Lights

546 83 4
                                    

MEREKA duduk berhadapan di taman. Antara keduanya hanya dibatasi sebuah meja kecil. Yerim sibuk mengagumi pemandangan di sekitarnya. Pohon-pohon tanpa daun dan langit biru yang ditutupi awan.

"Yerim,"

Panggilan itu membuat Yerim menoleh. Gadis itu terkejut saat Noel mengarahkan kamera ponselnya pada wajah Yerim, memotret raut terkejut gadis itu. Yerim cemberut, meski dia sempat merona melihat tawa geli Noel.

"Kau cantik."

Oke, sepertinya cowok Prancis memang berbakat merayu.

"Terima kasih," balas Yerim dengan sopan, menekan dirinya agar tidak bersemu. "Omong-omong, kenapa kau mengajakku jalan-jalan? Kita bahkan baru bertemu kemarin."

"Kenapa kau mau ikut?"

Yerim mengerucutkan bibir, mengundang tawa geli dari pemuda yang duduk di depannya.

"Aku ingin melihat sesuatu." Noel menatap mata Yerim saat bicara, lalu kembali sibuk memeriksa hasil jepretannya.

"Melihat apa?"

Noel mengangkat wajah, menjumpai wajah bingung Yerim yang masih kelihatan cantik.

"Aku takut kau sedih jika mendengar alasanku." Noel agak menghindari tatapan mata Yerim saat dia mengutarakan balasannya.

Yerim menatap Noel yang memalingkan wajah. Berapa kali pun Yerim memperhatikannya, wajah pemuda itu masih kelihatan luar biasa menawan. Yerim tahu usia mereka hanya terpaut dua tahun — dia melakukan riset kecil-kecilan semalam — tapi, pemuda itu terkesan lebih dewasa. Hidungnya mancung, dengan garis rahang yang tidak terlalu tegas, masih terkesan lembut. Alisnya tebal dan legam, menaungi sepasang mata coklatnya yang sendu. Rambut coklatnya yang gelap dibiarkan tumbuh memanjang hingga ke bawah telinga, ditata acak-acakan yang justru menambah kesan seksi pada wajah rupawannya.

"Memperhatikanku?"

Yerim hampir mengumpat saat Noel tiba-tiba memandangnya dengan tatapan iseng. Astaga, pemuda ini benar-benar menguji detak jantung Yerim.

"Oh, maaf." Yerim berusaha terdengar santai. "Aku hanya jarang bertemu pria asing dalam jarak sedekat ini."

"Ya, aku juga jarang bertemu perempuan Asia yang sangat cantik di sini. Apa kau tidak membaca deretan komentar yang diberikan penggemarmu? Mereka menggila karena kau semakin terlihat dewasa dan menawan."

Yerim merona, lagi.

"Kau bisa menimbulkan kesalahpahaman jika terus bicara seperti itu," kata Yerim sambil menahan rasa gugupnya. "Lagipula, Noel, kau belum mengatakan alasanmu dengan jelas."

"Kenapa kau jadi mendadak bicara informal denganku?"

Yerim memiringkan wajah. "Bukannya kau yang mulai duluan?"

"Kalau begitu, kita teman sekarang?"

Yerim tidak tahu kenapa dia gampang merona akhir-akhir ini.

Yerim termasuk tipe yang gampang berteman dengan banyak orang. Bahkan, dia dijuluki social butterfly karena lingkaran pertemanan yang dia miliki di dunia hiburan. Namun, rasanya Yerim perlu mengakui kalau Noel lebih aktif ketimbang dirinya dalam 'pertemanan' mereka.

Pemuda itu benar-benar ramah dan hangat, jauh dari kesan orang asing yang baru saja bertemu. Noel memperlakukan Yerim seperti tuan putri. Menahan pintu agar Yerim bisa masuk, menarik kursi untuknya duduk, bahkan melambatkan langkahnya karena ukuran kaki mereka yang berbeda jauh. Yerim pernah membaca artikel kalau laki-laki di Prancis memang gentleman, tapi dia tetap merona saat Noel bersikap hangat padanya.

{✓} SCINTILLATE | 𝖪𝗂𝗆 𝖸𝖾𝗋𝗂𝗆 |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang