1. Arvin Ervano

167 15 15
                                    

Mentari pagi menyinari kamar bernuansa hitam putih itu. Vano masih nyenyak dalam tidurnya dirinya enggan untuk meninggalkan kasur king size nya itu. Hingga suara paruh baya yang membangunkanya untuk segera mandi.

"Den Vano bangun den" ucap Bi Ija.

"Hmm,, iya bi iya" setelah mendapat respon dari Vano, Bi Ija langsung saja pergi keluar kamar tentunya tidak lupa menutup pintu kembali.

Setelah mendengar suara pintu tertutup Vano segera mengambil handuk nya dan mandi pagi untuk menyegarkan dirinya.

Tak butuh waktu lama sekitar 10 menit Vano kembali keluar dari kamar mandinya dan segera memakai seragamnya Putih Abu-abu. Dirinya bercermin dikaca yang besar.

"Ganteng juga gue, ya" celetuknya pada diri sendiri. Merapikan jambulnya dengan sisir tercinta lalu meletakannya kemeja rias.

Seketika kening Vano mengkerut dan bingung saat ada seseorang yang menelfonya tetapi dalam satu rumah. Vano mengangkatnya.

"iya Vin,?"

"Abaaanggg,,," teriak Vina dari seberang sana.

"Kenapa nelpon kan sat-" ucapan Vano terpotong.

"Bangg,, tolongin gue. Gue jatoh bang"

"Tunggu disana jangan kemana mana.  Lo di kamar kan?" tanya Vano.

"Iya bangg, cepetaaan"

Vano memutuskan penggilannya dan segera pergi kekamar Vina dengan tas yang di sandang di sebelah bahu kanannya jangan lupa gaya cool nya yang memikat hati kaum Hawa.

Hanya membutuhkan beberapa langkah untung sampai dikamar Vina. Lagi pula kamar mereka hanya bersebelahan.

Cklekk,,

"Vin," panggil Vano. Tetapi nihil yang di panggil justru tidak menjawab.

"Vina." panggilnya sekali lagi.

Gue disini bang! Pekik Vina. Langsung saja Vano berlari menghampiri asal suara.

Betapa terkejutnya dirinya saat melihat Vina yang tergeletak di lantai kamar mandinya dengan ponsel yang berada diatas perutnya. Kondisinya masih memakai piyama tidurnya. Sepertinya, adiknya itu bangun dari tempat tidur dan tergesa gesa untuk mandi. Alhasil dirinya terjatuh.

"Bang, gendong" katanya manja. Vano mendengus pasrah.

"Lo ngapain sih bisa jatoh kek gini? Untung gue belum pergi kesekolah, masih dirumah. Sempat gue udah pergi gimana? Mau tiduran disini sampai meninggal?" ucapnya sambil menggendong Vina.

"Itu omongan gak di Saring dulu ya?!" kesal Vina yang berada di gendongan Vano.

"Iya! Saringanya ilang di telan biawak" Vina mendengus mendengar kata abangnya barusan.

Vina memandang wajah tampan Vano dengan senyum mengembang membuat matanya sipit.

"Kenapa?" heran Vano saat melihat adiknya senyum senyum sendiri. Takutnya habis kejadian jatuh tadi Vina makin gak waras lagi pikir Vano.

"Ganteng banget sih, baik lagi. Abang siapa sih ini" gemas nya sambil mencubit kedua pipi putih milik Vano.

Vano menepis tangan itu yang ingin merobek kedua pipinya. Ia mendudukan adiknya dan berjongkok dihadapan Vina.

"Lo gak usah sekolah dulu. Istirahat aja di rumah, jangan kemana mana. Nanti gue izinin ke Wali Kelas lo. Kalau ada apa apa panggil aja Bi Ija ya" sambil mengelus rambut hitam lembut milik Vina.

"Siap komandan" Vina memberi hormat kepada Vano yang menurutnya itu sangat gemas. Vano menarik kecil hidung mancung Vina.

"Yaudah kamu pergi cuci muka terus gosok gigi yang bersih. Pergi ke kamar mandi pelan pelan jalannya. Jangan bar bar! Paham?!" tagas Vano.

"Iya iya cerewet"

Setelah itu Vano berdiri dan menyampirkan tas nya ke pundak sebelah kanan lalu pamit kepada adik nya. "Babang tamvan pergi dulu ya"
Vina mengangguk cepat "Iya! Tampanya cuman dari belakang doang" teriak Vina keras, tapi Vano tak pedulikan hal itu. Yang terpenting dia cepat menuju sekolahnya.

***

Halo kita ketemu lagi nih di chapter ini. Gimana? Seru gak?
Gimana sikap Vano ke Vina? Gaada akhlak kan😂

See you chapter selanjutnya....

Salam
Cahyani sakinah.

ALITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang