✧ :・゚O8

874 112 7
                                    

Mingi POV

Raut bahagia tampak terukir di semua wajah murid di kelas ini. Begitu juga dengan Yunho. Aku mengamatinya dari pojok. Senyum manisnya membuatku lemah. Lelaki itu sedang berfoto di depan kelas bersama Yeosang.

Ya, hari ini adalah hari kelulusan bagi kelas dua belas. Nilai rendah yang ku dapat tidak mematahkan semangatku. Prinsipku, lulus saja sudah syukur.

Hari ini juga hari yang sangat ku nanti-nantikan. Sebab, di hari ini aku akan menyatakan sesuatu kepada orang yang ku sayang. Rasa yang ku pendam selama ini akan terungkap sekarang.

"Woi semua! Sekarang sesi foto bersama. Siap-siap ye," perintah Hongjoong si ketua kelas. Sesudah itu, ia menyiapkan kameranya.

Semua murid menurut. Mereka berkumpul di depan kelas. Begitu juga dengan diriku.

Terlihat, ekspresi wajah murid-murid berubah menjadi sedih. Mengingat ini adalah foto bersama terakhir dan hari terakhir menggunakan pakaian putih abu-abu.

"Sipit, lo mau berdiri di samping Yunho?" tanya Yeosang. Bisa ku akui dia anak yang peka. Tapi, bisa kah tanpa mengejekku sipit?

Sekarang posisiku sudah berada di samping Yunho.

"Eh, Mingi. Halo," sapanya.

Lemah aa, neng.

Aku membalasnya dengan senyuman. Entah mengapa hari ini aku tidak ingin banyak bicara. Yang di pikiranku sekarang hanya lah nembak Yunho, nembak Yunho, dan nembak Yunho.

Hongjoong sudah siap dengan kameranya. Ia menyalakan timer kemudian berlari untuk berdiri bersama yang lainnya.

Cekrek... 📷

Semua murid bersorak lega. Ada yang memeluk satu sama lain, ada juga yang menangis. Alay emang.

"Huhuhu guys, gue bakal kangen sama kalian~" ujar Wooyoung.

San datang, "amicus ad aras!!"

Aku memandangi Yunho dari kejauhan. Rasa malu menghalangiku untuk meminta foto bareng bersamanya. Oh sial. Ini sudah enam bulan lebih sejak kejadian itu, tetapi aku masih saja malu terhadap laki-laki manis tersebut.

Yeosang datang menghampiriku, "katanya lo mau nembak Yunho? Kapan emang?"

Ya, sebelumnya aku memang sudah memberi tahu Yeosang akan hal ini. Tetapi tidak ada gunanya, sih. Rasa takut tetap menghantuiku.

"Kenapa diem?"

Suara Yeosang membuyarkan lamunanku.

"Lo takut ditolak? Pfft."

Aku menyilangkan kedua tanganku. Yeosang membuatku jengkel karena sifatnya. "Lo niat bantu gue apa kagak sih?"

Yeosang tiba-tiba pergi meninggalkanku begitu saja. Andai saat ini aku membawa batu, akan kupastikan batu tersebut akan melayang ke kepalanya.

Setelah beberapa menit berlalu, ia kembali lagi kepadaku. Tapi dengan sebuket bunga di tangannya. Heh, apa-apaan ini?! Yeosang yang notabenenya seorang submisif tidak boleh melakukan hal ini kepadaku. Aku harus segera menyadarkannya.

"Kenapa lo natap gue aneh?!" bentak Yeosang.

"Lo kira gue bakal nembak lo gitu? Kepedean dasar. Pfft," ujar Yeosang dan diakhiri dengan tawa sinis.

"Ya lagipula lo tumben bawa beginian njir. Siapa pun bakal ngira begitu," jawabku tak mau kalah.

"Intinya lo kepedean."

"Yaudah tudep aja. Itu bunga buat siapa?" tanyaku yang mulai lelah dengan obrolan ini.

"Ini bunga buat lo. Lo nembak Yunho pake ini."

Yang benar saja, aku tidak salah dengar 'kan? Kesambet apa Yeosang bisa jadi baik gini. Ini baru sahabat!

"Wah makasi banyak, cang," jawabku dengan mata yang berbinar-binar. Sekarang buketnya sudah berpindah tangan.

"Tunggu apa lagi? Buruan tembak dia!" seru Yeosang.

"Siaaap pak bos!!"

"Siaaap pak bos!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tatap-Tatapan [Mingi × Yunho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang