Delapan

28 7 4
                                    

Arvind menutup pelan buku tua kecoklatan tersebut. Menghela napas berat. Sedikit flashback mengingatkannya tentang perasaannya ke Alma yang kembali timbul. Ya walaupun Alma tidak berpamitan dengannya di hari terakhir nya berada di Indonesia,Arvind tak mempermasalahkan hal tersebut. Hanya saja,Arvind tak memberitahu lebih awal dimana Arvind akan kuliah. Ia baru membicarakan hal tersebut tadi pahi ketika di Cafe.

Arvind mengedarkan pandangannya.
Arvind mengumpat, Kunci apartemen Alma ada dengannya. Bagaimana nanti Alma langsung masuk dan menemukan buku diary nya ada di kamar Arvind. Tidak itu tidak boleh terjadi. Arvind masih ingin membaca buku tersebut.

Dengan langkah cepat, Arvind memasang jaket dan meraih kunci apartemen Alma. Arvind langsung keluar disambut dengan udara yang lebih hangat dari pagi tadi.
Arvind berjalan menuju kampus Alma,ia berharap gadis itu masih menyelesaikan kelasnya.

***
Arvind menatap lalu lalang mahasiswa dengan wajah bule mereka. Tidak hanya orang Jerman asli. Kulit hitam juga kerap dijumpai disini.
Menyelesaikan kerja kelompok bersama di taman, menyantap makan siang, dan berbagai aktivitas dijumpai disini.

Arvind duduk di kursi taman dekat gedung utama fakultas.
Tak lama menunggu,Arvind dapat melihat Alma yang bersenda gurau dengan teman temannya sambil membawa beberapa buku.
Arvind melambaikan tangannya sedikit memberi sinyal agar Alma ke arahnya.
Alma pamit ke teman temannya dan berjalan ke arah Arvind.
"Lo nungguin gue selesai kelas? " tanya Alma kaget

"Nggak lah, kepedean lo" tukas Arvind.

"Kirain,ngapain lo datang kesini?"

"Balikin kunci lo" Arvind menyodorkan kunci.
"Lagian apartemen lo nggak modern banget sih,sekarang orang pakai kartu kali" cerca Arvind sembari berdiri.

Alma tertawa renyah.
"Heh, gue juga punya kartunya kali,ngapain lo takut kalau gue nggak bisa masuk"

Mereka berjalan pulang menuju apartemen nya masing masing .
***
Arvind mengehempaskan tubuhnya diatas ranjang. Menatap langit langit.
Ia disuruh datang ke Hilderbeg karena diminta oleh Mamanya Alma,dan apartemen ini disewakan selama sebulan juga olehnya. Sekaligus sebagai pelepas letih Arvind dengan tugas kuliahnya. Dan juga untuk mencari alamat seseorang.
Arvind belum menyatakan kepada Alma bahwa selama 1 bulan kedepan Arvind akan menjaganya. Terdengar lebay,namun bagaimanapun Arvind tak dapat menolak perintah tersebut.

Arvind beranjak berdiri. Menyibak tirai sedikit,memperlihatkan indahnya kerlap kerlip cahaya malam di kota Hilderbeg.

Arvind mengalihkan pandangannya ke meja, buku Alma masih tergeletak disana.
Arvind tersenyum getir
"Maafin gue ya,Al"
***

Alma memeriksa seluruh sudut ruangannya,buku itu tak kunjung ia temukan. Bukan karena isinya yang bersifat rahasia namun sebuah kertas kecil berisikan alamat seseorang terdapat didalam sana.

Alma duduk di tepi ranjang nya. Mengikat rambutnya yang tergerai dengan cepat.
"Ishh,kemana lagi sih itu buku" umpat Alma.

"Ah,capek gue" kesal Alma.
Alma membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata.
***

Pagi hari di kota Hilderbeg. Arvind merapikan rambutnya dan memakai jaket untuk suhu yang dingin ini. Dengan semangat ia berjalan keluar,menuruni lift dan keluar dari apartemen nya. Menuju apartemen Alma yang yang hanya berjarak setengah kilometer.

Arvind menunggu di lobby sambil membaca beberapa koran pagi ini.

"Perusahaan 'ITC' London mengalami penurunan saham,membuat banyak perusahaan lainnya mengirim investor terbaiknya.

Arvind diam sejenak. Perusahaan ini seperti tak asing masuk ke kupingnya.
Arvind berusaha mengingat.

"Heh,pagi pagi udah disini. Mau ngapain Lo?" Sapa Alma dengan menyandang tas sampingnya.

FreundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang