2

87 7 0
                                    

Saat ini, semua murid baru berlarian menuju lapangan, mereka langsung mengambil posis berbaris dengan rapi dan tertib.

"Mintak perhatiannya adik-adik" ucap salah satu osis. Mereka semua pun  hening tanpa suara.

"Oke, kami mengumpulkan kalian disini untuk mengenalkan sekolah kita. Kami akan memberitau ruang apa saja yang ada di sekolah ini, paham? "

"Paham kak" serentak mereka menjawabnya. Kemudian, mereka semua berjalan sesuai arahan yang diberikan kakak-kakak osis.

"Eh... Nai, ikut gue yuk ke toilet" ucap nesa.

"Bilang dulu ke salah satu osis"

"Nantik aja dah" nesa langsung menarik tangan naira dan keluar dari barisan tanpa seizinnya, untung saja osis tidak melihat mereka.

"Nes, lo tau dimana toiletnya? "

"Ehe..., enggak nai" ucap nesa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tuh kan, coba kalau tadi lo bilang ke osis, pasti salah satu osis mau tunjukin dimana toiletnya" naira dan nesa bingung, ntah dimana toiletnya. Wajar saja mereka bingung, sekolah ini sangat luas, apalagi mereka penghuni baru.

"Kalian ngapain disini? "

naira dan nesa terkejut dengan suara itu, kemudian mereka membalikkan badan dan mendapati ketua osis yang berdiri dengan tatapan yang tajam. Di sela-sela itu, nesa malah berbisik kepada naira dengan pelan.

"Nai, gue duluan mau ke toilet"

"Emang lo tau toiletnya? "

"Iya, ntah kenapa gue tiba-tiba tau, gue duluan nai" nesa berlari dengan meninggalkan naira yang sedang berhadapan dengan ketua osis.

"Loh... Nes.. Nesa..." teriak naira, tapi percuma nesa tak akan mendengarkan naira.

"Duh... Sial, ngapain ketua osis kesini" batin naira.

"Itu temen lo gak ada sopannya sama sekali, lagian lo disini ngapain?" tanya ketua osis itu dengan muka datar

"Em.. Itu, tadi temen gue yang baru pergi ngajak gue ke toilet"

"Kalau mau kemana-mana izin, masih murid baru udah sok tau sekolah ini"

"What?? Tuh mulut gak ada kuncinya apa? Enak aja bilang gue sok tau" ingin rasanya naira berkata itu, tapi naira hanya bisa berkata pada hatinya saja. Mungkin naira gak berani.

"Sana cepet kembali ke barisan" perintah ketua osis. Tak ada jawabannya dari naira. Naira langsung pergi  dengan raut wajah yang kesal. Dijalan naira hanya memendam amarahnya, dan dia ingin melampiaskan amarahnya kepada nesa.

Setelah kembali ke barisan, naira hanya terdiam dan tidak mendengarkan basa basi osis didepan, naira sungguh merasa kesal. Tak lama kemudian, bel istirahat berbunyi. mendengar itu, osis langsung membubarkan murid baru. Semua murid baru berhamburan kemana-mana, mereka sibuk dengan dunianya begitu pun dengan naira. Naira sedang mencari nesa yang dari tadi belum balik dari toilet.

"Nairaa... " teriak nesa sambil menghampiri naira.

"Dari mana aja? Kok lama? " satu pertanyaan itu membuat jantung nesa berdegup kencang, ntah apa yang dipikirkan nesa.

"Itu tadi nai, gue ketemu cowok gue, tambah ganteng dia nai, dan gue tambah sukaa" nesa terlalu senang sampai dia melompat-lompat seperti dapat arisan. Mendengar itu, naira langsung membuang muka masamnya.

"Lo itu bahagia di atas penderitaan orang lain nes, lo gak tau kalau gue dikatain sok tau sama ketua osis itu, nyebelin kan? " keluh naira

" udah gak papa, cuma gitu aja gak usah baper" ucap nesa dengan santainya

Aku, Dia, dan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang