Larut

46 0 0
                                    


Rasa ini semakin dalam dibuat olehnya, namun raga ini semakin tak kunjung temu karena waktu. Hingga akhirnya tak bisa saya tahan lagi, biarlah temu dalam waktu singkat, yang terpenting temu yang menjadi obat. Hingga timbul keegoisan saya, sepulang mengerjakan tugas dirumah teman, terbesit untuk mengajaknya pulang bareng, karena kebetulan hari itu dia pulang malam.

"Udah bubar belum, pulangnya bareng ya jangan dulu pulang." tanya saya di pesan Whatsapp.

"Emang kamu lagi dimana kok belum pulang" balasnya.

"Iya aku abis ngerjain tugas dirumah temenku, jangn pulang dulu tunggu di depan ya aku ke sana sekarang"

"Ya udah deh aku nunggu di depan"

Rela menunggumu, demi rindu untuk bertemu, walau sering kali terhalang waktu. Tapi yang terpenting detik ini terlewatkan bersama denganmu. Walaupun saya selesai mengerjakan tugas sehabis magrib, namun rasa rindu ini tergugah untuk bertemu dengannya. Walau hanya sekeder berbincang sepuluh menit, walau tak saling tatap satu sama lain, Tak apa.

Sekitar beberapa menit saya menunggu dia di depan tempatnya bekerja, terlihat sekumpulan perempuan yang sedang berkempul dan menunggu jemputannya masing-masing. Tidak apa-apa mungkin orang akan menganggap saya seorang ojek onlineyang sedang menunggu penumpangnya, saya hanya ingin bertemu dengannya. Tak lama, langsung mata ini tertuju pada sosok perempuan mungil dengan masker diwajahnya. Walau nampak samar, namun saya hafal tatapannya. Tatapan yang selalu membuat hari-hari selalu bersemangat.

"Udah siap?"

"Udah"

"Ayo naik" ujar saya.

"Iya".

Malam yang sederhana, namun membuat bibir ini tak berhenti tersenyum sepanjang jalan. Cukup gugup berdekatan denganmu, namun itu adalah jawaban setiap doa-doaku.

"Mau langsung pulang atau mau beli sesuatu dulu?" tanyaku sambil menjalankan motor pelan-pelan.

"Gak ada, langsung pulang aja kali ya"

"Ohh iyaa deh"

"Kamu abis darimana kok baru pulang malam?"

"Abis ngerjain dulu tugas dirumah temenku"

"Ahh boong kali kamu tuhh"

"Ihh seriusan, mana ada aku bohong kan aku gak boleh main malam, kecuali berangkatnya dari sore"

"Bohong ah" dia menolak pernyataaanku dengan sikap manja dan memukul pelan punggungku. Sontak hati ini bergetar. Hanya pukulan manja saja, membuat bibir ini semakin tersenyum dengan lebar. Andai kamu tau Ris, mungkin jika kamu meilhat raut wajah ini, kamu akan melihat orang gila yang tersenyum lepas tanpa tau apa yang ada dipikirannya.

Menyusuri jalanan dengan angin cukup dingin, rasanya ingin menyurushnya untuk memeluku. Namun terasa lancang. Rasa lelah ini mungkin akan sekejap hilang dan hanya terasa sedang rebahan diatas kasur.

Tak terasa kami sudah sampai didepan rumahnya. Tak terasa rindu ini sedikit terobati, walau hanya sekejap yang kudapati.

"Ya udah langsung pulang yaa jangan keluyuran kamu tuh"

"hehe iya enggalah udah malem ini"

"iyaa, makasih yaa"

"sama-sama"

"Aku pulang yaa"

Dengan rasa penuh semangat, aku bergegas pulang dalam keadaan tak terkendali. Hati ini selalu mengucap namamu dan seketika bibir ini tersenyum bersama ucapan hatinya. Ingin sekali mampir dan minum the bersamamu, tapi malam sudah larut tak pantas dilihat dan malu oleh keluargamu. Mungkin lain waktu, semoga saja dan seharusnya memang seperti itu. HAHA

Do'a demi do'a selalu terucap namamu. Ingin bertemu dan saling bercanda lagi bersamamu, namun hanya bisa sekedar melepasnya dalam ruang semu. Seiring hari berganti rasa ini tetap sama, tetap bersamamu. Entah apa yang kamu punya, hingga hariku hampa tanpa kabar dan hadirmu.

Setelah sekian lama tak bertemu, akhirnya kesempatan itu tiba. Kami bisa bertemu di kosan temannya, kebetulan dia sedang bermain dikosan temannya dan saya baru pulang kuliah. Obrolan-obrolan yang membuat saya semakin kenal dengannya. Lontaran setiap candaan kami yang semakin larut ke dalam rasa yang samkin dalam. Kebetulan saat itu hujan sangat lebat sehingga kami cukup lama berbincang walaupun hari sudah mulai gelap.

Sehabis hujan muali sedikit reda dan tidak telalu lebat, kami memutuskan untuk pulang. Menyusuri jalanan dan melawan dinginnya hujan tak berat jika dekat bersamamu. Ingin rasanya dapat pelukan hangat darimu meski hanya diatas motor, namun saya kubur dalam dalam keinginan itu. Berbincang saja sudah cukup karena temu denganmu menghapus mimpi-mimpi semu.

Raga & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang