Saya bukan tipikal orang yang pandai berbicara di depan perempuan, saya hanya bisa merangkai kata. Selama saya menjalin hubungan dengan cukup banyak perempuan, mereka selalu duluan yang mengirimkan kode, bukan saya. Percaya? Tapi kali ini muncul dari kepala saya untuk mengajaknya berkenalan, namun rasanya terhalang oleh lisan dan mendadak tidak percaya pada diri sendiri. Akhirnya dengan niat baik, saya segera mengumpulkan keberanian agar bisa berkenalan dengan sesama pecinta sastra.
"Suka nulis?" Pesan pertama saya lewat Direct Massage di Instagram dengan harapan segera dapat balesan darinya.
"Iya, lumayanlah masih belajar" akhirnya spam pesan saya dibalas walaupun dengan waktu yang cukup terhitung lama.
"Bagus-bagus loh tulisan mu hehe" dengan spontan saya langsung bales chat dari dia dengan memberikan pujian terhadap tulisan-tulisannya.
"Engga kok biasa aja loh" jawabnya, masih dengan tempo yang jutek dan lama.
"Oh iya aku lagi mau bikin video kaya musikalisasi puisi gitu, tapi gak ada buat voicer ceweknya. Nah rencananya aku mau kamu bacain tulisan-tulisanku buat di jadiin video, bisa gak?"
"Oh iya ngerti, iya aku juga suka sih yang kek gitu. Yaudah nanti dicoba dulu ya." Seperti dugaan saya sebelumnya, dia pasti bakalan berkenan dengan tawaran itu, karena sesama pecinta sastra dan seni kesukaannya tidak jauh beda.
"Yee, ya udah nanti dikirimin tulisannya ya, makasih sebelumnya ya".
"Iya sama sama".
"Oh iya kamu orang mana?" saya memulai pertanyaan yang sifatnya basa-basi
"ABC (salah satu tempat yang ada di provinsi Jawa Barat)". Hanya menjawab dengan jawaban simple dan tidak bertanya kembali. (ngarep)
"Oalah deket ternyata ya"
"Emang kamu orang mana?" akhirnya dia nanya balik.
"aku mah orang DEF(masih deket dengan daerah abc di provinsi Jawa Barat)"
"Oh iya lumayanlah ya" jawabnya.
"Kuliah apa masih sekolah?" kembali ke jurus basa-basi
"Kerja"
"Kerja dimana?" tanya saya.
"OPQ (salah satu pusat perbelanjaan)"
Dari percakapan Direct Massage diatas dia membalas pesan saya sangat lama dan saya pun hanya menunggu dengan sabar meskipun tahu dia membalas pesannya selalu singkat.
"Jangan lewat DM, Whatsapp aja ya aku jarang buka Instagram soalnya" tiba-tiba dia mengirim pesan seperti itu, siapa yang tidak senang coba.
"Oh iyaa kirain suka buka" jawab saya.
"089xxxxxxxxx" dia mengirimkan nomornya. Tak berlama-lama lagi saya langsung menyimpan nomor hpnya dan memberikan nomor hp saya.
"088xxxxxxxx, save ya hehe"
Obrolan-obrolan ringan kami lanjutkan lewat Whatsapp. Sekedar mengingatkan makan, mandi, dan semoga bermimpi. Hingga akhirnya hati ini tak terkendali lagi, yang awalnya hanya sebuah rasa kagum menjadi rasa yang tak lagi umum. saya sudah mulai terbawa oleh lintang senyum manisnya yang masuk ke dalam raga ini.
Makhluk yang bernama "Rasa" memang tidak ada yang bisa menghentikanya. "Raga" yang tidak pernah saling bertatap saja, dia sudah mendahuluinya. Logika mungkin akan kesulitan menemukan jawabannya, tapi tidak dengan perasaan. Entah itu dekat, jauh, maupun raganya sudah dihempas oleh takdir sekalipun ia akan tetap ada. Tanpa terkecuali.
Sekedar membaca pesan dari dia saja, bibir ini selalu tersenyum dengan sendirinya. Kebiasaan saya yang selalu usil rupanya membuat dia merasakan hal yang sama. Dia juga suka tersenyum jika kami saling bercanda dan bergurau di pesan Whatsapp. Mulai dari tersenyum kecil, kemudian semakin lebar, dan sampai tertawa kegiranganpun kami sering melakukannya bersama-sama. Hingga muncul makhluk rindu yang menghampiri kami. Rasa yang penuh ingin bertemu. Saling sapa dan saling berkata. Ah, indah rasanya.
"Gimana lagi sibuk gak sekarang kalo engga ini tulisannya siap untuk di rekam" saya memintanya untuk merekam tulisanku untuk ku jadikan sebuah video literasi.
"Mana teksnya" jawabnya.
"Makhluk yang bernama rasa memang tidak ada yang bisa menghentikanya. Raga yang tidak pernah saling bertatap saja, dia sudah mendahuluinya. Logika mungkin akan kesulitan menemukan jawabannya, tapi tidak dengan perasaan. Entah itu dekat, jauh, maupun raganya sudah dihempas oleh takdir sekalipun ia akan tetap ada. Tanpa terkecuali." Ini.
"Bentar ya"
"Iyaaa".
Dia tidak mengetahuinya, padahal sebuah tulisan yang saya kirimkan padanya merupakan ungkapan hati ini. Walaupun kita belum pernah saling menatap, namun anehnya rasa ini sudah ada. Memang tak lazim, namun ini tulus timbul dengan sendirinya dan tidak direncakan.
Aneh, tidak memiliki tapi rasanya hati ini seperti diekploitasi terus menerus tanpa adanya reboisasi kembali.
Seusai merekem, dia langsung mengirimkan hasil rekamannya. Lagi dan lagi hati ini berdebar saat mendengar dia membacakan tulisannya dengan penuh penjiwaan yang teramat dalam.. Suara yang lembut dan manja membuat bibir ini tersenyum. Jika saja saya berada dihadapannya sekarang, akan saya pandangi mata bulat dan senyum indahnya sampai mata ini lelah dan tertidur pulas.
Mungkin pada kenyataannya raga ini tak sanggup untuk bertatap dengannya. Bagaiamana tidak, dia perempuan yang cantik dengan rambut ikal panjangnya dipadukan dengan bola mata yang indah serta senyum yang berdampak pada orang yang melihatnya akan terdiam untuk mensyukuri ciptaan semesta yang begitu indah.
Kedekatan kami masih berlanjut hingga benih rindu selalu tumbuh untuk bertemu. Dia yang sibuk dengan pekerjaanya membuat Chat kami terbatas, hingga sampai rela jatah tidur ini berkurang demi saling sapa dan saling rindu diruang Whatsapp. Ingin rasanya berbincang dengannya disaat sang fajar mulai terbit sambil meminum Teh hangat buatannya. Dia wanita yang suka minum Teh hangat ketika sepulang kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raga & Rasa
RomanceJika kita tak bisa bersama, ingat aku yang pernah membohongimu dan membuatmu kecewa Jika kita tak bisa bersama, simpan tulisan ini sampai kau tua Jika kita tak bisa bersama, ceritakan kisah kita pada anak-anakmu bahwa ada seorang pria yang jatuh hat...