Aku meletakkan kepalaku di atas meja. Aku benar-benar lemas saat ini, padahal biasanya aku selalu semangat ketika pelajaran biologi.
Kepalaku sedikit sakit, punggungku juga ngilu sejak tadi pagi, membuatku sulit untuk berkonsentrasi ke pelajaran. Aku mencoba memejamkan mata, aku merasakan sesuatu mengalir dari hidungku. Saat kubuka mataku, aku melihat buku tulis yang ku jadikan tumpuan sudah ternodai oleh bercah berwarna merah. Aku mengangkat kepalaku dan mencoba membersihkan darah itu dengan tangan. Tapi darah itu semakin lama keluar semakin banyak.
Jaemin yang sedari tadi serius memperhatika pelajaran, terkejut ketika menoleh ke arahku.
"Jeno-ya, hidungmu berdarah!"pekiknya keras,membuat seluruh isi kelas menoleh ke arah kamu berdua. Reaksi mereka juga sama seperti reaksi changmin.
"Ssaem! Jeno mimisan!"
"Darahnya banyak sekali"
"Kenapa bisa seperti itu? Kau apakan dia, Jaemin-ah?"
"Apa dia sakit?"
Kepalaku semakin sakit dan pandanganku berkunang-kunang. Darah di hidungku juga belum mau berhenti. Setelah mendengar beberapa gumaman dari teman-temanku, tiba-tiba semua menjadi gelap. Hal terkahir yang aku dengar hanyalah suara Jung seonsaengnim yang menyuruh Jaemin membawaku ke ruang kesehatan.
.
"Jeno? Kau bangun?"
Suara yang aku dengar pertama kali saat membuka mataku adalah suara khawatir milik Jaemin. Aku mengerjapkan mata beberapa kali agar dapat beradaptasi dengan cahaya. Kepalaku masih terasa sakit, walau tidak sesakit tadi. Setelah mataku mulai terbiasa dengan cahaya, aku melihat kearah Jaemin yang menatapku khawatir.
"Jeno-ya..sebenarnya tadi kau kenapa? Kau membuatku benar-benar takut"
Aku tersenyum, "Tak apa, aku hanya kelelahan" jawabku bohong.
Jaemin mengangguk mengerti, tapi beberapa detik kemudian air mata mulai mengaliri pipinya.
"Ja-jangan seperti i-tu lagi Jen, i-itu membuatku ta-takut" ucap Jaemin sambil terisak, lalu menelungkupkan kepala diatas tepian ranjang.
Aigoo~ jangan menangis seperti itu Jaemin-ah, kau membuatku merasa bersalah.
"Tidak, aku tidak akan seperti itu lagi. Jangan menangis..Aku baik-baik saja" hiburku pada Jaemin.
Bukannya berhenti, tangisan Jaemin malah semakin keras. Ia menghambur ke arahku dan memelukku sambil menangis terisak.
Dan aku hanya bisa mengelus punggung Jaemin, setidaknya sampai sahabatku berhenti menangis..
.
.
29 Maret 2012
Tuhan..
Aku benar-benar merasa bersalah pada Jaemin hari ini. Aku membuatnya menangis, bahkan sampai terisak hanya karena melihat keadaanku yang seperti tadi. Jaemin bilang dia jua takut melihatku seperti tadi.
Sebelumnya aku sudah sering membuat Jaemin menangis karena kejahilanku, ataupun karena dia selalu kalah saat tanding game denganku. Tapi aku tidak pernah merasa sebersalah ini.
Tuhan, lalu bagaimana jika suatu hari nanti aku pergi? Bagaimana jika Jaemin menangis lebih keras lagi daripada yang tadi?
Tuhan..
Jika Jaemin menangis saat aku pergi nanti, tolong Kau hibur dia. Aku tidak ingin melihat sahabat terbaikku menangis terlalu lama, matanya bisa bengkak nanti. Jaemin anak yang sangat baik, anak sebaik Jaemin tidak pantas untuk bersedih.
Tuhan, mau mebantuku kan?
.
.
.
TBC