" Aira cepet turun ada temen kamu. " teriak bunda dari bawah.
" Siapa bun? Jeya bilang gak sekolah deh perasaan. " jawab Aira yang turun dari tangga sambil sibuk menenteng tas dan sepatu. ketika sampai di bawah Aira terkejut.
" Mampus! Aku lupa dia kan bilang mau jemput. "gumam Aira dan menepuk jidat setelah tau siapa yang datang.
" Eh kak Ari. " kata Aira kikuk.
" Duduk dulu kak. " sambung Aira.
" Kamu langsung berangkat apa mau sarapan dulu? " kata bunda Aira.
" Aira langsung jalan aja deh bun, kak gimana mau sarapan dulu? " kata Aira pada bunda kemudian menatap Ari.
" Iya Ri makan aja dulu deh ya? " kata bunda.
" Gak usah tante makasih, Ari tadi udah sarapan kebetulan. " tolak Ari sopan.
" Yaudah kalian hati hati ya, inget Ri jangan ngebut jangan nyalip soalnya anak bunda penakut kalo naik motor ngebut " kata bunda nyengir.
" Apasih bun, udah ah Aira jalan. Assalamualaikum. " kata Aira mencium punggung tangan bundanya dan sama halnya dengan Ari.
" Tante Ari jalan dulu ya, Assalamualaikum. " pamit Ari.
" Waalaikum salam, inget pesen bunda ya Ri "
" Siap laksanakan " kata Ari sembari hormat.
melihat interaksi antara bunda dan Ari membuatnya melongo, bagaimana bisa mereka seakrab itu padahal baru saja bertemu.
" pegangan ntar kamu jatoh. " kata kak Ari setelah lama diam selama perjalanan.
" gak usah, kakak bawa nya pelan pelan aja. " bukan pelan Ari malah menaikkan gasnya yang membuat Aira spontan memeluk Ari.
" Nakal sih dibilangin. "Gumam Ari dan membuat lengkungan kecil di bibirnya.
" Kak ih! Kan aku bilang nya pelan pelan bukan kenceng. " heboh Aira.
" kamu gak mau nurut. " kata Ari sedikit kencang karena bising suara angin.
" Apanya sih yang gak nurut! "
" saya suruh kamu pegangan tapi kamu gak mau. "
" fine! sekarang pelan pelan, aku pegangan. " Aira pasrah dan menaikkan tangannya ke pundak Ari.
" kamu pegangan ke pundak, saya berasa jadi tukang ojek. " protes Ari, Aira berdecak.
" trus aku pegangan kemana kak? Ke besi belakang? Jauh tau. " cerocos Aira.
" saya gak suruh kamu pegangan besi belakang. "
" ya terus? " Astaga Aira, makan nya Apasih ko lemot banget.
" lama-lama saya gemes, maksud saya pegangan pinggang saya. " kata Ari menengok spion melihat reaksi sekilas Aira yang terkejut kikuk.
" eng-enggak ah! Ntar ada yang liat kak "
" yaudah saya ngebut. " kata Ari.
" ck, iya! " Aira memanyunkan bibirnya.
Sumpah ya kak Ari kenapa sih, kesel. Batin Aira.
" kak! Kak! sampai sini aja " Aira sudah beberapa kali teriak seperti itu dan memukul mukul punggung Ari karena mereka sudah sampai di depan gerbang dan Aira meminta Ari menurunkannya di sana, tetapi seperti biasa, Ari tidak menghiraukan ocehan Aira dan tetap masuk kedalam Parkiran sekolah.
Aira turun lalu melepaskan helmnya dengan bibir yang cemberut, Aira kesal karena Ari tidak menurunkan nya di gerbang. padahal ia takut jika siswi melihatnya berangkat sekolah bersama Ari yang notabenya adalah Osis dan jarang sekali memboncengi perempuan terkecuali, Dela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ari untuk Aira
Fiksi Remaja" Saya gak cuma nganggap kamu adik kelas, saya nganggap kamu lebih dari itu. " " Maksudnya nganggap aku adik kandung gitu? " tanya Aira polos. Antara bodoh dan polos Aira berada di tengahnya, Ari gemas dan mencubit pipi Aira tetapi selalu di tepis k...