part of 14

1.5K 216 8
                                    

Pagi itu tidak sama lagi seperti pagi-pagi sebelumnya. Jika di dapur itu biasanya memiliki jarak dan suasana yang normal. Kini berbeda sekali, Jungkook yang biasanya dapat membuat sarapan dengan tenang kini malah menjadi sedikit kesulitan. Tepatnya, kegiatannya di pagi hari harus diganggu oleh seseorang yang saat ini sedang memeluk tubuhnya dari belakang, tidak hanya itu melainkan dengan memberi sebuah kecupan-kecupan manis di area tengkuk dan telinganya.

"Hyung, berhenti! Aku merasa geli," ungkap Jungkook untuk kesekian kalinya.

Dia sudah sering mendorong, melawan bahkan mengancam pria itu. Tapi hasilnya? Nihil, malah tak jarang Taehyung malah berbuat yang lebih-lebih dan itu membuat Jungkook nyaris lupa caranya berdiri dengan benar.

"Tidak mau." Pria itu menggelengkan kepalanya di ceruk leher suaminya, membuat rasa geli itu semakin kuat.

Jungkook berusaha menahan emosinya. Sebenarnya dia tidak begitu terganggug hanya saja, debaran jantungnya begitu kencang dan baginya itu cukup memalukan. Lagi, tak pernah Jungkook bayangkan sebelumnya bahwa Taehyung yang terlihat tenang dan dingin dari luar memiliki sifat semanja ini. Selama 4 tahun, bagaimana pria itu bisa menyembunyikan sifatnya ini? Atau malah selama sebelum mereka menikah?

Sebuah ide terbesit di benaknya. Mungkin sedikit gila, tapi Jungkook rasa dia bisa mencobanya. Menghentikan aktivitasnya sebentar. Berbalik hingga kini menghadap Taehyung yang terpaksa melapas pelukannya dengan perasaan sedikit kecewa.

Kedua mata mereka langsung bertemu. Kurang dari lima detik, wajah Taehyung ditangkup oleh kedua tangan dan selanjutnya sebuah ciuman manis hinggap di bibir tebalnya. Hanya sebentar tapi lumatan kuat sebagai akhir dari ciuman itu langsung membuat Taehyung terdiam kaku.

"Sudah. Ayo sarapan, Hyung!" ajak Jungkook tanpa berdosa sama sekali.

Membawa dua piring yang sudah selesai disiapkan. Meski jelas sekali wajahnya juga memerah. Ketika Jungkook baru saja duduk, seseorang turut duduk di sebelahnya dan kali ini langsung mencium pipinya yang semakin merona.

"Terima kasih, Sayang."

Lantas, bagaimana keduanya tidak sama-sama kembali jatuh cinta satu sama lain? Jika sarapan sebelum-sebelumnya terasa biasa saja. Kini total berbeda, selalu ada perasaan yang masih agak asing yang hebatnya selalu membuat keduanya kelewatan bahagia.

- - -

"Kau hutang cerita padaku!"

Jungkook baru saja duduk dan sudah disuguhi pertanyaan yang terdengar seolah bahwa dia telah berutang pada temannya. Cha Eunwoo menatapnya dengan penasaran. Oh, tentu saja setelah tiga hari tidak masuk tanpa alasan apapun. Hebatnya, bos mereka mengizinkan hal itu. Padahal, sebelumnya bos mereka selalu ketat dalam menerima izin dari karyawannya. Kali ini? Tentu saja hal itu menjadi perbincangan beberapa karyawan yang mulai penasaran.

"Mengapa memangnya?"

"Kau izin dan tidak mendapat potongan gaji sama sekali. Sudah gila, apa? Semuanya iri padamu, Jungkook."

Mendengar itu Jungkook lantas berpikir sebentar. Ah, dia baru saja teringat satu hal dan mungkin itulah mengapa Taehyung dapat dengan mudah berkata bahwa mereka bisa izin selama 3 hari.

"Ya, memang aku berhak menatap libur 3 hari, tahu." Jungkook membalas dengan cuek, namun senyumnya terlihat yang malah membuat Eunwoo semakin curiga.

"Karena?"

"Aku menikah. He he he."

"KAU GILA! MENGAPA TIDAK MENGATAKANNYA PADA KAMI?!"

Wajah Jungkook memerah. Karyawan lain mulai menghampiri mejanya, bertanya hal yang serupa. Sial. Jungkook lupa kalau sekarang kantor sedang ramai karena hari masihlah pagi.

