Perangkai di Instagram

157 0 0
                                    


Semenjak saya suka menulis dan bercerita, rasanya disetiap waktu ataupun suasana yang sedang saya lalui itu ditulis dan disimpan untuk menjadikannya sejarah. Namun jika hanya sekedar tulisan-tulisan diatas kertas itu terlihat biasa-biasa saja. Mungkin dengan menuangkan isi hati dan pikiran di Sosial Media lebih menarik, apalagi terkonsep dan mempunyai nilai seni yang tinggi. Ya, Sosial Media adalah media yang tepat untuk berbagi cerita, pikiran maupun suasana hati. Semua orang bebas berekspresi semau mereka dan dilihat jutaan umat pengguna diseluruh semesta. Termasuk Instagram, sebuah platform yang bisa mengunggah foto serta video dan tak luput dari nitizen-nitezen yang mempunyai kekuatan super di semua jarinya hanya dengan mengetik disebuah kolom komentar haha.

Di tempat yang biasa kami sering berkumpul. Sebuah gubuk tua yang langsung menghadap ke hamparan sawah yang luas, membuat suasana selalu tenang ditambah dengan sopha yang tertata dengan rapi. Saya mengawali pagi ditemani seorang kawan bernama Baim Sastranegara.

"Beli rokok lah cuy" Baim mengawali obrolannya.

"Oke, magnum mild aja biar murah haha" jawab saya.

"Serah lu yang penting lu yang bayar"

Perbincangan ringan dipagi ini dimulai hanya kami berdua, karena yang lain pada sekolah dan kuliah. Mulai dari bahasan-bahasan yang sampah dan tak berfaedah sudah kami lalaui, sampai akhirnya saya terbesit untuk membahas mengenai konten buat ku upload di Instragram.

"Oh iya Ba, Gua lagi suka ngedit dan mau bikin video, ala-ala musikalisasi gitu lah hehe".

"Iyaa bagus tuh apalagi yang baper-baper lo kan suka nulis" jawab Baim mengeluarkan pendapatnya".

"Tapi percuma aja tulisan gua bagus eh pas direcod suara gua kan jelek hahaha".

"Coba aja dulu, siapa tau emang bener jelek kan haha".

"Bangke".

"Gimana yaa caranya supaya tulisan gua ini ngena banget" saya menekankan kembali pertanyaan agar lebih serius.

"Coba aja dulu tar dengerin sendiri sama lo, kalo cocok pake kalo engga ya udah nyari yang ikhlas buat bacainnya". Jawab Baim dengan nada yang mulai serius.

"Ohh yaa, atau nyari cewe yang mau bacain kan suara cewe tuh lebih dalem dan ngena" Lanjutnya mengeluarkan pendapat.

"Dalem sih dalem, ngena sih ngena. Tapi siapa yang mau belum tentu semua cewe mau kali"

"Ya lo usahalah gimana kek caranya. Lo kan banyak tuh temen-temen kampus yang cewenya, coba aja dulu obrolin"

"Oh iya yaa tumben lo pinter bangsat hahaha"

"Lo nya aja yang bego"

"hahahha"

Tidak bermaksud sombong ataupun berlomba-lomba memamerkan keahlian. Jika sudah hobi, memang susah untuk ditinggalkan. Keinginan saya yang kuat membuat musikalisasi puisi semakin membara. Bukan bertujuan untuk mencari popularitas dan mencari followers, tapi hanya sekedar menuangkan ide-ide yang ada dikepala ini.

Maret,

Selamat datang, semoga kamu lebih baik daripada dia

Semoga kamu lebih bisa membahagiakan daripada dia

Semoga kamu, tidak membawa luka dan air mata seperti dia

Dia (Feburuari)

Malamnya teman-temanku mengajak untuk berkumpul di tempat biasa.

"Udah ada belom talent buat voicernya?" Tanya Baim kedapaku.

"Belom lah ga ada yang mau" Jawabku.

"Coba sama lo aja lah sekali tar kalo jelek hapus aja haha" Ujarnya.

"Nyari dimana ya kira-kira?."

"Eh coba aja iseng di Instagram suka banyak kan tuh akun-akun yang suka nge-post tulisan-tulisan kek gitu, siapa tau adminnya cewek hahah"

"Leh (boleh) juga ide nya, tapi malu ah bangsat"

"Yang malu itu kalo jad bangsat, taee"

"Hahhhaha, tar dicoba deh"

@kutipanlara itu lah nama akun yang saya temukan di Instagram. Akun tersebut berisi tulisan-tulisan pendek yang cukup bagus. Beruntungnya, tertera juga nama adminnya, dan dia seorang perempuan. Dengan rasa penasaran, saya mencoba menuju profil perempuan yang sepertinya mempunyai hobi yang sama, yaitu menulis. Mataku terdiam berkedip sebentar saat melihat foto-foto perempuan yang lahir 23 April itu. Hah? Gimana saya bisa mengetahui tanggal lahirnya? Ya tentu saja ada di Bio akun yang bernama asli Risa Ayu Pratiwi itu. Dia mencantumkan tanggal lahirnya dan sebuah kutipan yang kemungkinan itu karya Dia sendiri. Walau hanya sekedar gambar, Senyum itu tak terasa hambar, Sorot bola matanya yang besar, Membuat sebuah harap yang masih lebar.

Teruntuk Priaku, Nanti.

Kau tak perlu berpura-pura menjadi orang lain.

Cukup jadi diri sendirimu saja, aku tulus

menyukaimu.

Seperti halnya si embun yang tak perlu

warna untuk membuat si bunga jatuh cinta.

Itu merupakan salah satu karyanya yang saya kagumi. Dilihat dari tulisan-tulisan yang dia publikasikan, rupanya kemahirannya dalam berkata dan merangkai kata sudah diatas rata-rata.

Manusia memang diciptakan sang pencipta dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Seperti dirimu, kau pasti mempunyai kekurangan. Hanya rasa kagum yang terus saya dapatkan di semua atmosfermu. Belum kenal saja sudah seperti ini, Apalagi sudah mengenalmu. Mungkin rasa lainnya yang akan saya dapatkan. Mungkin.


Raga & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang