Prolog

84 4 1
                                    


  Bunyi hentakan kaki dan decitan sepatu dari para pemain basket terdengar memekakkan telinga. Namun para penonton, khususnya para perempuan yang selalu sigap meng- update status justru malah senang bukan kepalang ketika melihat salah satu pemain basket tampan yang dijuluki "si artis" itu muncul. Tim basketnya yang berasal dari luar kota itu bermain dengan baik.

Dengan sigapnya, laki-laki penebar pesona itu melakukan lay up yang sempuna sehingga membuat perempuan yang menonton seakan terbang ke dunia antah berantah.

Daaaaannn.. BUM!
Bola Basket seakan menuruti perintah laki-laki itu untuk masuk ke dalam keranjang basket. Para penonton bersorak girang. Teriakan perempuan-perempuan terdengar nyaring memenuhi lapangan. Lawan mainnya pun seakan takjub sekali melihat kemampuan "artis" itu.

TEETT!! Peluit wasit berbunyi menandakan akhir permainan. Kemenangan telak diraih oleh tim "si artis" dengan skor 16-2.

***

"Wahh.. gilaa, hebat banget gak sih tadi cowonya ??" Thea berteriak kegirangan.

"Ihh.. kamu kok malah ngedukung tim lawan sih. Orang sekolah kita kalah, kamu malah seneng." Sahut Valerie, sambil menyusuri lorong sekolah yang sudah mulai sepi. Thea tertawa kecil.

"Eh.. kita samperin Memet sama Sergio yuk! Mereka kan habis kalah, mending kita ajak makan es krim bareng, biar mereka enggak cemberut lagi." Satu senyum terukir di wajah Valerie, mengingat kedua temannya itu sudah berjuang dengan sangat baik.

"Ayokk!" Thea tersenyum juga, melihat temannya sudah mereda kekesalannya.

Tiba-tiba handphone Thea berdering, menampilkan tulisan "bibi" di layarnya.

"Aduh.. Val, sorry ya. Aku udah dijemput nih. Gimana kalo besok aja kita makan bareng sama mereka." Thea memelankan suaranya.

"Yaudah deh. Janji ya ?" Mata Valerie seakan menyelidiki.

Thea mengangguk perlahan, kemudian melambaikan tangan ke arah Valerie dan pergi. Akhirnya Valerie pun keluar untuk menemui kedua lelaki temannya itu sendirian.

BRAKK! Valerie menabrak seseorang di belokan lorong sekolah. Ia pun mengaduh sebentar, sambil memegangi lengannya yang sakit itu.

"Maaf maaf. Aku enggak sengaja." Suara seorang lelaki terdengar baru di telinganya. Valerie melihat ke arah wajahnya. Menampilkan sesosok laki-laki tinggi yang mengenakan hoodie dan sedang memegang hp nya.

"Eh.. iya enggak apa-apa kok." Malu, ia langsung pergi tanpa mengatakan apapun lagi pada laki-laki itu. Aneh, karena Valerie tahu kalu berbicara dengan orang yang baru, suaranya pasti kecil, sekecil-kecilnya. Malah kalau bisa tidak usah berbicara dengan orang asing. Tapi tadi.. ia merasa baik-baik saja. Tidak ada rasa malu.

Namun laki-laki itu tetap berdiri sambil memandangi perempuan yang sudah pergi meninggalkannya itu.

"Ah sial.. aku belum sempat bertanya siapa namanya." Kata laki-laki itu dalam hatinya.

Ketika berjalan, Valerie sangat bingung dengan apa yang baru saja ia lihat. Gadis itu seakan pernah melihat wajah familiar yang baru saja ia temui.

"Kayak pernah kenal deh.. siapa ya ?"

Promise meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang