Escape

667 91 6
                                    

GADIS itu menatap hampa pada deretan pujian yang menyesaki kolom komentarnya. Dia baru saja mengunggah beberapa foto liburannya di London. Tak pelak, banyak kata-kata manis yang didapatkan dari penggemarnya. Meski beberapa komentar jahat terselip, Yerim berusaha mengabaikannya. Dia terpaku pada satu komentar yang sempat dibacanya tadi.

Senyumnya cerah sekali....

Cerah, ya?

Yerim tertawa miris. Dia saja lupa kapan terakhir kali dia tersenyum tulus.

Well, kehidupannya baik-baik saja, sungguh.

Kesampingkan soal haters, Yerim menerima banyak cinta dari penggemarnya sekarang. Dia punya wajah yang cantik, talenta (meski beberapa orang masih mengatainya tak memiliki bakat apa pun, abaikan saja mereka) dan orang-orang yang mencintainya. Kehidupannya indah, seperti putri raja dalam dongeng.

Kehidupan Yerim baik-baik saja, seharusnya begitu. Apa kau pernah mendengar seseorang yang depresi saat dirinya berada di puncak kebahagiaan hidup?

Yerim tidak tahu sejak kapan hampa mulai menggerogotinya. Mungkin sejak dia tidur sendirian di kamarnya yang sepi, kelelahan setelah persiapan comeback mereka yang semakin dekat. Saat itu, satu pertanyaan menyusup ke dalam benaknya secara kurang ajar.

Yerim, inikah semua yang kau inginkan?

Pertanyaan itu mengantarkannya pada perasaan kosong yang kerap mengisi rongga dadanya. Yerim merasa kosong saat mereka latihan, saat rekan-rekannya menyemangatinya, saat mereka akhirnya melakukan comeback dan mendapatkan pujian yang tidak sedikit. Yerim tetap merasa kosong saat lagu terbaru grupnya memenangkan penghargaan dan keluarganya menelepon untuk memberikan selamat.

Comeback selanjutnya, latihan berat lainnya, penghargaan lain, kemenangan lain.

Grupnya berkembang, meninggalkan Yerim yang terus bertanya-tanya kenapa dia merasa hampa.

Apa yang salah?

Di luar itu semua, dia tetap menutupi dirinya dengan ekspresi yang pantas. Tersenyum cerah seperti yang biasa dia lakukan. Hanya saja, Yerim perlahan muak. Merasa dirinya tak lebih dari robot yang dituntut untuk tetap tersenyum dan profesional di depan kamera. Hatinya sering berdenyut nyeri dan Yerim berusaha keras untuk menyembunyikannya.

Jika ada piala Oscar untuk aktingnya yang luar biasa menipu, Yerim dengan senang hati menerima penghargaannya.

Mulanya, Yerim mengira dia hanya merasa jenuh. Namun, hampa yang meracuni tubuh dan jiwanya mulai semakin sering berkunjung. Ini lebih dari sekadar jenuh, tapi sudah dalam tahap memprihatinkan. Yerim terus mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia punya banyak alasan untuk bahagia. Keluarganya, teman-temannya, penggemarnya. Dia menerima banyak cinta dari orang-orang. Tidak ada alasan untuk tidak baik-baik saja, bukan?

Akan tetapi, kenapa Yerim justru merasakan yang sebaliknya? Kenapa dia kerap dicekik perasaan kosong hingga perlahan, hatinya kehilangan fungsi untuk merasa? Yerim sering menemui dirinya terbangun di tengah malam dalam keadaan berlinang air mata. Dia akan menangis sebentar, tertawa, meyakinkan diri kalau dia tidak apa-apa, lalu, kembali merasa hampa. Melakukan banyak hal hanya untuk membuat hatinya kembali berfungsi.

Semua syaraf di tubuhnya meneriakkan kata lelah dan yang Yerim inginkan hanyalah melarikan diri. Yerim merasa dirinya sangat tidak bersyukur karena tetap diserang sunyi meski dia punya banyak hal dan banyak orang di sisinya. Yerim tetap merasa ada yang salah dan ingin membuang kesepian yang kerap mengukungnya. Kadang, sepi itu tidak datang sendiri. Dia sering datang bersama sesak yang membuatnya kesulitan bernapas. Kemudian, perasaan kosong itu datang lagi.

{✓} SCINTILLATE | 𝖪𝗂𝗆 𝖸𝖾𝗋𝗂𝗆 |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang