10

56 9 8
                                    

10. Kegaduhan

...
Senyebelinnya orang yang nyebelin, bagi gue lo lebih nyebelin"
...

"Jadi orang yang lo maksud itu Lily?" tanya Bima tak percaya.

Jovan menghembus asap rokoknya dengan penuh penghayatan lalu mengangguk mengiyakan pertanyaan Bima.

"Waduh, kalau yang ngajarin secantik Lily ngapain di tolak Jo? Kan sayang" ucap Leo menimpali.

Jovan berfikir sejenak, lalu membuang rokoknya sudah habis.
"Lo tau sendirikan  gue gak suka di atur"

Bima dan Leo mengangguk, mereka harusnya ingat dengan sifat Jovan yang bebas, sedangkan kedua orang tuanya saja ia lawan untuk mendapat kebebasan, apalagi Lily.

Malam ini masih sama dengan malam-malam sebelumnya, suara bising masih memenuhi indra pendengaran Jovan, dan perempuan berpakaian sexy dapat ia temukan dalam hitungan detik.

"Hari ini siapa yang ngajak gue balapan?" Tanya Jovan tanpa mengalihkan tatapan dari motor sport hitamnya.

"Melfi"

...

Jovan mengumpat kasar mendapati gerbang sekolahnya yang sudah tertutup rapat. Dengan sedikit kesal ia membunyikan klakson motornya berkali-kali, berharap pak Adi akan muncul membukakannya gerbang.

Cowok berhelm fullface itu lantas melirik jam di pergelangan tangannya, 08:45 dan artinya ia sudah terlambat lebih dari satu jam.

"Telat lagi kan" monolognya sembari mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Lalu mengetik pesan pada Bima.

5 menit berselang Bima sudah datang dari arah dalam dengan membawa sebuah kunci cadangan yang ia dapat entah dari mana. Lalu membukakan pintu gerbang untuk Jovan.

Jovan tersenyum tipis, lalu melesatkan motornya ke dalam pekarangan sekolah.

...

"Jamkos toh" ujar Jovan saat melangkahkan kakinya dalam kelas yang bising.

"Tumben pak Nanang gak masuk"

"Istrinya ngelahirin Jo, makanya gak masuk" Jovan mengangguk paham, lalu mendaratkan bokongnya pada kursi dan merebahkan kepalanya di atas lipatan tangan. Sepertinya ia akan menikmati tidurnya kali ini. Walaupun suasana kelas terdengar bising, itu bisa diatasi dengan handset.

Baru beberapa detik matanya terpejam, ketukan di kepalanya membuatnya berdecak sebal, siapa yang berani mengganggu tidurnya.

"Nih, soal yang harus lo kerjain nanti pulang sekolah" ucap Lily memberikan buku tebal pada Jovan.

"Ambisius banget sih lo" decak Jovan menatap Lily dengan sebal.

"Demi tiket konser gue lakukan semuanya"

"Gimana kalau nanti gue gak bisa dapat peringkat 10 besar di kelas"

Lily terdiam, lalu tersenyum simpul
"Yang penting gue udah berusaha buat ngajarin lo"

CHARMOLIPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang