Sebagian orang lebih memilih diam ketika marah, ketika senang maupun sedih. Daripada harus berbagi dengan kawan, sahabat ataupun keluarga. Wajar memang, kita diciptakan oleh sang Kuasa dengan sifat dan karakter berbeda-beda. Hanya saja saya termasuk si Pendiam. Minum teh sariwangi, mendengarkan rangkaian nada yang membentuk sebuah irama dan dua buah benda yang bernama Kertas dan Pena. Itu kebiasaan saya sejak pertama masuk Kuliah.
Sebelum cerita absurd ini dimulai. Perkenalkan Nama saya Ryan Gunawan Prastyo. Sebut saja Ricky Harun. Kenapa? Ada yang salah? Maaf itu bukan pendapatku, itu menurut orang-orang sekitarku. Si Pria berhalis tebal dan berkumis tipis. "Katanya". Berada dibumi ini sudah 21 tahun. Itu saja cukup, jika Kamu mengenalku lebih dalam, yang saya takutkan bukan sekedar rasa kenal saja. Melainkan ada yang lebih dari itu. Semua orang menyebutnya "berbahaya". Katanya, jika sudah melebihi kapasitas lebih dari sekedar kenal itu ribet. Mau bilang takut diacuhkan, tidak bilang menyakitkan. Semua definisi orang-orang tersebut pun disimpulkan bahwa nama rasa tersebut adalah "Sayang"
Belum mengenalku saja Kamu sudah berpendapat bahwa saya orang si percaya diri. Ya memang itu saya, dengan seribu kekurangan dan sejuta kepercayaan. Sudahlah kulanjutkan ceritanya. Oh yaa, alasan saya suka menulis bukan berkeinginan seperti Boy Candra, Fiersa Besari, Raditya dika, ataupun Dewi Lestari yang karyanya sangat amat keren dan banyak dikenal para pecinta kutu buku.
Oke kita mulai dengan prolognya. Saat ini saya berada dikamar yang berukuran 3x4 meter persegi. Cukup sempit dan kecil bagi ukuran kamar seorang Pria berumur 21 tahun seperti saya. Dengan satu tempat tidur, satu buah lemari, satu set meja belajar dan cermin yang cukup lebar untuk melihat se-tampan apa diri ini. 26 Maret 2016 pukul 05:17 dimana waktu sang fajar akan terlihat dan memamerkan keindahannya serta menghangatkan bumi ini selama 12 jam.
Duduk diatas kursi belajar sambil menatap layar Laptop Asus putih yang siap bernostalgia tentang Dirimu dan Lintang seyum manismu. Udara yang dingin mulai menembus tulang-tulangku yang masuk dari jendela kamar yang telah dibuka oleh ibuku. Penomena sederhana namun indah bersama khayalan dirimu yang berkeliaran disaraf dan pembuluh daraku.
Kita mulai berpetualang diruang khayalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raga & Rasa
RomanceJika kita tak bisa bersama, ingat aku yang pernah membohongimu dan membuatmu kecewa Jika kita tak bisa bersama, simpan tulisan ini sampai kau tua Jika kita tak bisa bersama, ceritakan kisah kita pada anak-anakmu bahwa ada seorang pria yang jatuh hat...