“Itu siapa, Jis?” tanya Melisa.
Setelah Regan berteriak dari luar memberitahu jika Arjuna kedatangan tamu, pemuda itu langsung berlari keluar mengundang rasa penasaran yang lain. Jadilah lima orang sisanya mengintip melalui pohon yang ada di samping rumah Arjuna.
“Siapa ya? Gue kaya nggak asing gitu ngeliat mukanya.” jawab Jisella sambil mencoba mengingat-ingat di mana dia pernah bertemu perempuan berambut keriting dengan behel yang bersilau itu.
“Gregetan gue pengen ngambil catokan terus nyatok rambut tuh cewek biar rapihan dikit.” Melisa menggeram gemas di balik punggung Jisella. Melihat rambut keriting yang tampak jarang tersentuh sisir membuat tangannya gatal ingin merapihkan.
Aldo dan Regan kompak berdecak dan menjitak kepala Melisa menyuruhnya diam.
“Brisik lo nanti kedengeran udah tau kita lagi nguping!” sentak Regan dengan plototan yang dipaksakan.
“Itu si Sera napa nyantai banget makan ciki sambil ngegoler di batu? Ketauan aduh bego banget!” Aldo mendesis kesal mengepalkan tangannya melihat Sera duduk santai dengan tatapan datar memandang Arjuna yang tengah berbincang sambil mengunyah kripik setan. Yang lebih membuatnya kesal wajah Sera terlalu tenang untuk orang yang tengah menguping.
“Lo pikir kita di sini nggak keliatan? Kita ngumpet di pohon yang ceking kalo lo buta. Lo baris ke belakang juga percuma, nggak ada yang nutupin kita. Udah sana pindah cari tempat lain.” Jisella memutar matanya jengah kemudian mendorong tubuh Melisa, Regan dan Aldo untuk menyingkir dari atasnya. Sebenarnya dia sendiri bingung kenapa mau-mau saja menyetujui ajakan Melisa untuk menguping Arjuna. Lagipula percuma, suara lelaki itu tidak terdengar sama sekali dari jarak ini. Ditambah sejak tadi banyak sekali pedagang yang berlalu lalang menggunakan speaker bersuara sember. Dasar caper.
“Tapi serius lo nggak kenal dia siapa? Lo kan sama Juna udah nempel dari kecil. Coba inget-inget lagi. Si Juna keliatan ogah-ogahan banget ngobrol sama tuh cewek. Mana nggak diajak ke pinggir malah ngobrol di tengah jalan. Ada odong odong ngepot mampus tuh mereka.” seru Melisa.
Jisella mencoba mengingat lebih keras lagi. Dia menegakkan tubuhnya mengamati wajah di sebrang sana yang sempat terhalang oleh kepala Sera. Sangat tidak asing. Apalagi saat dia tertawa lalu memukul lengan Arjuna. Suatu kebiasaan yang sepertinya dulu sempat membuatnya jengkel. Jisella meneliti lagi wajah itu lamat-lamat. Dari mulai alis, mata, hidung, bibir—tunggu! Jisella mempertajam penglihatannya di sekitaran pipi kemudian menganga kaget. Akhirnya dia menyadari sesuatu membuat Melisa dan Aldo langsung menggerubunginya penasaran.
“Lo inget? Siapa siapa?” tanya Melisa menggoyang tubuh Jisella tak sabar.
Regan dan Sera ikut berjongkok melingkari Jisella.
“Sekarang gue baru inget. Karna udah nggak ada tompel di pipinya gue jadi nggak ngenalin. Dulu dia satu SD sama gue dan Nana. Namanya Chika Deandrana. Cewek paling gatel dan sok cantik yang suka buntutin Nana kemana aja. Chika jadi bos geng terbesar di SD karna dia anak orang kaya dan suka ngancem sampe orang-orang bersedia jadi budak dia. Tuh anak pernah bikin geger pas pentas seni, ngomong pake toak di tengah lapangan kalo dia udah tunangan dan jadi calon ibu dari anak-anak si Nana sampe satu sekolahan heboh. Masih ingusan udah jago banget main silat lidah berantem sama anak-anak cewek yang deketin Nana. Chika tuh cewek gila. Sumpah gue gedek banget! Gara-gara si tompel, Nana jadi parno kalo pulang atau jalan sendiri karna Chika sering ngikutin dia sampe rumah. Saking takut dan udah gak tahan, Nana nyuruh gue hajar si Chika biar dia nggak deketin lagi—”
“Terus lo hajar?” tanya Aldo menggebu-gebu.
“Kalo nggak ada imbalan gue nolak, tapi Nana bayar gue seribu lima ratus sama jajanin teh sisri. Yaudah gue iyain.”
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE
Fanfic"....are we stuck with...Friendzone?" •Main Cast• Kim Jisoo : Jisella Dilgyra Kemuning Kim Taehyung : Arjuna Gavriel Manggala