Seminggu sudah sejak aku dan keluargaku tahu tentang penyakitku. Kehidupanku pun mulai berubah sejak saat itu.
Jika dulu sepulang sekolah hanya ada Kim-Ahjumma yang menyambutku dirumah, kini sudah ada eomma yang menyambutku. Setiap hari menanyakan keadaanku, menemaniku makan hingga tidur siang, menemaniku belajar, bermain game pun dia selalu menemaniku.
Aku bahagia?
Tentu saja. Sekalipun terlihat seperti terlalu dimanjakan, tetapi aku tidak merasa risih ataupun malu. Setidaknya aku bisa merasakan kasih sayang yang sungguh besar dari keluargaku.
Hanya saja, ada satu hal yang membuatku begitu sedih dengan adanya penyakit ini. Aku tidak diperbolehkan melakukan aktivitas yang akan membuatku cepat lelah. Itu artinya, aku harus meniggalkan hobiku bermain basket. Berat sekali rasanya, tapi karena aku anak baik, jadi aku menurut saja. Aku tau ini untuk kebaikanku juga.
Seperti saat ini, disaat semua teman-temanku sedang asyik mengikuti pelajaran olahraga, aku hanya bisa duduk diam di barisan pertama kursi penonton bersama temanku –Jaemin- yang memang sedang tidak mengikuti pelajaran olahraga karena demam. Melihat teman-temanku yang sedang dengan semangatnya bermain basket, sejenak aku kembali merasa iri. Pasti akan lebih mengasyikkan bagiku jika aku bisa ikut bergabung ke dalam permainan mereka.
"Jeno-ya"sebuah tepukan halus dipunggungku menyadarkanku dari lamunan. Aku menolehkan kepalaku ke arah Jaemin, yang sekarang sedang menatapku bingung.
"Kenapa?"
"Tumben sekali tidak ikut bermain? Bukankah biasanya kau yang paling semangat jika bermain basket?" tanya Jaemin penasaran.
Aku mengulas senyum tipis menanggapi pertanyaan Jaemin.
"Mulai sekarang, aku tidak mau bermain basket lagi. Bermain basket itu melelahkan, dan itu tidak baik untukku. Aku tidak bisa bermain basket lagi" jawabku sambil tersenyum.
Jaemin mengernyitkan kening.
"Kenapa tidak baik? Kalau kau kelelahan kan bisa tidur, dan setelah bangun kau tidak akan lelah lagi kan?"
Aku tertawa. Jaemin masih terlalu polos, dia pasti tidak akan mengerti.
"Bukan begitu Jaemin-ah. Sudahlah, kau masih kecil, pasti tidak akan mengerti"
"Hei! Kita hanya terpaut beberapa bulan saja, Jen!"protes Jaemin, tak terima aku panggil kecil. Aku tertawa melihat wajahnya saat protes.
"Tetap saja aku lebih tua darimu" aku menjulurkan lidahku pada Jaemin. Dia mengerucutkan bibir.
"Jeno-ya..apa kau tidak sedih karena tidak bisa bermain basket lagi? Kau kan suka sekali dengan basket" Jaemin bertanya lagi.
"Sedih? Tentu saja. Tapi aku kan sayang eomma, jadi aku harus menuruti apa kata eomma" aku mencoba membuat suaraku setenang mungkin. Padahal aku ingin sekali menangis saat itu.
Jaemin menganggukkan kepala. Walaupun aku tau dia belum sepenuhnya mengerti.
Hahaha.
.
.
.
25 Februari 2012
Untuk : Tuhan
Dari : Lee Jeno
Sewaktu disekolah tadi Jaemin bertanya padaku. Kenapa aku tidak bermain basket lagi?
Aku benar-benar bingung harus menjawab apa saat itu, aku tidak mungkin memberitahu Jaemin tentang penyakitku. Karena aku tahu dia pasti menangis. Dia kan cengeng.. hihihi
Jaemin juga bertanya padaku. Apa aku tidak sedih karena tidak boleh bermain basket lagi?
Aku sedih Jaemin-ah, sangat sedih. Tapi aku tidak ingin sakit lagi karena aku kelelahan bermain basket.
Andai saja aku masih sesehat dulu, pasti aku akan selalu bermain basket dan menjadi anggota NBA suatu saat nanti..hahaha
Sekalipun itu hanya akan selamanya menjadi mimpi, tetapi aku masih berharap ada keajaiban yang Kau berikan padaku ^^
.
.
.
TBC
Makasih ya buat kalian yang udah mau baca, vote bahkan ninggalin komen >_<