04. Aku yang Lain

68 37 14
                                    

Kukira saat itu dia hanya sendiri, ternyata aku salah.

Aku yang Lain sudah lebih dulu berada disisinya. Bahkan lebih dekat dibanding aku.

Aku benar-benar marah saat itu.
Aku ingin berteriak dengan keras.
Dan menghancurkan semua yang ada didekatku.

Namun nyatanya, aku hanya bisa menahan sesak dan tangisku.

Kupikir, malam itu sudah terlalu larut untuk tetap bertukar pesan.
Tapi apa boleh buat? Jariku mendadak menari-nari diatas keyboard dengan sendirinya.

Pesan yang kukirim padanya berisikan tentang kekesalan yang kurasakan pada saat itu.

Kau akan meninggalkanku? Katakan!
Jika iya maka mengapa kau melakukan hal sedemikian padaku?
Mengapa mengatakan kau mencintaiku kalau akhirnya kau akan meninggalkanku untuk menikah dengannya?
Kau membuat hatiku sakit.

Aku mengatakan hal tersebut tanpa kuduga.

Entah Tuhan akan marah padaku dan menghukumku, aku mengkesampingkan itu semua.

Balasan pesan yang ia kirimkan padaku begitu lembut dan meyakinkanku.

Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Saat itu orang tuaku yang memintaku untuk bertunangan dengannya. Dia mencintaiku, tapi aku mencintaimu.
Kau cinta pertamaku, dan aku bisa merusak segalanya jika kau mau.
Demi Tuhan, jangan mengatakan itu. Bagaimana bisa aku meninggalkanmu? Aku mencintaimu sejak pertama kita mengobrol. Aku jatuh cinta.
Dan saat kau mengatakan bahwa kau muslim, aku begitu bahagia karena kita seagama.

Pesan itulah yang kubaca pada malam itu.

Dia membuatku dilema.
Dia berhasil membuatku jatuh cinta dalam waktu dua jam.
Dan dia juga berhasil membuatku menjadi wanita serakah hingga kini.

Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang