1. Rain Princess

849 178 480
                                    

"Bukan pertemuan berujung perpisahan yang paling menakutkan, melainkan kenangan yang ditinggalkannya."

∆∆∆

Pukul 11.00 WIB.

Bandara Soekarno-Hatta terlihat sangat ramai. Hilir mudik pesawat yang pulang dan pergi membawa para penumpang dengan berbagai arah tujuan dan kepentingan menjadi pemandangan khas bandara.

Isyalofa Putri terlihat kesusahan membawa koper berwarna biru muda miliknya. Gadis itu melepas kacamata hitam yang bertengger di wajahnya dan menanggalkannya di kerah T-Shirt Nike berwarna hitam yang ia pakai.

Isya menatap sekelilingnya dan tersenyum sumringah. Gadis itu menghirup udara Kota Jakarta sebanyak-banyaknya untuk mengobati rasa rindunya. Sudah sekian lama ia tak menginjakkan kakinya di Indonesia dan sekarang semua rasa rindunya telah terbayarkan.

Isya mulai melangkahkan kakinya, mencari sahabat masa kecilnya yang akan datang menjemputnya. Suasana yang ramai ditambah kopernya yang amat berat sedikit menyusahkan Isya untuk mencari keberadaan sahabatnya yang tenggelam di tengah-tengah lautan manusia.

Isya mulai putus asa. Gadis berambut kecokelatan itu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Dhanu dimana?" tanyanya setelah sambungan telepon terhubung.

"Di sini."

"Di mana?"

"Di dekat lo."

Isya mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Namun, tak ada setitik pun tanda-tanda akan kehadiran sahabatnya. Gadis itu mendengus kesal. "Isya capek. Jangan bercanda!" decaknya.

Sepasang tangan menutup akses penglihatan Isya secara tiba-tiba, membuatnya tersentak kaget. Isya mencoba menerka-nerka gerangan pemilik tangan besar ini yang dengan lancang menutup matanya.

"Gue di sini," bisik orang tersebut di telinga Isya.

"Holy Shit!" umpat Isya menginjak kaki Dhanu, membuat cowok itu refleks melepaskan tangannya dari wajah Isya dan mengaduh kesakitan.

"Hobi banget sih nginjak kaki orang!" protes Dhanu cemberut.

"Ututuu sayang jangan marah ya," goda Isya mengerlingkan matanya dan tertawa kecil menatap wajah Dhanu yang dibuat-dibuat. Rasanya geli melihatnya seperti itu.

Dhanu tersenyum dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Isya, memeluknya seerat mungkin. Isya membalas pelukan Dhanu. Melepaskan semua kerinduan diantara mereka berdua. Layaknya sepasang kekasih yang telah terpisahkan dalam waktu yang lama dan baru dipertemukan kembali. Duh mesranya. Namun, seribu sayang untuk orang yang berspekulasi demikian. Karena pada dasarnya mereka hanya sebatas sahabat.

Sebatas sahabat. Kalau kurang jelas nih ya, Sebatas Sahabat.

Waktu akan terus berjalan. Tidak ada yang tahu kedepannya dengan kalimat 'Sebatas sahabat'. Akankah berubah atau tetap seperti itu?

Dhanu melepaskan pelukannya. Kedua mata mereka saling bertatapan seakan-akan bertukar pesan. Tawa diantara keduanya kemudian pecah. Saling menertawai perubahan masing-masing.

Arya Kalamandhanu, lihatlah sosok tampan itu. Sudah tak ada lagi cowok dekil dengan kulit belang yang selalu mengajak Isya bermain layangan di siang bolong. Dhanu benar-benar berubah drastis, kecuali senyum jahilnya yang masih setia menempel di wajahnya yang bak pahatan sempurna dengan hidung mancung dan rahang yang kokoh.

Isyalofa Putri, hampir saja Dhanu tak mengenali gadis itu. Rupanya berbeda dengan yang di layar ponsel seperti saat mereka sedang video call. Harus ia akui, jika sahabatnya itu lebih cantik jika dilihat secara langsung. Sangat cantik. Bibirnya yang tipis melengkung indah membentuk sebuah senyuman. Manik hitam kecokelatannya bagaikan pusaran yang menghipnotis.

BONDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang