"Jerray," panggilku.
"Hn?" dia menatapku dengan tampang imutnya.
Kalau dipikir-pikir lagi, ini pertama kalinya aku memanggil namanya.
"Tadi itu kamu mau bilang apa, sih?"
Dia tersenyum pahit. Ah, ekspresi itu lagi. Dia mulai menghela nafas perlahan. Suara nafasnya sampai hingga ke telingaku, membuatku membeku seketika tanpa alasan.
"Iya ... itu ..."
Aku terus menunggunya. Dia sesekali melirik ke araku dan ke arah meja. Akhirnya dia mau berbicara.
"Sebenarnya, aku berpikir kalau ... kau itu sangat mirip dengan seseorang yang kukenal," katanya sambil menatap ke arahku.
"Benarkah? Siapa?"
"Dia, adik perempuanku," dia tersenyum tipis sambil menatapku.
Oh, aku tak menyangka ternyata Jerray punya seorang adik. Dan dia baru saja bilang bahwa adiknya mirip denganku. Apa maksudnya dari segi fisik? Yang jelas, aku memang bukan adiknya.
"Apanya yang mirip?" tanyaku.
"Yah, banyak. Wajahmu juga mirip dengannya. Saat pertama kali melihatmu, aku sempat mengira kalau kamu itu adikku, loh."
Oh, jadi itu yang dia pikirkan saat pertama kali kita bertemu. Berbeda jauh dengan apa yang aku pikirkan waktu itu. Astaga, aku memang payah. Kalau mengingat hal itu lagi, rasanya memalukan sekali.
"Bukan cuma wajahmu saja, sih. Rambutmu yang bergelombang, juga kantung mata itu. Mirip banget!"
Ah, bahkan dia memperhatikan kantung mataku. Aku tersenyum getir. Bisa-bisanya aku menjadi sebodoh ini. Benar juga, setelah dipikir-pikir ...
"Kau benar. Seharusnya aku tau kenapa seseorang akhirnya mau memperhatikanku," ucapku pelan.
"Maksudmu apa?"
Aku hanya menunduk. Rasanya malu sekali. Berani sekali aku langsung terpana saat melihatnya waktu itu.
"Maksudku ... bukan apa-apa."
"Maksudmu, selama ini kamu gak pernah diperhatikan orang-orang?" tebaknya.
"Begitulah," jawabku sambil berusaha tersenyum.
"Ya, aku tau, kok."
"Eh?" aku mendongak, menatapnya dengan heran.
Dia tau? Bagaimana bisa?
"Kalau kamu tanya kenapa, itu karena aku selalu memperhatikanmu. Karena kamu mirip adikku yang membuatku tertarik untuk mengenalmu lebih jauh."
Jadi hanya itu, ya, alasannya. Tunggu, dia bilang dia selalu memperhatikanku?
"Oh? Aku gak pernah sadar, sih ..." aku berusaha menjadi setenang mungkin. "Tapi, tadi di sekolah aku mencarimu. Kamu tak pernah muncul sampai waktunya pulang."
"Ah, itu ..." dia tertawa pelan. "karena aku ada janji menjenguk seseorang, aku pergi ke UKS."
"Sampai pulang?"
"Iya. Lumayan lama juga, jadi aku langsung pergi ke rumahmu."
Pantas saja dia tidak ada di tempatnya yang biasa. Untuk sesaat, aku merasa ingin marah entah kenapa. Tapi, aku tidak bisa. Aku pun menundukkan kepala.
"Dasar stalker."
"Hah!? Aku bukan stalker! Cuma mau memastikan kondisimu aja ..."
"Tetap saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
When the Flower Blossoms
Novela JuvenilKetika bunga bermekaran, apakah ia akan menunjukkan keindahan atau penderitaannya selama ini? Lima tahun yang lalu, seorang gadis penyendiri jatuh cinta dengan bunga terindah. Tanpa ia sadari, bunga yang paling indah itu memiliki masa lalu yang pen...