14. Epilog - Segregasi

480 31 16
                                    

Rebah di atas pasir pantai Sisi Buruk, Mali memandang langit kelam abadi.

Liveo di sisinya. Masih berdenyut lemah. Antara bernapas dan tidak. Mali tak tahu, tak lagi peduli.

Lautan sudah tenang. Kerak pusara itu mungkin akan membuka kembali jika gerombolan monster laut sudah kenyang berpesta. Mungkin puluhan tahun ke depan. Bahkan tak ada monster yang begitu tolol, memilih pulang ke Sisi Buruk ketimbang menetap di Sisi Baik. Tak ada monster yang akan berpikir setolol itu.

Kecuali mungkin adiknya.

Liveo terbangun dengan batuk yang mengeluarkan air. Ia berlutut seperti tersiksa di atas pasir, menatap sekeliling. Mata mereka beradu tak lama kemudian. Mali melihat bola mata Liveo menyala seperti api.

Api yang menggerakkan Liveo saat ini hanyalah kemarahan yang sengit, tak ada lain.

Dengan tenaga yang kecil, Liveo menarik kerah pakaian Mali dan meninju wajahnya.

Mali tersungkur ringan dan berguling ke atas pasir. Rasanya seperti terjauh di atas ranjang yang empuk. Pantai Sisi Buruk setidaknya punya sedikit kelebihan; butiran pasir yang halus. Jadi tak masalah bila harus terjatuh dari ketinggian, asalkan mendarat di pantai ini. Meski, pantai Sisi Baik memiliki seratus kali lebih empuk.

Bagaimana dengan tinju Liveo barusan? Jujur, Mali tidak merasakan sakit sedikit pun.

"Kau mengorbankan aku," Liveo menggeram pedih. "Kau mengorbankan aku demi nama baikmu sendiri!"

"Aku lelah," ujar Mali, berdiri dan mengusap pipinya.

"Jangan memunggungiku, Kakak Bajingan!" jerit Liveo.

Mali berjalan pergi memunggungi, berkata sambil lalu, "Kau tidur, jadi kau tak tahu. Aku yang datang ke penjara itu dan mengeluarkanmu dari sana. Selamat, ya, Sayang? Lagi dan lagi aku menolongmu."

"Aku tidak tolol! Maria yang melemparkanmu ke penjara! Kau tak akan datang ke penjara jika bukan karena jalang kurus kering itu!"

"Oh!" Mali berbalik. "Jadi benar kau bicara sesuatu yang buruk tentang aku? Bahwa kau membuka jati diriku yang seorang antagonis? Bagus sekali, Liv! Rupanya aku punya adik paling baik hati juga paling mujur sedunia. Berterimakasihlah kepada jalang itu, berkatnya aku bisa membawamu pulang ke rumah tercinta! Kau luar biasa mujur!"

Liveo tak bisa berkata-kata saking marahnya. Ia cuma bisa menarik kerah Mali sekali lagi dan meninju wajahnya.

Kali ini Mali menahan tinju itu. Terlalu lelah. Tak ada benturan yang benar-benar kasar di antara keduanya. Mereka sepasang kakak beradik yang sebenarnya terlalu letih untuk bertengkar.

Maka tak ada kata-kata.

Hanya pukulan-pukulan tak bermakna, yang selesai dengan cepat sebab Mali memilih bangkit berdiri dan memunggungi sang adik.

Sejak hari itu, Sisi Buruk begitu tenang. Langit masih gelap pekat. Udara masih berbau busuk. Warganya glamor dengan berlian tetapi kelaparan. Tak ada cahaya selain api pada pajangan dinding, atau api yang keluar dari mulut-mulut monster tertentu. Api itu terus menyala, hanya redup sebentar ketika awan gelap menurunkan hujan, atau mungkin tiba-tiba saja monster laut rindu akan lautan gelap Sisi Buruk. Hujan badai sesekali datang menyapu ketika terlalu banyak api membakar Sisi Buruk.

Kedua pangeran sibuk dengan urusan masing-masing. Sang putra mahkota, Mali, baru saja memanggil tabib dan menumbuhkan telunjuknya sedikit lebih panjang dari yang biasa. Kini ia duduk di meja kerja setiap hari, mengurus kerajaan dengan lebih tekun, bergelut dengan buku-buku tua dan mengisi lembaran perkamen. Menurut para pelayannya, Mali semakin rajin mengumpulkan catatan para monster Sisi Baik yang ia tahu, dan mengirimkan kurir-kurir tiga divisi untuk menyambut terbukanya gerbang empat penjuru. Mali menjadi lebih gigih melanjutkan mimpinya yang tertunda, masih belum kapok ingin hidup di Sisi Baik. Ia merajut wadah telur mimpinya sendiri agar tak bisa dijebol oleh ujung-ujung jari siapa pun di muka bumi.

Kecuali rusak oleh jarinya sendiri, suatu hari.

Adiknya, Pangeran Liveo juga tak berubah. Tak betah tinggal di istana, ia disibukkan dengan petualangan berburu monster. Yang berbeda dari sebelum-sebelumnya, adalah Liveo berburu seorang diri. Keberhasilannya dalam menambah monster buruan tak sepesat ketika ia bekerja dengan kakaknya. Akan tetapi, di dalam komunitas Beast Master, Liveo makin dikenal karena prestasi juga sikapnya yang memburuk. Buruk—bukan dalam artian yang hebat bagi negeri ini. Liveo akan mendelik jika dipandang, menerkam jika disapa, mengumpat sepanjang waktu seperti sudah memuntir sinting isi kepalanya. Semua orang di Sisi Buruk mudah menebak lelaki itu sedang bermasalah dengan kakaknya, dan tentu Liveo tak sungkan menyakiti semua orang yang berhasil membaca problem hidupnya. Bersama dengan Liveo, hanya diam yang bisa kaulakukan. Terkecuali Beauty. Mungkin hanya wanita itu yang berani mengusap ubun Liveo dengan kata-kata sayang, sebab wanita itu tak mudah dibunuh. Atau suatu hari nanti akan datang wanita lainnya.

Suatu hari yang entah kapan datang.***


Note: Terima kasih sudah membaca SEGREGATE.

Plot SEGREGATE aku tulis mengikuti prompt dari Silan Haye. Beda dengan AMALGAMATE, yang keseluruhan plotnya dari aku, SEGREGATE punya dasar yang diberikan oleh Silan Haye dari awal hingga ending, yang kemudian aku beri daging dan kulit sehingga menjadi cerita utuh, serta tentunya beberapa plot tambahan darku. 

Silan secara khusus meminta akhir yang pahit seperti ini. :) I like this kind of ending karena lebih terasa realistis untuk cerita fantasi gelap semacam ini, lagi pula SEGREGATE hanyalah sepenggal dari kisah petualangan kecil mereka.

Tentunya, SEGREGATE bukan akhir dari kisah Mali dan Liveo. Jika kalian mencinta Mali, Liveo, dan dunia unik mereka, silakan mengikuti cerita utama Mali dan Liveo dari pemilik tokoh OCs ini (Silan Haye) langsung. Kalian bisa menemukan Silan di akun AO3 (https://archiveofourown.org/) psycheros . Untuk Silan Haye, sekali lagi terima kasih sudah me-request komisi untuk cerita mereka, I really enjoyed writing your OCs!

 Untuk Silan Haye, sekali lagi terima kasih sudah me-request komisi untuk cerita mereka, I really enjoyed writing your OCs!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SEGREGATE (Mali & Liveo Story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang