PD6.

126 2 0
                                    

Arvhin POV.

Hari Senin, tanggal 19 bulan September 2019, hari dimana gue mengucapkan ijab kabul di depan penghulu, orangtua gue dan orang tua calon istri gue.

Kalo di tanya siap apa engga dengan semua ini, ya pasti gue harus, Siap ga siap gue harus menerima semua takdir ini bagai manapun Luna sekarang tengah mengandung anak gue, darah daging gue.

Gue cukup gugup saat orang tua gue nyuruh gue duduk di depan penghulu dan ayah Luna.

"Cepet kamu duduk dan ucapkan ijab kabul dan janji" ucap mama sambil mendorong kecil.

Gue pun duduk didepan kedua lelaki paruh baya itu, dan mulai mengucapkan ijab kabul dan janji² tersebut.

"Saya terima nikahnya Aluna Kyarastalea Andara dengan maskawin dan seperangkat alat sholat..."  Ucap ijab kabul ku dengan lancar, gimana ga lancar orang setiap hari nyokap selalu nyuruh gue buat hapalin tuh kata-kata gift.

"Bagaimana para saksi sah?" Dibalas dengan teriakan semangat dari saudara-saudara dan teman-terdekat.

"SAHHHHH"

Arvhin POV end.

Aku masih berada dikamar, menunggu Arvhin selesai mengucapkan ijab kabul.

Tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan munculah Sica dan mamah didepan sana.

Aku memang merayakan pernikahan ku dirumah dengan tema sesederhana mungkin, karena aku hanya mengundang sahabatku dan saudaraku, sama halnya dengan Arvhin.

"Bundaa" lirih ku sambil menunduk dan meninggikan air mata yang turun tanpa disuruh:v

"Heii liat bunda, jangan sedih kamu sudah menjadi calon ibu dan sudah mempunyai suami, jangan cengeng" ucap bunda menenangkan.

"Nah lun jangan cengeng Uda punya suami juga." Ucap Sica ikut-ikutan

"Iyaa,, maafin Luna Bun, Luna bikin nama keluarga kita jadi buruk" ucap Luna sendu.

"Heii tidak ada seperti itu, dan jangan pernah mendengar kan ucapan-ucapan orang lain oke" bunda pun langsung menyuruh ku berdiri dan segera turun kebawah untuk acara pasang cincin.

"Yaudah ayo turun, nanti kalau nangis terus mukamu jadi jelek" ucap bunda sambil terkekeh..

Akupun tersenyum dan segera berdiri.

"Sica kamu gandeng tangan kiri biar bunda yang tangan kanan"  suruh bunda yang dibalas anggukan dengan Sica.

Saat ku mulai menuruni tangga semua orang menatapku sambil tersenyum, beda dengan lelaki yang sedang duduk ditengah orang-orang yang tidak menyadari aku sedang berjalan..

Author POV

Arvhin menengok kearah tangga dimana semua orang yang tengah menatap arah tangga.

Cantik, satu kata itulah yang ada di kepala Arvhin saat menyadari istrinya tengah berjalan untuk acara pemasangan cincin dan sungkeman.

"Ayo pasangkan cincin Kejari istrimu Arvhin" ucap mama.

Arvhin pun meraih jari mungil Luna dan memasangkannya di jari manis milik Luna.

Luna pun melakukan Hal yang sama seperti Arvhin.

"Cium tangan suami kamu Sayang" bisik bunda dari belakangku.

Dengan ragu Luna  mencium tangan Arvhin dengan keadaan tangan bergetar.

Arvhin mencium kening Luna, dan hal itu membuat Luna jadi merona karena malu dan deg-degan.

Acara bersalaman kepada kedua orang tua, membuat makeup Luna berantakan ditambah lagi dengan matanya yang kini sudah sembab dan merah.

PERNIKAHAN DINI.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang