Mingi POV
Kali ini aku bersama Minnie diperintahkan oleh Mama untuk membersihkan gudang. Katanya, jika ada buku-buku yang masih layak baca sebaiknya disumbangkan ke panti asuhan.
"Wah bang Mingi dulu ternyata suka baca cerita anak-anak, ya."
Aku menatap Minnie kesal, "ya namanya juga anak-anak. Kalo udah gede ya baca majalah dewasa lah."
Minnie tertawa, kemudian ia kembali sibuk dengan tumpukan buku di hadapannya.
Aku mengambil tisu basah untuk mengelapkan bagian cover yang berdebu. Semoga saja anak-anak di panti asuhan bisa terhibur dengan membaca buku-buku yang aku sumbangkan.
Minnie menyodorkanku sebuah kardus yang akan dipakai untuk meletakkan buku yang sudah dipilah.
Aku memasukkan satu per satu buku ke dalam kardus. Sesudah kardus tersebut terisi penuh, aku menutupnya lalu menempelkannya dengan lakban agar tidak terjatuh saat membawanya.
"Bang, aku diem di mobil aja, ya. Abang aja yang turun," ucap Minnie dikala mobil sudah terparkirkan di halaman Panti Asuhan Mentari.
Aku mengangguk, "yaudah, jangan lupa buka jendela mobilnya. Kalo ga, bisa koit lu ga dapet oksigen."
Minnie menatapku marah. Haha, lucu juga adikku ini. Setelahnya, aku mengambil kardus yang berisi buku di bagasi belakang kemudian membawanya ke dalam.
"Selamat pagi, Bapak. Ada yang bisa saya bantu?" sapa Ibu yang melihat kedatanganku.
Aku membalasnya dengan senyuman, "saya mau menyumbangkan buku. Saya harap buku-buku ini bisa membuat bahagia para anak di sini."
Ibu itu membantuku membawa kardus tersebut. Sambil berjalan ia bertanya siapa namaku dan di mana aku bekerja.
"Ah, masih sekolah? Maaf, saya kira udah kerja," kata si Ibu.
Aku tertawa karena mendengar penuturan si Ibu. Setua itu kah wajahku? "Iya, tidak apa-apa. Lagian dalam hitungan bulan saya tidak akan bersekolah lagi."
"Maksudnya? Adek kelas 12?"
"Iya."
Saat sampai di ruang tengah, banyak anak-anak yang datang mengerumuniku. Di antara mereka mungkin ada yang tidak memiliki Ayah dan Ibu, tetapi di wajahnya tidak menampakkan sedikitpun kesedihan. Mereka semua tersenyum, tertawa, mengajakku berkenalan, bahkan ada yang memelukku. Aku sebagai anak yang orangtuanya lengkap, terkadang lupa bersyukur atas semua kebahagiaan ini.
"Kakak bakal tinggal di sini, ya?" tanya salah satu anak.
Ibu tadi kemudian menjawab, "enggak, dia cuma bawain buku-buku buat kalian. Hayo, jangan lupa bilang makasi sama Kak Mingi."
"TERIMAKASIH KAK MINGI~" sahut semuanya serempak.
Melihat anak-anak tersebut gembira, ingin rasanya ku meneteskan air mata. Mereka dengan bersemangat membuka kardus itu. Ada yang berebut buku, ada juga yang asyik membaca sendiri.
"Dek Mingi, Ibu izin ke dapur dulu, ya. Mau buatin teh buat kamu," ujar si Ibu.
Aku awalnya menolak dan merasa tidak enak dengan sang Ibu. Tetapi si Ibu terus memaksaku, dan akhirnya aku menyerah. "Baiklah, bu."
"Mingi? Lo ngapain di sini?"
Aku menoleh ke sumber suara. Mataku membulat, organ pemompa darahku berdetak hebat. YUNHO?! BAGAIMANA IA BISA DI SINI? Diriku tetap berusaha bersikap tenang.
"Eh, Yunho. Lu juga ngapain di sini?"
Tiba-tiba seorang anak kecil sekitar umur 2 tahun berlarian dari kejauhan. Kemudian ia memeluk Yunho. "EOMMAAA!"
'Eomma?!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Tatap-Tatapan [Mingi × Yunho]
Fanfiction"Ayo tatap-tatapan sampai kita jatuh cinta!" -Mingi "JINJJA?" -Yunho - Started: 100220 Published: 140220 Ended: Based on true story :v