"Ya! Tunggu, biar aku jelaskan."

"Jahat sekali. Mengapa kami tidak diundang?"

"Setidaknya beri tahu saja, Jungkook!"

"Ya, betul. Apa itu merepotkan?"

"Juga, kau menikah dengan siapa?"

- - -

Kantor itu nyaris rusak seperti kapal pecah jika Taehyung tidak mengancam akan menelpon polisi. Yeonjun adiknya, menatap kakak satu-satunya dengan tatapan dendam. Marah dan kesal. Tak mengira bahwa kakaknya akan bermain di belakangnya dengan cara sekeji ini.

"Apa salahnya aku datang? Aku bisa menjadi saksi kalian!"

Pintu dibuka, itu Park Jimin yang penasaran karena sedari tadi suara ruangan rekannya terdengar berisik belum lagi tembok ruangan Taehyung itu transparan sehingga terlihat apa yang sedang terjadi di dalam.

"Ada apa ini?"

"Hyung, kau tahu kalau Hyung kurang aja ini sudah menikah?"

Butuh tiga detik sampai Jimin paham maksudnya. "APA? BAGAIMANA BISA? MENIKAH DENGAN SIAPA?"

"DENGAN JUNGKOOK HYUNG! MEREKA MENIKAH EMPAT HARI YANG LALU!!!"

"SIAL! MENGAPA TIDAK MENGUNDANG?!"

Taehyung memijat pelipisnya. Mendadak kepalanya pusing akibat mendengar omelan dari keduanya.

"Pantas saja kau izin tiga hari! Ternyata kalian honey moon, huh?"

"Kalian honey moon ke mana?!"

"Diam dulu! Biar aku jelaskan dan bisakah kalian tidak usah memarahiku?"

"TIDAK BISA!"

"SALAH SIAPA TIDAK MENGUNDANG KAMI?!"

Taehyung menjatuhkan kepalanya ke atas meja. Ini masih pagi dan mengapa awal harinya sudah terasa rumit.

- - -

Malam itu, keduanya berbaring di atas kasur dengan tubuh yang benar-benar lelah. Pekerjaan hari ini memang sibuk tapi ditambah dengan desakan dan perayaan-perayaan dari rekan kantor belum lagi perasaan tidak enak yang melingkupi mereka.

"Hyung~ aku merasa sungguh tidak enak. Apalagi kepada Yeonjun," ungkap Jungkook, berbaring menghadap suaminya yang semula sedang memejamkan mata. Belum tertidur, hanya saja kepalanya terasa masih sakit.

Belum lagi dompet mereka yang mendadak menipis. Tepatnya Taehyung yang harus mentraktir rekan-rekan kerjanya, anggota divisi, sahabat dan adiknya. Jungkook? Dia hanya mentraktir Eunwoo, itupun diam-diam karena hanya pemuda itu yang dekat dengannya.

"Tidak apa-apa, Sayang. Dia menerimanya, kok."

"Huum. Tapi tetap saja. Aku juga sudah memberi tahu Mama, katanya aku hebat sekali berani menikah diam-diam," ucap Jungkook, wajahnya tampak sedih saat ini.

Taehyung menghela napasnya. Kini turut berbaring menghadap Jungkook. Keduanya berbaring saling berhadapan. Saling menatap dan Taeyung peka bahwa ada kilatan kesedihan di sana. Mungkini ini salahnya juga yang terkesan spontan saja. Tapi, memang ini yang Taehyung inginkan.

"Dengar, ya, Kookie. Cepat atau lambat pun mereka pasti menerimanya. Jika memang mereka sayang denganmu, mereka pasti menerimanya. Jadi, jangan merasa bersalah lagi, oke?" Taehyung meraih tangan Jungkook, mengenggamnya lembut. "Karena pernikahan ini kita yang jalani. Bukan mereka. Dan aku bahagia menjalaninya."

Wajahnya memerah. Jungkook tersenyum lebar, sangat manis dan Taehyung tak bisa menahan diri untuk memeluk suaminya itu erat. Jungkook sedikit mengerang karena Taehyung memeluknya terlalu erat.

"Aku jadi benar-benar gemas denganmu! Bolekah aku memakanmu?"

"Ya! Hyung aneh-aneh saja!"

ZuhausWhere stories live. Discover now