bagian 7 #awal yang sempurna

2 0 0
                                    

Now playing: one direction - little things

***

Kita adalah kumpulan aku dan kamu yang bertemu di tengah koma. Ada seribu alasan untuk menyerah dan meninggalkanmu tapi aku tak mau. Menunggu jutaan tahun hanya untuk dapat bersamamu.

Kim chia

***

Gerombolan anak anak menutupi papan mading. Tapi tidak dengan Cia dan Kimberly. Dua gadis itu memilih duduk jauh dari keramaian. Cia sangat tak suka dengan keramaian, membuatnya pusing katanya.

"Cia, lo dipanggil keruangan kepsek" seru seorang cewek seusai membaca mading. Cia lagi lagi tak mengerti, dia membuat kesalahan apa lagi kali ini. Huft.

"Lo bikin masalah apa lagi Ciaa, astaga" ujar Kimberly menggelengkan kepalanya dengan menopang tangan di dada.

"Gatauu Kim, padahal gue murid teladan" sahutnya.

"Yaudah sana cepet temuin kepsek sebelum lo dikubur hidup hidup"

Mendengar itu Cia langsung bergegas keruangan kepsek. Sepanjang jalan dia masih memikirkan ulah apa lagi sampai harus masuk keruangan kepsek setelah dipanggil BK.

"Permisi" ujar Cia yang sudah sampai diruangan itu sambil membuka pintu. Dia memasukkan kepalanya untuk melihat apakah boleh masuk atau tidak setelah itu barulah di masuk.

Disana ada Rayya dan Adrian yang sudah datang terlebih dahulu. Rayya adalah murid pintar yang memiliki segudang prestasi sama seperti Adrian. Sedangkan Cia? Dia hanya murid biasa yang masih malas-malasan meskipun memiliki keunggulan dalam hal hitung menghitung. Matematika adalah pelajaran kesukaannya.

"Duduk Cia" pinta pak Rahmat kepala sekolah.

Cia mengikuti seperti yang diperintahkan. Dia duduk disamping Adrian dan disamping Adrian ada Rayya. Mereka bertiga sama sama tidak tahu kenapa dipanggil seperti ini.

"Kalian tahu kenapa saya memanggil kalian?" Tanya pak Rahmat.

"Gak pak" sahut ketiganya.

"Jadi gini, kalian sudah baca mading kan? Saya mau kalian yang jadi perwakilan sekolah untuk ikut study tour. Saya berharap pilihan saya tepat" ujar nya to the point.

Mereka bertiga sangat kaget mendengarnya, tapi Rayya tersenyum bahagia karna itu yang ditunggunya.

"Kalian boleh meminta izin ke orang tua kalian terlebih dahulu, dan kalau bersedia bisa bilang dengan saya lagi" ujar pak Rahmat lagi.

"Baik pak" jawab mereka lagi. Setelah berbincang, mereka keluar dari ruangan itu. Rayya tampak sangat bahagia karna dia sudah pasti bisa pergi, orang tuanya sangat mendukung baik kegiatan Rayya.

"Ci, ntar kalo jadi pergi kita bareng ya? Gue semangat banget gak sabar pengen buru-buru heheh" ujar Rayya sambil memeluk lengan Cia. Rayya memang sangat humble, dia sangat cepat bersosial. Padahal sebelumnya Rayya dan Cia tak pernah sedekat itu.

"Eh iya Ray"

Entah Cia harus bahagia atau sedih dia tak tahu. Pasalnya Anastasya dan Justin berbeda  dari orang tua Rayya. Orang tua Cia begitu cuek soal pendidikan Cia. Mereka hanya sibuk dengan pekerjaan sendiri. Bahkan tak pernah peduli atas prestasi anaknya.

Dialah Cia-kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang