"Udah jangan nangis lagi." Kata Rain sambil ngehapus air mata Haechan pakai tisu yang ada di atas nakas. Haechan cuman diam, matanya natap Rain lurus-lurus dengan sesegukan yang maaih kedengeran.
Cengkraman Haechan di selimut mengerat pas Rain nyibak rambutnya dan ngelap keringatnya.
"Makan dulu." Kata Rain lagi terus nyodorin mangkok yang berisi cream soup ke Haechan.
Haechan malah ngegeleng, mata basahnya maaih natap Rain seolah kalo dia ngelepas tatapannya barang sedetik, Rain bakalan menghilang gitu aja.
"Maaf." Katanya yang ngebuat mata Rain langsung terpaku ke arahnya, "maaf karena gue gamau ngertiin posisi lo." Haechan nekuk kakinya dan langsung nyenderin jidat ke lututnya.
Cowok Lee itu nangis lagi. Karena gatau kenapa hari ini perasaannya kerasa meluap-luap minta dilepas.
Helaan nafas berat keluar dari sela bibir Rain. Yang awalnya dia cuman berdiri di samping kasur Haechan, sekarang dia beralih duduk di pinggir kasur. Tangannya terangkat buat ngelus kepala Haechan lembut, terus turun sampai ke punggung cowok Lee itu dan bergerak pelan nepuk-nepuk punggung yang keliatan lagi rapuh itu.
"Gue egois. Maaf."
Helaan nafas berat sekali lagi keluar dari sela bibir Rain pas ngedenger suara tercekat Haechan. Haechan kesusahan ngomong karena dia yang masih nangis sesegukan, tapi herannya cowok itu masih tetap bersikeras buat ngomong.
"Kita sama-sama egois di sini, Chan." Sahut Rain yang ngebuat kepala Haechan langsung terangkat. Mata yang semula berbinar hangat itu sekarang menyendu dan juga keliatan sedih banget.
Rain... juga ikut ngerasain kesedihan Haechan sekarang.
"Makan dulu ya?" Bujuk Rain sekali lagi, tapi Haechan tetap menggeleng.
"Gamau." Katanya parau, "tenggorokan gue sakit."
"Kalo ga makan lo ga sembuh, Chan."
"Biar. Biar gue ga ngeliat Papa gue nikah sama Mama lo." Omongan Haechan yang satu ini sukses ngebuat Rain bungkam. Matanya natap Haechan lurus-lurus dengan pupilnya yang bergetar.
Rain... ga boleh lemah juga kan sekarang?
"Chan..."
"Gue ga sanggup, Ra."
"..."
"Kenapa harus Mama lo, Ra?" Tanyanya yang mulai terisak lagi. Perasaan Haechan benar-benar sensitif sekarang. Tambah kerasa sensitif lagi karena dia yang lagi sakit, "Rain, lo... lo juga ga sanggup kan? Rainna bilang kalo lo masih sayang gue. Bilang kalo lo nyatanya ga bahagia sama pernikahan Mama Papa, Ra. Rainna..."
Rain justru bungkam dengan pandangan mengarah lurus ke bawah. Matanya lebih tertarik merhatiin sprei kasur Haechan sekarang.
"Rain..."
Rain ngegeleng pelan dan ngangkat kepalanya, ada senyuman tipis di bibirnya sekarang. Tapi Haechan bisa ngeliat dengan jelas binar terluka yang ada di manik madu itu.
"Kita ga bisa lanjut lagi, Chan. Walaupun gue sayang sama lo, walaupun lo sayang sama gue. Kita emang saling sayang, tapi semesta ga menakdirkan kita." Rain ngambil nafas banyak-banyak, tangannya sekarang terangkat buat ngehapus air mata yang ada di pipi Haechan.
"Gue sayang lo, Ra." Air mata keputusasaan itu keluar dengan derasnya dari mata Haechan, tangannya bergerak menggapai tangan Rain yang masih bertengger di pipinya buat digenggam erat. Haechan nyenderin jidatnya di punggung tangan Rain, kembali nangis sejadi-jadinya di sana.
"Haechan..." Lirih Rain sambil ngelus pelan tangan Haechan yang satunya, "lo ga bisa kayak gini terus. Lo harus nerima kenyataannya ya walau berat? Haechan... lo harus balik lagi ke sosok ceria yang gue kenal, jangan jadi kayak gini Chan. Udahan ya?"
Haechan ngegeleng brutal, genggamannya di tangan Rain makin mengerat, "gue-- ga bisa."
Rain beringsut mendekat, dibawanya tubuh yang masih bergetar hebat itu ke dekapan hangatnya, "lo pasti bisa. Mulai terima gue sebagai adik lo ya mulai dari sekarang?"
Haechan bungkam, dengan nyeri di hatinya yang makin menjadi.
"Haechan... gimana pun juga kita ga bisa bersatu lagi."
Haechan ngegeleng pelan, tangannya bergerak melingkar di pinggang Rain, "gimana kalo semesta justru ngemainin kita dulu baru nyatuin kita?"
Sekarang giliran Rain yang bungkam. Pandangannya tiba-tiba berubah kosong dengan tangannya yang makin mengerat melingkar di punggung Haechan.
"Ra... gue beneran sayang sama lo..."
Iya, Rain juga sayang sama Haechan. Sayang banget malah. Tapi rasanya kalo mereka udah dihadapkan dengan takdir yang sebentar lagi terjadi, Rain mendadak ngerasa ciut buat memupuk harapan itu.
Haechan and Rainna is playing Anne Marie ft. James Arthur - Rewrite the Stars now.
🎶What if we rewrite the stars?
Say you were made to be mine
Nothing could keep us apart
You'd be the one I was meant to find
It's up to you, and it's up to me
No one can say what we get to be
So why don't we rewrite the stars?
Maybe the world could be ours
TonightYou think it's easy
You think I don't want to run to you
But there are mountains
And there are doors that we can't walk through
I know you're wondering why
Because we're able to be
Just you and me
Within these walls
But when we go outside
You're going to wake up and see that it was hopeless after all"What if we rewrite the stars?" -Haechan.
"You know, it was hopeless after all..." -Rainna.
Cuman tinggal 7 atau 8 chapter lagi ges hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] Ex: Agape || Lee Haechan✔
FanfictionTuhan selalu menakdirkan yang terbaik untuk hamba-Nya bukan? . . . . . Haechan version!!!