part of 9

1.5K 232 7
                                    

"Jadi kapan kau akan menikahi Jungkook?" Jimin bertanya setelah tahu bahwa mungkin sesuatu sedang terjadi pada sahabatnya.

Bagaimana Jimin bisa tahu? Sederhana, karena akhir-akhir ini sahabatnya itu selalu bertanya hal-hal seputar pernikahan. Jimin memang belum menikah, namun sering membantu saudara dan temannya yang hendak menikah menjadikan Jimin peka, bahwa sahabatnya itu tengah berada di ambang untuk menikah dalam waktu dekat ini.

"Aku kembali ragu, Jim," balas Taehyung sambil terkekeh.

Mendapat wajah keheranan, Taehyung juga tidak bisa menyalahkan dirinya sendiri. Sesungguhnya dia pun kembali ragu. Jungkook memang tidak pernah membuatnya kecewa, tepatnya karena tak pernah Taehyung mengharapkan apapun dari pemuda manis itu. Juniornya ketika kuliah yang pemalu, namun siapa sangka bahwa Jungkook itu orang yang asyik dan kooperatif.

"Kriteriamu bukannya ada apa Jungkook semua?" Jimin bertanya.

"Apalagi yang kurang?" lanjutnya.

Taehyung mengusap dagunya. Memikirkan kembali. Semalam, dia baru saja menceritakan keadaan keluarganya. Jungkook itu orang pertama yang tahu. Bahkan Jimin sekali pun tidak pernah tahu bagaimana keluarganya. Sesaat ada rasa penyesalan muncul. Ada banyak spekulasi yang tiba, seperti apakah Jungkook jijik padanya? Apa pemuda itu akan memberi tahu temannya yang lain? Meski Taehyung sempat ragu, Jungkook mungkin adalah tipikal orang yang tidak mudah menceritakan bahkan perasaannya sendiri pada orang lain.

Tiga tahun tinggal bersama. Taehyung hanya tahu bahwa Jungkook itu orang yang sabar. Jelas sabar luar biasa, tak pernah dia melihat Jungkook dalam keadaan marah atau emosi tinggi sekali pun. Pemuda itu mungkin memiliki hati yang lembut juga, terbukti dengan tidak pernah melakukan sesuatu secara kasar. Bahkan, Jungkook tak pernah membentaknya. Soal itu, Taehyung baru sadar. Mungkin hanya beberapa kali Jungkook meminta sesuatu padanya. Itupun seperti tidak benar-benar serius.

"Entahlah, dia juga ragu, mungkin?" Taehyung menatap Jimin yang tengah memainkan ponsel.

"Kalau begitu, kalian harus bekerja sama untuk saling meyakinkan. Apalagi yang kurang? Kalian sudah lama tinggal bersama, toh, setelah menikah tidak banyak yang berubah, bukan? Jungkook juga sedang tidak memiliki kekasih."

Taehyung mengangguk. Setuju benar dengan ucapan Jimin karena dia berpikir demikian. Tetapi semuanya tidak sesederhana itu. Sayangnya, Jimin tidak mengetahuinya. Taehyung yakin, ada gen ayahnya di dalam darahnya. Yang dia takutkan adalah, suatu saat nanti, Taehyung takut bahwa apa yang pernah ayahnya lakukan akan dilakukan lagi olehnya.

Terdengar konyol? Maka, Taehyung ingat mendiang kakeknya. Tak beda jauh dengan ayahnya bahkan lebih parah. Beruntung ayahnya itu bisa mendapatkan kesuksesan sendiri. Karena, tak mungkin ayahnya harus berebut harta warisan dengan gadis-gadis belia yang dia panggil ibu. Gila, bukan?

Maka, kini Taehyung mulai was-was dengan dirinya sendiri. Meski selama ini tak pernah terlibat dalam urusan cinta. Berbeda dengan ayah dan kakeknya yang sedari muda memang selalu berganti-ganti pasangan.

"Komunikasi itu penting." Jimin berucap, menyadarkan Taehyung dari peliknya isi pikirannya saat ini.

"Huh?"

"Kau harus banyak membicarakan apapun itu bersama Jungkook. Entah ketakutanmu, tujuanmu, keinginanmu, dan segalanya. Dengan begitu, kau akan tahu apa kau sungguhan yakin atau tidak untuk menikah," ujar Jimin, menaruh ponselnya di saku celana, "aku selalu mendengar itu dari setiap orang yang akan menikah. Karena kurangnya komunikasi, maka pernikahan mereka bisa hancur dengan mudah," lanjutnya.

"Tapi bagaimana dengan ego, Jim?"

"Semua manusia punya ego, Taehyung."

"Lalu bagaimana jika aku tidak bisa menahannya?"

"Itulah pentingnya semakin kenal dengan pasanganmu. Dengan begitu, kau selalu sadar bahwa bagaimana pun orang lain, kau tetap akan ingin dengan pasanganmu."

"Tapi tidak sesederhana itu." Taehyung masih enggan menerima.

Jimin mengangkat sebelah alisnya. "Taehyung, selama ini kau selalu dekat dengan siapa? Apa kau pernah mencintai orang lain?"

"Tidak."

"Lantas, ego jenis apa yang kau takutkan? Kurasa, Jungkook juga bukan seseorang yang banyak menuntut. Sudah kubilang, setelah kalian menikah pun tidak banyak berubah. Kalian sudah lama tinggal bersama, hanya saja ketika sudah menikah kalian akan merasa lebih terbuka dan intim."

"Tapi, Jim. Bagaimana jika setelah menikah, aku akan jatuh cinta pada orang lain?"

"Apa yang membuatmu yakin? Kutanya, apa kau menaruh harapan pada Jungkook?"

"Tidak."

"Sama sekali?"

Taehyung mengangguk.

"Kalau begitu, tungguhlah. Aku yakin, kau akan terus jatuh cinta kepadanya. Karena jatuh cinta kembali pada orang lain adalah ketika kau terlalu berharap pada pasanganmu saat ini."

...

Jam pulangnya telah tiba. Menunggu di halte bus yang sepi, bukannya bus yang menjemput melainkan mobil yang Jungkook kenal siapa pemiliknya.

"Ayo pulang bersama," ajak Taehyung dengan senyumnya.

Tak pernah menolak. Lagian, lumayan untuk menghemat uangnya. Taehyung tidak segera membawanya ke rumah, melainkan sebuah kedai es krim di sebuah simpang. Mereka masuk ke dalam dan memesan es krim. Sambil menunggu, tak ada perbincangan di antara keduanya. Sampai, Taehyung membuka percakapan.

"Bagaimana kalau kita menikah minggu depan?"

"Eum? Hari apa, Hyung?"

Jungkook sejujurnya mendadak gugup. Apa secepat itu? Dia bahkan belum kembali memikirkan tanggal pernikahan mereka. Apa yang harus dia siapkan?

"Ya. Namun, aku ingin kita hanya mengucap janji di depan pendeta di gereja. Hanya kita berdua. Setelah itu, kita bisa pergi jalan-jalan," tutur Taehyung penuh percaya diri.

Jungkook tertegun. Sempat terkejut bahwa hanya itu yang Taehyung inginkan. Namun setelah dipikir lagi, tidak buruk. Sejujurnya Jungkook juga malas untuk mengadakan pesta, belum lagi harus mengundang orang-orang yang sebenarnya tidak begitu Jungkook anggap dekat.

"Hanya kita berdua?"

Taehyung mengangguk. Pesanan datang, tetapi sebelum acara makan dimulai. Taehyung kembali bertanya.

"Kau tidak kecewa, bukan? Bukan berarti aku tidak ingin ada yang tahu. Aku hanya ingin ini terasa spesial untuk kita berdua saja,"

Jungkook mengangguk paham. Tersenyum yang membuat Taehyung merasa lega.

"Tentu saja, Hyung. Aku juga malas kalau harus berada di hadapan banyak orang."

ZuhausWhere stories live. Discover now