Temu Dalam Diam

55 1 0
                                    


Percakapan demi percakapan telah kami bahas dalam ruang dimensi. Mulai dari saling perhatian sampai akhirnya saling merindukan. Jarak kita memang tak terlalu jauh, namun mengapa temu ini tak kunjung terkabul. Apa Tuhan sengaja menguji rasa rindu ini? Entahlah, semoga saja do'a kami cepat terkabul.

Rabu, bulan Maret jadwal saya kuliah dari pagi sampai sore. Bagaimana dengan Pecandu Rasa? Hah? Siapa? Siapa Pecandu Rasa? Oh iyaa, Pecandu Rasa dia adalah Risa Ayu Pratiwi. Sengaja saya memberikan nama dia Pecandu Rasa di kontak Handphone saya. Tepatnya saat rasa ini mulai tumbuh. Dia yang selalu membuat rasa ini terus menerus menginginkannya. Iya, menginginkannya dirinya, senyumnya, tawanya, sedihnya maupun keluh-kesahnya. Saya teruskan ya. Saat saya ada jadwal kuliah, sedangkan dia sedang libur bekerja, makanya kita susah untuk mewujudkan rindu ini agar segera bertemu.

"Kamu libur ga ada rencana keluar gitu main?" Tanya saya seperti biasa diruang chat whatsapp

"Gatau masih belum ada rencana hehehe" Jawabnya.

Selesai kuliah, saya pergi ke Pasar membeli kain celana untuk Ayah, Dan chat kamipun masih berlangsung. Ketika saya berada di pasar tiba-tiba dia bilang sedang berada di Angkrek.

"Aku lagi ditoko buku mau beli kertas soalnya udah abis" kata dia.

"Wah yang bener nih?"

"Iyaa"

"oh ya udah atuh hati-hati kalo mau pulang"

Ingin rasanya mengajaknya jalan dan nongkrong hanya sekedar mengobrol untuk pertama kalinya. Namun, lisan ini terlalu kaku dan tak punya keberanian untuk itu. Sungguh laki-laki pengecut.

Setelah membeli buku, saya menunggu dia siapa tau dia lewat mau pulang. Tapi tak kunjung muncul. Saya putuskan untuk pulang karena mau apalagi ngajak dia jalan saja tidak berani. Saat saya menyalakan motor, dia lewat tepat di depan mata saya. Bagaimana bisa tau kalau itu dia? Untungnya saya liat dia Instastorynya dia yang lagi pake jaket coklat, pakai helm item, kacamata

dan motornya Honda Beat.

"Ohh itu dia orangnya" gumam saya dalam hati dan langsung bergegas mengikutinya dari belakang.

Sorot bola mata yang indah ku lihat dari kaca spionnya serta tubuh yang mungil.

"haha.. Gini nih kalo cowok liat cewek cantik dijalan. Entah dia lagi buru-buru apalagi sedang santai. Langsung deh ngikutin dari belakang. Berkenalan sih mau, tapi gak punyanyali. Cuman liatin wajah cantiknya lewat spionnya dia. Hmff Cowok pengecut dan payah." Gumamku dalam hati seakan rindu ini terobati. Walaupun hanya temu yang tak berkata, dan senyum tanpa menyapa.

Sepanjang perjalan pulang saya merekam dia yang sedang fokus berkendara dengan kantong kresek hitam ditangannya, seperti ibu-ibu habis berbelanja dipasar saja.

Sesampainya didepan gang rumahnya, saya sengaja menekan klakson motorku dengan sekencang-kencangnya sambil melihat kearahnya. Buat apa? Buat jail saja agar dia merasa kaget hahaha. Senang rasanya menjaili dia.

Raga & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang