka melanjutkan obrolan dan candaan mereka sampai pagi, sampai waktu Joy bekerja sudah habis.
Memang sedikit kesal dengan candaan Seokjin yang terkesan sombong. Tapi memang kenyataannya dia kaya raya dan Seokjin cukup menyenangkan bagi Joy.
"Aku antar pulang," kata Seokjin.
Dengan senang hati Joy menerima tawaran Seokjin.
Dengan mobil mewahnya, Seokjin mengantar Joy sampai di rumahnya dengan selamat. Tidak lupa memberikan sesuatu kepada Joy.
"Terima ini. Balasan karena kau sudah menemaniku." Seokjin memberikan berlembar-lembar uang kepada Joy.
Joy sedikit terkejut. "Terima kasih, tetapi ini terlalu berlebihan."
"Terima saja, cepat."
Joy menerima uang tersebut, hidupnya terselamatkan dari orang asing yang tiba-tiba datang ke kehidupannya.
***
Mereka terus bertemu setiap hari, menjalin pertemanan. Joy menjadi tempat Seokjin yang berkeluh kesah ketika sahamnya turun atau hotel dan restorannya sepi pengunjung. Juga bahu Joy menjadi sandaran pria itu ketika kelelahan.
Melupakan status Joy yang sudah menikah.
Selama berbulan-bulan Seokjin selalu membantu kehidupan Joy, membuat wanita itu nyaman dan sedikit melupakan suaminya yang sedang kesulitan di Daegu.
"Suamiku akan pulang dua hari lagi," jelas Joy. Biasanya ia akan senang ketika Sungjae pulang, tapi kali ini tidak terasa menyenangkan sama sekali.
Seokjin terdiam, ia tidak bisa menahannya lagi, terlalu indah untuk ditinggalkan. "Bagaimana jika aku mengatakan bahwa aku mencintaimu?"
Wanita berambut pendek itu terkejut, sangat terkejut. Tidak menyangka bahwa seorang Kim Seokjin si pemilik rumah makan dan hotel ternama menyukainya dan kehidupan menyedihkannya.
Juga jangan lupakan status Joy yang sudah memiliki suami.
"Kau terlalu sempurna untuk wanita sepertiku, jangan cintai aku."
"Apa salahnya? Kau baik, tulus dan kau ... terlalu indah ...," lirih Seokjin.
"Wanita baik mana yang ingin menduakan suaminya?" tanya Joy dan membuat Seokjin menatap Joy bingung dengan mata penuh harapan.
"Kita coba saja, jangan sampai suamiku tahu."
Mulai saat itu Joy merasa menjadi wanita paling buruk dan Seokjin merasa menjadi pria paling menjijikan.
***
Menurut Seokjin, cinta selalu datang tidak terduga. Bisa datang kepada siapa saja dan kapan saja. Kita tidak pernah tahu dan tidak bisa menghindarinya.
Hubungan mereka berjalan lancar. Sekarang Seokjin juga berteman baik dengan Sungjae, entah mengapa itu bisa terjadi. Semua mengalir dengan sendirinya.
Lima bulan lamanya itu berlangsung.
Sampai akhirnya Sungjae merasa ada yang aneh dengan Joy akhir-akhir ini. Selalu menolaknya ketika diajak berhubungan badan, memegang ponselnya setiap saat dan jarang berada di rumah, bahkan saat hari libur.
Dan akhirnya Sungjae mengetahui semuanya, kebohongan terbongkar. Hati Sungjae terasa sangat sakit, terlalu sakit. Berharap ini bukanlah kenyataan.
"Kenapa, Sooyoung .... Kenapa?!"
"Maaf, aku tidak bisa menahannya," lirih Joy, merasa bersalah. Tetapi ia tidak menyesal sama sekali, mengenal dan berhubungan dengan Seokjin adalah hal yang paling indah.
"Apa karena dia kaya raya? Kau menjijikkan!" Sungjae melempar semua foto yang ia dapatkan. Foto-foto ketika Joy dan Seokjin bersama.
Seokjin di sana, menyaksikan rusaknya rumah tangga Sungjae dan Joy karena dirinya.
"Kau pilih dia atau aku? Ini yang terkahir," tanya Sungjae. Pria itu menghela napas, ia tidak bisa memaksa Joy. Tidak akan pernah bahagia jika mereka bersama karena paksaan.
Joy terisak, tangisnya pecah. Merasa bersalah karena menyia-nyiakan cinta Sungjae begitu saja.
"Ma-maaf."
"Tidak perlu dilanjutkan, aku sudah tahu jawabannya. Pergilah, hidup bahagia dengannya." Sungjae mengusap wajah Joy yang dipenuhi air mata. Ia sangat mencintai Joy, sungguh.
"Dan kau, Seokjin. Jaga Sooyoung baik-baik."
Hari itu memang bukan hari yang baik bagi Sungjae. Tapi setidaknya ia sadar bahwa Joy bukan jodohnya, ia bisa mendapatkan yang lebih baik dari Joy.
Semarang, 29 Februari 2020
mongtete
KAMU SEDANG MEMBACA
Perebut Istri Orang [✔]
FanfictionMeski pernikahan telah mengikat sepasang insan, belum tentu cinta mereka aman dari pemangsa; entah itu teman dekat, rekan kerja, atau bahkan orang yang baru saja dikenal. by. Rebellion Creator