5. Supermarket

89 7 0
                                    

Alita membuka ganggang pintu rumahnya setelah melihat Vano betul betul pergi dari rumahnya. Matanya menyapu seluruh isi rumah dan tertuju pada dapur. Dilihatnya Mamanya sedang bergelut dengan barang juga bahan didapur. Dirasa ada seseorang dibelakangnya Sinta, mamanya melihat kearah anaknya.

"Udah pulang ya. Gimana sekolahnya? Seru gak?" tanya Sinta.

Alita mengangguk "Seru kok mah"

"Yaudah gih kekamar ganti baju terus mandi ya" ucap Sinta.

"Iya, Ma" kemudian Alita naik keatas menuju kamarnya berada. Meletakkan tasnya disofa kamar lalu duduk di tepi ranjang. Mengecek ponselnya apakah ada notifikasi dari teman barunya atau yang lain. Tapi hasilnya, zonk! Tidak ada notifikasi chat dari siapapun kecuali pesan pesan berhadiah yang selalu menghantui setiap pemilik hp.

"Nasib orang jomblo gini amat ya! Miris betul hidup gue," ucap Alita sedih. "Gak papa! Jomblo gak boleh sedih! Harus kuat. Tunjukkan diluar sana lo bahagia, Al! Pura pura udah punya pacar gitu. Padahal mah aslinya belum" ucap Alita penuh semangat. Siapa nih yang seperti Alita, Jomblo tapi bahagia?

Alita beralih tegak dan berjalan kearah kamar mandi. Badannya terasa sangat lengket memakai seragam yang penuh dengan keringat. Alita risih. Hal yang dimana di setiap kaum perempuan tidak menyukain situasi seperti ini.

Alita masuk ke bathub kamar mandinya dan merendamkan badannya disana. Me-relax kan badanya dan juga pikirannya. Dirasa sudah cukup sangat lama Alita mandi untuk membasuh badannya.

Alita keluar kamar mandi dengan keadaan fresh dan memakai baju piyama berwarna Pink kesukaanya. Tercium bau shampo jeruk keseluruh kamarnya. Alita turun kebawah mengambil mengambil camilanya yang berada di kulkas.

"Lah? Kok udah gaada sih? Oh, gue tau. Ini pasti kan bang Bagas yang habisin. Dasar marmut!" geram Alita.

Alita berniat membeli stock camilan kesukaanya disupermarket dekat kompleks rumahnya. Alita berjalan kearah pintu rumahnya. Sebelum itu, dia melihat mamanya tengah nonton serial Upin & Ipin itu. Emang ya, kartun untuk semua umur.

"Ma, aku beli camilan ke supermarket depan kompleks ya." izinya

Sinta berbalik badan "Iya hati hati ya" Alita mengangguk mantap.

"Eh, Papa. Udah pulang ya?" tanya Alita.

"Belum nih, Papa masih dikantor" jawab Firman ngaur.

Alita menatap papanya tajam "Sereh Pa sereh. Alita pergi ke supermarket duls. Bye papa" pamitnya lalu pergi meninggalkan papanya.

Alita berjalan ke supermarket berjalan kaki. Sambil melihat lihat pemandangan hijau yang berada disekitarnya. Alita suka dengan pemandangan seperti itu, bahkan di bilang sangat suka. Menurutnya kalau dia melihat pemandangan hijau bisa membuat dirinya tenang dan nyaman.

Setiba sampai ditempat tujuan Alita menyipitkan matanya sambil memegang dagu dengan tangan kanannya. Seolah olah dia kenal dengan mobil itu.

"Kek kenal deh, tu mobil" ucapnya pada diri sendiri.

Alita mengangkat kedua bahunya acuh lalu masuk dan membuka pintu supermarket. Tercium berbagai aroma dan menyejukkan badan.

Ia berjalan ke rak makanan ringan lalu mengambilnya sembarangan tanpa melihat harganya terlebih dahulu.

"Hmm, beli apa lagi ya?" tanyanya sambil melihat beberapa camilan yang sidah diambil asal olehnya.

"Ha! Lays, Indomilk, sama.."

"Ya! Yogurt!" ucapnya girang. Alita mencari Lays kesukaannya lalu berjalan ke pintu kulkas yang berisikan berbagai macam minuman.

Saat tangan kecil miliknya membuka pintu kulkas, seseorang pun ingin membukanya juga. Alhasil tangan orang tersebut memegang tangan putihnya.

Alita mendongak keatas, betapa terkejutnya dirinya melihat sosok pria yang mengantarkan dia pulang tadi sode tadi.

"Astaga! Ada makhluk yang menyerupai Vano!" ucapnya terkejut.

Vano menyipitkan matanya bingung.
"Tuh kan dia liatin gue. Ini makhluk dari planet mana sih?" ucap Alita yang mulai ngaur.

Vano yang sudah mulai bosan menghembuskan nafasnya berat "Lo kenapa sih? Udah gak waras?!" tanya Vano.

"Tuh kan, dia ngomong lagi. Pake ngatain gue segala!" ucapnya berbisik.

Vano mengangkat kedua bahunya acuh tak pedulikan gadis aneh yang berada di depannya ini. Memang ya, sikapnya disekolah dan diluar sekolah berbeda seratus delapan puluh derajar. Vano aja sampai geleng geleng kepala dibuatnya.

Vano mengambil minuman yang berada ditempat dingin itu lalu pergi meninggalkan Alita yang masih tegak seperti patung melihatnya.

Alita mengerjapkan matanya "Aish, alien cepet bener perginya!" kesalnya lalu mengambil minumanya yang sempat tertunda akibat perdebatan unfaedah tadi.

Alina pergi ke tempat kasir dengan tergesa gesa. Berharap pria itu belum keluar dari tempat itu.

Tapi yang dilihatnya hanya pelayan kasir yang tenga berdiri melayani ibuk ibuk. Alita jengah. Lalu berjalan kekasir, membayarnya dan memberikan selembar uang seratus lalu pergi begitu aja.

Alita keluar dari supermarket itu. Dirinya bertanya mobil yang gue kenal tadi ilang ya? Atau jangan jangan itu mobil Vano? Berarti beneran Vano ya tadi katanya aneh.

Alita berjalan girang menuju kompleks rumahnya, bernyanyi nyanyi kecil sambil membawa barang jajanan miliknya. Ketika ingin menyebrang jalan Alita dikejutkan dengan suara bunyi klason mobil yang mengagetkan dirinya. Alita memegang dadanya yang terkejut oleh ulah orang yang tidak punya perasaan itu.

"Gue aman kan? Masih utuh kan bada gue?" ucapnya lebay.

Vano keluar dari mobil nya dan melihat gadis itu sedang berbicara sendiri "Lo jalan?" tanya Vano.

Alita mendongak menatap Vano marah "Nggak! Gue terbang!"

"Mana sayap lo? Gak ada tuh,"

"Ada! Lo-nya aja yang gak bisa lihat" ketus Alita.

"Dasar cewek halu," ucap Vano pelan tapi masih bisa didengar oleh gadis itu.

"Lo bilang apa barusan?" tanya Alita

Vano glagapan "Halu" ucap Vano santai.

"Ihh! lo ngeselin banget ya!" kata Alita yang mulai kesal.

Alita mulai berjalan kearah mobil nya. Membuka pintu mobil sebelah kemudi dan duduk didalamnya. Vano yang melihat pun heran. Perasaan dia tidak menawarkan tumpangan pada gadis itu.

"He, aneh! Yang nyuruh lo masuk mobil gue siapa?" tanya Vano berbalik badan melihat mobil hitam miliknya.

"Lo udah bikin gue kesel. Beruntung banget tadi lo berhenti, gue capek banget soalnya kalau jalan. Antarin gue dong," ucap Alita memasang wajah melasnya.

Vano mendengus kasar, mengacak rambutnya frustasi. "Yaudah yaudah" pasrahnya. Lagi pun rumah Alita tidak jauh dari tempat mereka berdebat.

Disepanjang jalan menuju rumah gadis itu Vano diam tak membuka bicara sedikitpun "Ekhem" dehem Alita.

"Kenapa lo?" tanya Vano.

"Nggak, nggak ada" tak terasa mereka sudah sampai dirumah Alita.

Alita turun dari mobil pria itu "Mau mampir dulu?" tanya Alita yang didapati gelengan kepala dari Vano.

"Yaudah kalau gitu. Makasih tumpanganya kak," ucap Alita girang.

"Hm," jawab Vano.

"Ishh, singkat bener jawab nya"

"Iya, Alita" ucap Vano sambil menyatukan kedua telapak tangannya lalu diletakanya di rahang kokoh miliknya.

"Nah gitu dong. Hati hati," ucap Alita yang melihat mobil Vano meninggalkan perkarangan rumahnya.

***

Holaa...
Aku kembali lagi dengan membawa dua tokoh yang sifatnya berbeda. Kangan ga? Pasti dong, hehehe. See you next chapter ya. Jangan lupa vote coment. Pantengin terus ceritanya.

Cahyani Sakinah.

ALITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang