"Nes nesa, itu cowok yang senyum ke gue pas di aula kemarin" geriduh naira. Ya, itu cowok yang sempat tersenyum ke naira, tapi tak membuat naira baper.
"Cowok apaan?" ucap nesa, yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Nesa!! Liatin gue dengerin gue. Taruh tuh hp" protes naira seperti emak-emak.
Mendengar itu nesa langsung menuruti naira. "Mana cowoknya? " tanya nesa.
"Itu tu" tunjuk naira, naira dan nesa melihat ke arahnya, tak sengaja cowok yang ditunjuk naira menoleh ke arah naira pula, dan lagi-lagi dia tersenyum pada naira. Naira yang melihatnya pun kaget dan dia langsung memalingkan wajahnya.
Jika cewek seperti nesa berada di posisi naira, mungkin mereka baper dengan senyumannya dan wajah tampannya. Tapi, bagi naira hal itu benar-benar muak di matanya, naira saja belum mengenalnya.
"Beruntung lo nai di sukai cowok tampan seperti dia" tanpa pikir panjang nesa langsung mengambil kesimpulan seperti itu. Padahal nesa belum tau, apakah cowok itu suka atau tidak pada naira.
"Lo itu ya gak usah mengada-ngada, mana ada dia suka ke gue"
"Ada ada aja sih nai, kalau gak suka ngapain dia senyum ke elo? " nesa menatap serius naira.
"Kesambet kali tuh cowok" suara tawa nesa pecah seketika, dan naira terheran dengan nesa.
Bertepatan dengan itu, pesanan mereka datang. Nesa langsung memakannya dengan lahap, dan naira tidak langsung meminum es teh yang ia pesan. Naira mengulang pikirannya tentang cowok yang tersenyum padanya tanpa sebab.
Naira bertanya pada dirinya, siapa cowok itu? Mengapa dia tersenyum?.
Lama-lama naira tersadar dari lamunannya, gak ada gunanya juga memikirkan hal itu."Nes, emang lo gak dikasih makan sama emak lo? Lahap bener". Ucap naira dengan menggeleng-gelengkan kepala.
"Naira, biarkan temen lo ini makan dengan tenang". Ucapan nesa yang agak tidak jelas, sebab dia sedang mengunyah makanannya.
Diantara perbincangan mereka, ada salah satu osis yang datang menghampirinya."Lo naira kan?" tanya mira, salah satu osis sekaligus menjadi sekretaris osis.
Naira terdiam sebentar sambil menoleh ke arah nesa."Iya, ada apa ya kak?" tanya balik naira
"Lo di panggil azka di ruang osis"
Naira terkejut begitu pula nesa, mereka saling bertatap-tatapan dengan berbagai pertanyaan di hatinya."Buruan sana, azka gak suka nunggu lama. Ya udah gue pergi dulu" mira langsung pergi dari hadapan mereka.
"Nes, ada apa ya? Kok kak azka manggil gue?"
"mungkin mau ngungkapin perasaannya ke lo" sekali lagi naira bicara asal asalan, nesa emang selalu begitu, bicara yang belum tentu bener.
"Mana mungkin nesa!!" geram naira.
"Mungki aja, sana cepet temuin kak azka"
"Temenin gue nes". Nesa yang melihat wajah naira penuh permohonan, akhirnya nesa mau menemani naira ke ruang osis. Sesampainya di depan ruang osis, naira dan nesa mendapati mira yang sedang berdiri disana.
"Akhirnya lo datang nai. Ya udah sana masuk azka dah nungguin" ucap mira dengan senyuman manis.
Naira dan nesa melangkah memasuki ruang osis, tapi langkahnya dihentikan oleh mira.
"Tunggu dulu, naira lo masuk sendiri aja, nesa disini aja sama gue." mendengar itu nesa memberi kode kepada naira untuk segera masuk.
Perlahan-lahan naira memasuki ruang osis yang tidak pernah ia masuki sebelumnya, apalagi ini pertama kalinya bertemu dengan ketua osis di ruang osis. Langkah naira terhenti saat dia melihat azka di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Dia, dan Impian
RomanceSemua orang pasti mempunyai impian, mungkin kalian mengira cerita ini tentang seseorang yang ingin meraih impiannya, itu memang benar. Tetapi, ada satu impian terbesar dari seorang gadis yang bernama naira. Apakah itu tentang cintanya?? Atau tentang...