"Arvhin, Luna mau makan seafood di pinggir pantai" ujar Luna sambil menatap Arvhin yang sedang menatap kearah tv.
"Kapan?"tanya Arvhin tanpa menatap Luna.
"Arvhin tuh ngomong sama siapa si, emang tv bisa diajak bicara apa ihh" ujar Luna kesal.
Arvhin pun menengok dan mengulang pertanyaannya"Iya kapan Luna"
"Sekarang" Luna berdiri dan menarik lengan Arvhin agar ikut berdiri juga "ayo Arvhin ihh"
"Ganti"
Luna menengok kearah Arvhin,bingung dengan ucapan Arvhin barusan.
"Ganti apa?"
"Kamu mau kepantai pake baju tidur?" Tanya Arvhin menatap Luna dengan datar.
"Aku nyaman pakai baju ini, kenapa emng?"
Arvhin tidak menjawab ucapan Luna barusan dan memilih bangkit untuk mengambil dompet,jaket dan kunci mobil.
Saat tiba di pantai, Luna turun dengan bersemangat hingga lari sontak hal itu membuat Arvhin menatap nya dingin.
"Bisa gausah lari?" Tanya Arvhin dengan nada dingin.
Luna memandang Arvhin dengan takut saat Arvhin berucap sontak Luna menundukan kepalanya dan membuat Arvhin menghembuskan nafas gusar..
"Maaf, ayo" ucap Arvhin sambil menarik pergelangan tangan Luna menuju salah satu tempat makan dipinggir pantai.
Sesampainya ditempat makan Luna dan Arvhin memilih lantai dua posisi pojok palik pinggir dengan pemandangan langsung kearah pantai.
pelayan datang kemeja arvhin dan Luna untuk mencatat pesanan.
"Permisi ini buku menunya, silahkan mau mesan apa" ujar pelayan dengan ramah."Aku mau pesan cumi bakar, udang saus asam manis, ayam bakar pedas, dan cumi tumis.minumnya jeruk hangat aja ya" ujar Luna sambil tersenyum kearah pelayan.
"Masnya mau pesan apa" ucap pelayan itu kearah Arvhin.
"Kepiting, sama ayam bakar aja" ujar Arvhin dengan wajah datar.
"Kepitingnya tinggal ada rasa asapednis saja mass, tidak apa mas?" Tanyanya.
" Iya" jawab Arvhin singkat.
"Mbaa aku mau tambah desert nya ya, ice cream cup kelapa rasa campur"
"Habis?" Tanya Arvhin singkatan sampe Luna ga ngerti.
"Apanya yang habis?" Tanya Luna bingung dengan pertanyaan Arvhin barusan.
"Makanan segitu banyak" ujar ulang Arvhin.
"Luna lapar banget makanya Luna pesan banyak" jawab Luna seadanya.
Selang sepuluh menit, makanan yang tadi mereka pesan tiba dengan dua orang pelayan yang mengantar.
"Selamat dinikmati mas dan mba, semoga suka saya permisi dulu" ujar pelayan.
"Pelayan disini ramah-ramah yah Luna suka"
Arvhin tak menanggapi ucapan Luna, ia memilih diam dan memakan makanan yang ia pesan tadi.
'Luna melihat Arvhin makan kepiting jadi pengen' batin Luna.
Luna terus memperhatikan Arvhin yang sedang makan kepiting dengan santai, makanan Luna hanya tersisa udang saus asam manis dan desertnya, yang lain sudah ia makan dengan lahap. Ketika ia ingin memakan udang matanya teralihkan dengan Arvhin yang sedang makan kepiting.
Arvhin menengok kearah Luna, Luna pun yang sedang melihat kearah Arvhin terkejut dengan tatapan Arvhin dan segera mengalihkan tatapannya.
"Kenapa?" Tanya Arvhin.
"Itu Luna mau kepiting punya Arvhin" Arvhin terkejutnya dengan perkataan Luna, ya bagaimanapun tidak terkejut Luna sudah banyak menghabiskan banyak makanan dan sekarang ia meminta makanan miliknya.
Tetapi Arvhin tetap mengasih kepiting tersebut ke Luna.
"Ss-ssuappin" ujar Luna ragu-ragu.
Arvhin takmau ambil pusing ia segera menyiapkan daging kepiting itu kearah Luna.
Luna mengambil udangnya yang masih utuh dan "ini buat Arvhin aja, Luna pengen liat Arvhin makan udang" ucap Luna sambil memberi sepiring udang miliknya ke arah Arvhin.
Tanpa banyak omong Arvhin memakannya, tidak sampai lima menit udah itu habis.
"Ayo pulag Luna sudah kenyang"
Arvhin pun berdiri dan taklupa ia membayar semuanya terlebih dahulu sebelum pulang.
Sesampainya di mobil tiba-tiba muka Luna memerah, dan Luna baru ingat kalau ia alergi kepiting sejak kecil.
Arvhin menjalankan mobilnya menuju rumah mereka, tetapi ditengah jalan tiba-tiba saja Luna meminta menepikan mobilnya.
"Arvhin tolong tepikan mobil nya sebentar, Luna gakuat."
Arvhin pun menengok kearah Luna, ia terkejut dengan keadaan Luna saat ini.bibir pucat, dan muka sangat merah. Ehh tunggu-tunggu satu lagi hidung Luna mengeluarkan darah, mimisan?.
"Kenapa" tanya Arvhin panik, tetapi ia sebisa mungkin tetap memasang wajah datarnya.
"Luna lupa kalau Luna alergi kepiting." Ujar Luna yang membuat Arvhin menarik nafas kasar.
"Kenapa sampe lupa sama alergi sendiri si" tanya Arvhin dengan nada sedikit meninggi.
"Maaf Luna juga gatau kenapa tiba-tiba kepingin makan kepiting punya Arvhin." Ujarnya jujur.
Ngidam eh..
Arvhin mengambil tisu di jok belakang, dan membersihkan darah yang berada di hidung Luna.
"Maaf Luna merepotkan Arvhin." Ujar Luna merasa bersalah, karena selama seminggu ini Luna selalu bergantung dengan Arvhin.
"Hmm" Arvhin hanya membalasnya dengan deheman singkat.
"Rumah sakit?" Tanya Arvhin, untung saja Luna mengerti akan maksud Arvhin tersebut.
"Gausah pulang aja, nanti juga ilang sendiri"
Arvhin pun menjalankan mobilnya lagi, dengan kecepatan rata-rata Arvhin menuju rumahnya. Sesekali ia melirik Luna untuk melihat keadaan istrinya itu, istri heh?.
Arvhin menepuk-nepuk pipi aluna, untuk membangunkan istrinya karena mereka sudah samapi kediaman Arvhin.
Luna tidak bangun-bangun dan akhirnya Arvhin pun menggendong Luna.
"Ehh Luna kenapa bang?" Tanya bunda Arvhin yang baru keluar dari arah dapur.
"Ketiduran" jawabnya tanpa mengehentikan langkahnya.
Sesampainya dikamar Arvhin langsung membaringkan Luna di ranjang king size nya itu.
Entah dorongan dari mana Arvhin mengecup kening Luna dan, " my wife" mengu apkan kata itu sambil mengecup lama keningnya.
Arvhin menarik selimut untuk menutupi tubuh Luna agar tak kedinginan, ia pun membaringkan tubuhnya disamping Luna, tangannya memeluk erat Luna dan matanya terus menatap wajah Luna yang sedang terlelap.
"Aku akan menjaga mu my wife" ujar Arvhin dan langsung ia menutup mata untuk masuk kealam mimpi.
aku masih nyari yang cocok nih buat Arvhin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERNIKAHAN DINI.
Teen Fiction(SLOW UPDATE) Mahkota gadis polos yang direnggut dengan lelaki yang tak ia kenal.