Fall

480 68 0
                                    

"DOKTER yang menyelamatkan Yerim bilang kalau itu bukan kecelakaan biasa."

Joohyun memulai ceritanya saat Noel sudah keluar dari ruangan Yerim. Sebenarnya, Joohyun tidak terlalu yakin dengan pemuda asing itu. Namun, Sooyoung datang padanya dengan mata memerah, meminta Joohyun percaya saja pada Noel. Katanya, Noel mungkin mengetahui lebih banyak dari mereka, rekan satu grupnya sendiri. Melihat keadaan pemuda itu yang kacau -lebih kacau dari saat pertama dia datang- setelah keluar dari kamar rawat Yerim semakin mempertegas alasan Joohyun untuk memercayainya.

"Meski agensi mati-matian menutupinya, jelas bahwa Yerim melompat sendiri ke mobil yang tengah melaju kencang itu. Dan dia dalam pengaruh obat tidur." Joohyun menarik napas panjang, berusaha memantapkan diri. "Dokter itu bilang, Yerim menangis saat dia menemui tubuh Yerim sudah bersimbah darah. Aku sungguh tidak tahu apa yang terjadi. Yang kutahu dia selalu tersenyum cerah dan memberi kami kekuatan. Akhir-akhir ini, dia mungkin terlalu lelah dan aku bodohnya tidak menyadari apa pun. Lebih tepatnya, aku mengabaikan semua tanda-tanda yang ada."

"Kita tidak pernah tahu apa yang benar-benar dirasakan seseorang." Noel memandang dinding kosong di depannya. Ingatannya memutar saat-saat di mana depresi mengekang tubuhnya seperti penjara tak kasat mata. Dia melihat refleksi dirinya pada Yerim, karena itu Noel ingin membantunya. "Yerim terluka, tapi dia menyembunyikannya jauh ke dasar, menutupinya dengan senyuman."

Joohyun menatap sepatu yang dikenakannya, perasaan bersalah itu mencekiknya seperti tali yang melilit lehernya kuat-kuat. Dia teringat pada buku diary Yerim. Belum ada yang berani membacanya. Terlebih Joohyun, wanita itu belum siap mengetahui apa yang tertulis di sana.

"Tidak ada yang baik dengan menyembunyikan sesuatu, Irene." Noel menoleh pada lawan bicaranya yang duduk di sampingnya. Joohyun turut menatapnya. Untuk pertama kali, Noel bisa melihat kerapuhan pada wajah Joohyun yang sebelumnya tegar. "Tidak untuk Yerim, untukmu, rekan-rekanmu yang lain, atau untukku juga."

Joohyun mengalihkan pandang pada koridor yang sepi. Pikirannya dipenuhi berbagai masalah yang datang silih berganti.

Joohyun bergumam lirih, "Menjadi artis di industri hiburan Korea Selatan adalah hal yang sangat berat. Aku tidak akan menyalahkannya jika dia merasa lelah atau jenuh."

"Menjadi artis mungkin memang jalan yang dia pilih. Tapi, di luar itu semua, bukankah kalian hanya manusia biasa?"

Joohyun menoleh, menatap mata sendu Noel yang memerangkapnya.

"Bukankah idol juga manusia, Joohyun?" Noel bertanya lagi, melempar tatapan pada Seulgi dan yang lainnya yang mendekati mereka. "Yerim atau manusia mana pun berhak merasa sedih, marah, dan lelah. Bukankah kita menjadi manusia karena perasaan-perasaan seperti itu?"

Saat Seulgi dan yang lainnya semakin dekat, Joohyun mengusap sudut matanya, berdiri dan tersenyum pada Noel.

Dia sudah membuat keputusan.

"Maukah kau terus datang menjenguk Yerim?"

✨✨

Noel mengunjungi gadis itu lagi. Seminggu terakhir, dia sudah akrab dengan semua hal di ruangan Yerim. Hari ini, dia datang seperti biasa. Setelah menyapa keluarga Yerim dan bicara dengan Joohyun dan Sooyoung, Noel memasuki ruangan tempat Yerim dirawat. Dia disambut suhu ruangan yang hangat dan Yerim yang masih berbaring di ranjang. Noel meletakkan mawar yang dibawanya ke dalam vas bening, menyusunnya dengan rapi.

"Selamat pagi, Yerim." Noel menyapa dengan ceria. Dia duduk di samping ranjang Yerim seperti biasa, menatap wajah Yerim dan luka-lukanya yang mulai memudar. "Sekarang ulang tahunmu, bukan? Kau harus lihat di internet, banyak penggemar yang berharap kau segera bangun."

{✓} SCINTILLATE | 𝖪𝗂𝗆 𝖸𝖾𝗋𝗂𝗆 |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang