Part 7

27 2 0
                                    

Valerie melihat ke arah jendela mobil di sampingnya. Ia penasaran akan tempat tujuan mereka.

Leon memarkirkan mobilnya di sebuah kedai es krim yang sudah lama, namun tetap berkelas. Ia mengajak Valerie untuk keluar.

"Tunggu.. kayaknya aku kenal deh tempat ini." Kata Valerie. Leon hanya tertawa kecil.

"Iyalah. Dulu kalo kamu ngambek kan selalu dibawa kesini." Valerie terkesiap mendengar Leon. Akhirnya ia ingat, yang dikatakan Leon benar.

Dulu, bibinya selalu membelikan gadis itu es krim ketika ia masih kecil. Ketika ia menangis, bibinya membawanya ke tempat itu. Memasuki tempatnya saja sudah membuat gadis kecil itu berhenti menangis.

Leon mengambil tempat duduk di dekat jendela. "Maunya duduk disini kan ?"

Valerie ikut duduk. "Kok kamu bisa tahu sih ?" Valerie heran.

Leon mengingat-ingat kembali. Ia tersenyum. "Nebak aja. Di kedai es krim sebelumnya, kamu duduk sama temen-temenmu deket jendela kan ?" Katanya sambil mengalihkan pandangannya kearah pelayan yang memberikan menu.

Ia enggan memberitahu yang sebenarnya. Ya, yang sebenarnya, adalah ia penasaran dengan Valerie ketika mereka masih kecil. Sejak pertama kali mereka bertemu, Leon mulai mengamati perempuan yang tidak pernah menyerah mendekatinya meskipun ia sering mengabaikannya.

Semakin hari, rasa penasarannya tidak terbendung lagi. Ia mengikuti perempuan itu. Ia tahu rumahnya, kebiasaannya sepulang sekolah, bahkan pita rambut favoritnya yang sering ia pakai.

Valerie mulai memesan, Leon juga. Valerie menatap tempat itu. Tidak banyak yang berubah. Ornamen yang sudah usang justru membuat kedai itu terlihat semakin menarik.

"Makasih ya." Kata Valerie pelan setelah pelayan pergi. Ia memandang jendela disebelahnya yang menampilkan bunga-bunga cantik.

"Buat apa ?" Tanya Leon penasaran. Ia mengerutkan alisnya.

"Udah lama aku enggak kesini. Enggak ada yang nganterin, dan enggak ada waktu. Aku bahkan hampir lupa sama tempat ini. Dan.. aku jadi inget lagi sama bibi." Gadis itu menundukkan kepalanya.

"Dulu bibi sering banget ngajak aku kesini, apalagi kalo aku nangis. Dia bakal langsung ngerayu aku pake es krim disini." Valerie tertawa kecil.

Leon hanya mengangguk sambil ikut tertawa. Ia tidak mau bilang kalau ia sudah mengetahuinya.

Tidak lama, pelayan datang membawa pesanan.

"Kamu suka mangga ?" Tanya Leon sambil menatap es krim mangga milik Valerie dengan buah cherry diatasnya.

"Banget !" Valerie tersenyum lebar. "Dari kecil aku pasti pesen ini. Enggak mau yang lain." Leon tertawa.

"Imut sekali." Batin laki-laki itu.

"Kalo kamu.. suka coklat ?" Ganti Valerie yang menatap es krim milik Leon. Leon mengangguk.

Penyanyi kedai menyanyikan lagu-lagu jadul sedari tadi. Namun Valerie tetap menikmatinya. Selang beberapa menit, Leon menghabiskan es krimnya.

"Aku punya kejutan buat kamu. Tunggu sini." Kata Leon singkat, ia beranjak dari tempat duduknya. Valerie hanya menatapnya pergi.

Ia melihat Leon berjalan menuju ke arah sang penyanyi kafe yang lagi beristirahat. Mereka berbincang dan tampak akrab sekali.

Tak lama, Leon mengambil gitar dan naik ke atas panggung. Para pelayan berteriak kegirangan, khusunya yang perempuan. Beberapa penonton pun tampak menyorakinya. Sepertinya Leon tidak asing lagi di tempat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Promise meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang