Page 5

3.8K 411 64
                                    

Aku pikir, aku akan segera membaik setelah insiden mimisan di sekolah beberapa hari yang lalu. Namun nyatanya tidak seperti itu. Sepulang sekolah, tubuhku terasa seperti dibakar. Aku demam tinggi. Bahkan ayah bilang, aku sempat kejang. Tapi aku tidak ingat bagian itu.

Ayah dan ibu akhirnya membawaku ke rumah sakit, tempat yang aku benci.

Aku tau aku juga sakit, tapi aku tidak pernah suka melihat orang sakit. Bukan tidak suka, lebih ke rasa tidak tega. Aku percaya semua orang adalah orang yang baik, rasanya kasihan sekali jika orang-orang baik harus merasakan sakit. Bukan hanya orang baik, orang jahat pun juga tak layak merasakan sakit. Semua orang berhak untuk bahagia, itu kata ibu.

Tapi, orang-orang bilang, ketika kita sakit, itu artinya Tuhan sedang membersihkan diri kita dari dosa.

Apakah aku harus selalu sakit agar aku bisa bersih dari dosa? Hihihi.

Tidak, ah. Sakit itu tidak enak. Ayah dan ibu selalu sedih jika aku sakit. Lebih baik menjadi orang sehat saja dan menjadi anak yang baik.

Siang ini, aku ditemani oleh ayah di kamar rawatku. Ayah sedari tadi sibuk mengetik sesuatu di layar ponselnya, sampai-sampai tidak sadar jika aku sudah membuka mata dari tidur siangku.

"Ayah.." panggilku pelan, aku tidak ingin membuat ayahku kaget.

Ayah menoleh ke arahku, meletakkan ponselnya dan berjalan mendekat.

"Jagoan ayah sudah bangun? Jeno butuh sesuatu?"

Aku mengangguk.

"Ingin ke taman"

Ayah mengangguk. Ia berjalan ke arah jendela, melihat apa cuacanya cocok untuk aku jalan-jalan atau tidak. Setelah menimbang beberapa detik, ayah mengangguk lagi dan berjalan ke arahku.

"Ayo, kita jalan-jalan ke taman"

"Yeay!" aku memekik senang.

Jika sedang dengan ayah, aku lebih bebas melakukan apapun. Ayah bukan tipe protektif seperti ibu. Ayah selalu menuruti kemauanku, sekalipun itu aneh, selama itu tidak berdampah buruk untukku.

Ayahku benar-benar luar biasa!

"Ingin ayah gendong atau naik kursi roda?"

Mmm.. aku menimbang sejenak. Melirik tanganku yang terbebas dari infus.

Seperti jauh lebih enak jika digendong ayah..hehe

Aku mengulurkan kedua tanganku, "Gendong..hehe"

Ayah tertawa. Ia menciumi pipiku gemas lalu mulai menggendongku di punggungnya. Kami pun mulai berjalan menuju taman.

"Ibu kemana?"

"Ibu sedang ada sidang"

Aku mengangguk. Ibuku ini jaksa hebat, jadi aku tidak terkejut lagi.

"Ayah, ayah.. kalau orang sudah mati, akan pergi kemana?"

Ayah tiba-tiba saja berhenti. Membuatku bingung.

Lalu ayah melanjutkan langkahnya kembali.

"Tergantung"

"Eh?"

"Tergantung orang seperti apa kita semasa hidup"

Ayah, aku tidak mengerti.

Aku memilih diam, menunggu ayah melanjutkan kalimatnya.

"Kalau kita menjadi orang baik, kita akan pergi ke surga. Tapi jika kita menjadi orang yang buruk, yang suka menyakiti oranglain, maka kita harus dibersihkan di neraka dulu sebelum kemudian dimasukkan ke surga"

"Neraka itu bukannya menyeramkan ya, ayah?"

Ayah mengangguk.

"Sangat menyeramkan, hanya ada api di dalamnya. Kalau surga itu indah sekali, disana Jeno bisa mendapat semua yang Jeno mau. Bahkan kita bisa berkumpul dengan orang-orang yang kita sayangi di surga"

"Ayah, apa Jeno anak yang baik?"

"Jeno itu jagoan ayah yang paling hebat, anak terbaiknya ibu"

"Apa Jeno bisa masuk surga?"

"Tentu saja bisa, anak ayah kan anak yang baik"

Aku lagi-lagi memekik senang.

"Ayah, seperti surga itu asik sekali. Jeno tidak sabar ingin segera kesana"

"Jangan, Jeno tidak usah buru-buru kesana. Jeno harus lebih lama bersama ayah dan ibu, menemani ayah dan ibu sampai tua", suara ayah terdengar bergetar seperti sedang menahan tangis.

Aku terdiam. Tiba-tiba saja aku merasa sedih.

Aku kan sakit. Aku juga tau sakitku ini parah.

Memanganya aku bisa ya menemani ayah dan ibu hingga mereka tua?

"Jeno sayang ayah dan ibu"

Aku mencium pipi ayah berkali kali, hingga membuat ayah tertawa.

Aku pun ikut tertawa.

Ayah, bahagia selalu ya~

.

.

.

6 April 2012

Tuhan, Ayah bilang surga itu sangat indah. Ayah juga bilang aku bisa mendapat apapun jika aku masuk surga.

Aku ingin pergi ke surga, aku ingin minta banyak miniatur gundam nanti..hehe

Tapi, aku tidak ingin meninggalkan ayah dan ibu. Ayah dan ibu hanya punya aku. Kalau aku pergi ke surga, nanti siapa yang menjadi anak mereka dan menemani mereka ketika tua?

Tuhan, aku ingin sembuh saja. Aku tidak apa-apa tidak pergi ke surga, asal aku bisa menemani ayah dan ibu.

Boleh kan, Tuhan?

.

.

.

TBC

Dear God (Untuk : Tuhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang