Setelah keadaan kaki naira membaik, naira memutuskan untuk pergi ke kelas dan ingin mengikuti pelajaran selanjutnya.
Sebenarnya petugas uks tidak mengizinkan naira balik kelas tapi naira tidak betah lama-lama berada di uks, toh cmn kakinya aja yang sakit bukan pikirannya, pikir naira.
Terpaksa pula petugas uks mengizinkan naira, nesa juga tidak ingin naira pergi ke kelas dulu karna kondisi kakinya.
"Nai lo yakin mau ke kelas? Kaki lo masih sakit kan nai?" tanya nesa khawatir
"Yakin nesa, kaki gue udah gak sakit. Lagian bu inda ngizinin gue balik kelas"
"Ya itu karna lo maksa bu inda" naira terkekeh sedangkan nesa masih khawatir.
"Ya udah gak apa. Ayo bantuin gue jalan" dengan berat hati nesa mengiyakan ajakan naira dan membantunya berjalan sampai kelas.
Setelah sampai didepan kelasnya, naira langsung dihampiri oleh teman-temannya dengan berbagai pertanyaan.
"Nai gimana kaki lo?"
"Lo kok balik kelas? Di uks aja nai"
"Kaki lo baik-baik aja kan nai?"
Seperti itu pertanyaan yang naira dengar dari temannya. Naira tersenyum melihat teman-temannya yang peduli dan merasa khawatir padanya. Naira ingin menjawab pertanyaan temannya tapi sebelumnya ada yoga yang datang tiba-tiba.
"Awas minggir! Biarkan naira masuk dan duduk dulu jangan ditanya terus" ucap yoga tegas, dan yang lain mengerti dan membiarkan naira masuk.
"Ayo nai masuk" naira memasuki kelas dan yoga mengikuti naira sampai naira duduk dibangkunya.
"Naira lo baik-baik aja kan? Maaf tadi gue gak bisa bantuin lo" ucap yoga lembut.
"Bullshit! Lo pak ketu"
"Diem lo! Gue ngomong ke naira bukan ke lo" naira melirik sekilas ke arah yoga.
"Gue gak apa-apa kok ga, lo gak usah khawatir"
"Udah kan?? Ya udah sana pergi lo" bentak nesa mengusir yoga, ntah kenapa nesa selalu sensi kalo berhadapan dengan ketua kelas nya ini.
"Lo anak orang apa anak macan sih, galak amat heran gue" kesal yoga,
"Ehh disaring dong kalo ngomong, imut gini dibilang anak macan" ucap nesa tak mau kalah.
Dan seketika kelas rame dengan bacotan antara nesa dan yoga.
"Makanya jadi cewek jangan galak-galak, gue pecat lo dari kelas sini"
Mata nesa melotot tidak terima dengan ucapan yoga barusan, nesa mau membalas ucapan yoga tapi naira segera menghentikan perang mulut ini.
"Udah nes udah" coba naira menghentikan nesa. "Ga, lo pergi aja dari sini" ketus naira.
Dengan ucapan naira seperti itu yoga langsung menuruti dan segera pergi dari hadapan nesa dan naira.
"Dari tadi kek perginya, bikin anak imut emosi aja" ucap nesa masih merasa kesal.
Naira menggeleng-gelengkan kepalanya aneh dengan sikap temannya ini.***
Bel pulang sekolah berbunyi, anak-anak udah pada keluar dari kelas masing-masing, sedangkan naira dan nesa masih berada didalam kelas.
"Nes, gimana ya nantik reaksi abang gue liat kaki gue gini?" naira merasa khawatir takut abangnya akan mencemaskan nya, tapi itu pasti.
"Yang pasti abang lo akan jadi wartawan" kekeh nesa.
"Ishh...Nesa!"
"Ya udah ayo gue bantuin jalan" naira menganggu kan kepalanya, naira masih berfikir apa abangnya akan marah? Tidak mungkin!. Mungkin benar kata nesa,ilham akan jadi wartawan seketika dengan seribu pertanyaan yang harus naira jawab.
Sesampainya didepan gerbang sekolah,naira sudah melihat mobil ilham dan ilham keluar menghampiri naira.
"Dek, kaki lo kenapa? Kok bisa gini? Ada yang nyelakain lo?"
"Nantik gue jelasin bang, ayo bantu gue masuk mobil" naira menoleh kearah nesa "nes gue duluan,makasih"
"Iya nai hati-hati".
Dalam perjalanan ilham pasti akan bertanya-tanya ke naira.
"Sekarang jelasin kenapa kaki lo terluka gitu?" tanya ilham khawatir.
"Tadi kaki gue kemasukan pecahan kaca dan hasilnya berdarah"
"Kok bisa gitu dek? Emang sekolahan gak punyak petugas kebersihan apa? Gak liat jugak apa kalo ada pecahan kaca disitu?"
"Udahlah bang namanya juga takdir"
"Iya sih, tapi lo gak ngerasa sakit kan?" tanya ilham sambil melihat ke naira.
"Kalo ngerasa gimana?" tanya balik naira.
"Gue bakal telfonin ketua osis" naira dibuat kaget oleh ilham, kenapa ilham tiba-tiba ngucap itu, jadinya naira kepikiran ke kak azka kan. Naira juga belum berterima kasih ke kak azka dan juga gimana keadaannya sekarang. Ahhh naira merasa bersalah.
"Dek kok diem? Biasanya langsung protes kalo gue bahas cowok itu, atau jangan-jangan lo udah naksir beneran sama dia dek?"
"Apasih bang, nai diem karna capek mau ngomong, kasihan suara emas gue"
Tak ada pembicaraan lagi didalam mobil, setelah beberapa menit perjalanan mereka sampai dirumah.
Naira dan ilham perlahan memasuki rumah, naira dibantu ilham jalan sampai masuk rumah.***
Setelah mandi dan mengganti perbannya naira duduk manis di teras rumah sambil menatapi langit sore yang akan berubah jadi malam.
Hari ini benar-benar membuat naira lelah, terlebih lagi naira masih kepikiran dengan azka, rasa bersalahnya mampu menghilangkan kekesalannya terhadap azka, dia sudah tidak kesal atau marah pada azka.
"Gimana yaa keadaan kak azka?" tanya naira pada dirinya sendiri, dia tidak tau harus bertanya siapa lagi kalo bukan ke azka nya langsung. Tapi maaf naira tidak mempunyai nomer hp nya.
Ahh sial! Naira benar-benar merasa khawatir pada azka.
Drrrtt drrrtt
Ponsel naira berbunyi, naira terkejut karna dia mendapat panggilan dari nomer yang tidak dikenal. Naira terpaksa mengangkat telponnya takutnya itu penting.
"Lo udah periksa proposal yang gue kasik kan tadi?"
Apa maksudnya? Proposal apa? Naira tidak tau itu? Bahkan naira saja tidak tau siapa yang menelponnya, dia mau menjawab tapi orang diseberang sana terus saja berbicara tanpa beri naira kesempatan.
"Kalo udah lo besok langsung mintak tanda tangan ke kepala sekolah"
"Itu penting banget, lo paham kan?"
"Kok lo diem aja"
"Maaf ini siapa?" tanya nesa dan menunggu jawaban tapi nyatanya orang yang menelpon naira sudah memutuskan sambungannya secara sepihak.
"Kok dimatiin sih? Emang siapa itu ya? Gue pernah denger suara ini" naira berbicara pada dirinya sendiri masih bingung dengan orang yang menelponnya barusan.
💖💖💖💖💖💖💖
Hayy👋
Kira-kira siapa yaa yang menelpon naira barusan?
Kalian baca aja kelanjutannya nantik😂
See you🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Dia, dan Impian
RomanceSemua orang pasti mempunyai impian, mungkin kalian mengira cerita ini tentang seseorang yang ingin meraih impiannya, itu memang benar. Tetapi, ada satu impian terbesar dari seorang gadis yang bernama naira. Apakah itu tentang cintanya?? Atau tentang...