Empat

42 9 0
                                    

Aldi menatap lurus kedepan. Ia menatap seorang cewek.Nadin terus berjalan melewati koridor kelas Aldi. Dengan cepat, Nadin mengambil headset dan meletakkan nya di telinga untuk pengalihan dari apa yang ada di depannnya. Aldi terus menatap punggung cewek itu sampai ia memasuki kelasnya.

Aldi menghela napas panjang. Dia belum bisa beranjak dari Nadin. Cewek berkulit pitih dengan pipi chubby nya ditambah dengan rambutnya yang hitam legam terus terngiang ngiang di kepala Aldi. Dia tak mau pergi.

Sebuah tangan menepuk keras bahu Aldi, membuat nya langsung tersentak.
" Lo liatin apaan dah?!" Arvind duduk Disampingnya.

" bukan apa apa" jawab Aldi pendek. Ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

" ntar lo jangan pulang dulu. Kita sekelas mau foto tahunan" ingat Arvind.

" iya, gue inget"

" awas lo kabur. Itu besok berguna biat kenang kenangan."

" iyaaa" jawab Aldi malas.

Alma datang dengan mengibas ngibaskan tangannya yang berair.

" siapa punya tissue?" Tanya Alma.

"Ada" Jawab Aldi

"Mana?" Alma tersenyum, jarang Aldi mau menjawab.

"Di warung" oceh Arvind.

Alma mengerucut kan bibirnya kesal. Dua cowok ini tidak pernah berubah. Semenjak SMP mereka selalu bersama. Dan karena mereka dulu tinggal di satu komplek perumahan yang sama juga.
Tapi, bagaimanapun Alma menganggap Aldi sahabat, Alma tidak bisa membohongi perasaannya. Jujur ketika Alma mengetahui Aldi berpacaran dengan Nadin semenjak kelas 10. Hatinya hancur.
Tak ada yang mengetahui jika Alma menyimpan perasaan ke Aldi. Semua orang menganggap mereka bertiga hanyalah sahabat. Tidak lebih dari itu.

Dan pada saat Aldi putus, Alma sangat senang. Rasa yang dulu mulai memudar kini tumbuh kembali semenjak mendengar kabar itu.

Tiba tiba Reina datang.
" Lo butuh tissue ya?" Reina menyodorkan beberapa lembar tisu.

" Eh, I-iya makasih ya"
Alma menerima tisu tersebut.

Alma menangkap lirikan mata Reina. Walau sebentar, Reina masih menyempatkan diri menatap Arvind.

***
Bel pulang sekolah berbunyi, Alma membereskan tas nya.

" sekarang jadi foto tahunan nggak sih?" Aldi melirik jam tangannya.

" nggak tau. Katanya sih jadi" Alma menutup resleting tas nya.

" Lo masih lama nggak?" Tanya Aldi melihat Alma yang memeriksa lacinya

" hahh! lo nungguin gue?" Kaget Alma.

" nggak nungguin presiden ganti. Cepetan!"

" eh, I-iya" Alma langsung mengambil tasnya dan menyusul Aldi yang keluar kelas.
Ternyata diluar sudah menunggu Arvind.

" kita nggak jadi foto tahunan" Arvind memberikan informasi.

" kenapa?"  Alma mengerutkan kening.

" tukang fotonya nggak bisa datang"

" Oo, boleh pulang kan sekarang?" Aldi melonggarkan dasinya. Hari ini cukup panas.

" vin, bareng ya,tadi pagi hujan jadinya gue nggak bawa motor" jelas Alma.

" hm " Arvind membalas singkat dan langsung menuju motornya.

Arvind membalikkan badan
" Aldi, ntar latihan basket di tempat biasa jam 4 buat pertandingan besok."

FreundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang