Sepuluh

21 9 2
                                    

Hppy Reading!❤️❤️
****
Arvind menatap Nadin tak percaya. Cerita yang menyedihkan.

"Dan sekarang,Aldi memilih meninggalkan istrinya yang sangat ia cintai itu dalam kondisi terpuruk sendiri. Ia lebih memilih bersenang senang." Nadin menutup ceritanya.

Lengang,tak ada yang membuka suara. Reina meminum teh didepan nya. Kerongkongannya kering saat bercerita sepanjang itu.

"Tragis" satu kata  bagi Arvind menggambarkan kenyataan itu.

Reina mengangguk.
"Memang mereka selepas SMA,sama sama kuliah di London. Kemanapun berdua. Bisa ditebak umur mereka sekitar 19 atau 20 an. Lalu mereka memutuskan secepatnya menikah. Pasangan itu terburu buru. Tak memikirkan masa depan mereka" tambah Reina kembali.

"Atau ada hal yang lebih mendesak" sambung Reina lagi,entah itu dugaan atau kenyataan.

Arvind terdiam sejenak,sembari mengetuk ngetukan jarinya ke kaca meja.
"Lo tau ini dari mana??" Tanya Arvind heran, kenapa Reina bisa sedetail itu menceritakan semua.

"Kakak gue, kuliah di London,dan kadang kadang Aldi sering cerita sama dia. Walaupun baru kenal,tapi Aldi selalu bercerita kepadanya." Jawab Reina.

Arvind mengangguk paham.

"By the way,lo ngapain di Heidelberg?" Tanya Reina.

Arvind menyeruput kopinya.
"Cuman sekedar refreshing, terus gue diminta sama Mama Alma buat jagain dia selama yaa kurang lebih 1 bulan. Lagian gue udah lama nggak ketemu dia" ujar Arvind.

"Abis dari sini lo mau kemana?"
Tanya Reina sambil berjalan menuju rak buku. Meletakan kembali koran pagi tadi

Arvind melirik jam tangannya.
"Alma kuliah masih lama,nggak tau mau ngapain" jawab Arvind.

"Kalau kita makan bentar gimana?" Ajak Reina

"Gue sih mau aja, emang lo nggak sibuk?" Tanya Arvind dengan masuk menghargai pengusaha muda ini.

"Sibuk sih bisa dibilang tiap hari. Tapi sekarang lagi nggak ada janji. Sekali kali gue yang traktir, udah lama nggak ketemu sama Lo" Reina tersenyum.

Arvind mengangguk pertanda setuju menerima ajakan makan itu.

Reina berdiri lalu membereskan dan mengambil tas nya.

Arvind menatap Reina  lekat.
"Eeumm, Btw,lo nggak suka sama gue lagi kan?" Tanya Arvind ragu ragu.

Reina langsung menoleh dengan wajah datarnya.Memandangi Arvind cukup lama lalu tertawa tiba tiba.

"Ya enggak lah, sekarang gue nggak mikirin itu juga lah, gue fokus lanjutin perusahaan ini. Aneh lo!Lagian dari awal gue tau kalau lo suka sama sahabat lo sendiri kan?" Reina terkekeh. Lalu menyandang tas nya.

Arvind tersenyum, Reina banyak berubah selama mereka tak pernah lagi bertemu. Disaat teman teman yang lainnya masih melanjutkan kuliah atau sudah memilih menikah, Reina malah menjadi CEO di perusahaan terkenal.

Arvind kagum dengan Reina yang saat ini. Reina yang sudah dewasa,tenang,dan lebih memikirkan masa depannya kelak. Bukan Reina yang dulu menyukainya dalam diam-walau banyak yang mengetahui,termasuk Arvind. Bukan Reina yang dulu termasuk Badgirl di sekolahnya,sering mendapat surat panggilan dari sekolah, mengunjungi kelab malam yang padahal tidak sesuai dengan usianya. Bukan lagi Reina yang bicara banyak,melainkan Reina yang bicara seadanya,sangat tenang dan datar.

Mereka berjalan keluar ruangan. Semua karyawan yang berpapasan dengan mereka menyapanya sembari menundukkan kepala, menghormati bos besarnya,padahal Reina masih berusia 22 tahun. Bahkan karyawan nya yang jauh lebih tua darinya ikut menundukkan kepala ketika melewati Reina, mereka semua sangat lah sopan.

FreundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang