BAGIAN 5

515 36 0
                                    

"Calvin benar. Maaf, Ros."

Sejenak aku diam. Lalu rasa takut menghampiri, jangan sampai Kang Abdu berpikir untuk menghindar seperti pria-pria sebelumnya yang dulu mendekatiku. Mundur karena Calvin.

Tapi, apa iya Kang Abdu juga lagi deketin aku? Ish, Eros. Jangan terlalu percaya diri nanti kamu kecewa. Huft ...!

"Maksud Kang Abdu gimana, ya?"

Aku menghentikan langkah, menahan Kang Abdu dengan berpura-pura enggak ngerti.

"Saya sudah lancang narik tangan kamu."

"Oh."

Sunyi.

Aku terdiam hanya untuk memberi waktu pada hati yang tenggelam dalam asmara untuk kembali kepermukaan. Jangan sampai terlalu berharap yang bakal bikin hati kecewa lebih dalam saat aku keliru mengartikan perasaan pria ganteng ini.

"Akang antar pulang, ya?" tanya Kang Abdu.

Hu'um, anterin aku pulang, Kang. Pulang ke rumah kita. Ehe.

Aku menggangguk.

Lantas kami berjalan bersisian, dari tadi aku cuma bisa menunduk rasanya enggak berani lihat pria gagah di sampingku ini. Takut khilaf.

"Dimaafin, gak?"

Aku mendongak dan gak sengaja tatapan kami beradu. Ah, leleh hatiku. Cepat aku mengalihkan pandangan. Menyembunyikan getaran di dada ini.

"Iya, Kang," ucapku tanpa melihat Kang Abdu.

"Kenapa dimaafin?"

"Kan, gak sengaja."

"Kalau Akang sengaja, gimana?"

Deg! Langkah kami kembali terhenti hanya untuk saling bertatap muka. Lantas pipi ini seakan menghangat oleh desiran yang datang dari hati.

Kang Abdu tersenyum, lalu alis tebalnya terangkat menggoda.

Oh, Tuhan ...! Kuatkan iman Eros, jangan sampai nemplok ditubuh ini duda.

"Eros duluan, ya, Kang." Aku berlari menuju rumah yang tinggal beberapa langkah lagi. Untung gak hujan, kalau iya. Bisa-bisa aku nyanyi.

'Berdebar hati berdebar
Deras darahku mengalir
Bergetar tubuh bergetar
Menahan gejolak hati
Sungguh aku malu malu malu malu
Mengutarakan hasratku
Sungguh aku ragu ragu ragu ragu
Mengatakannya padamu ....

Wasiiik!

Dari kaca jendela aku melihat Kang Abdu masih berdiri di sana, lantas kami saling tatap dan saling melempar senyum. Saat ini aku merasa seperti pasangan legendaris Rhoma Irama dan Ani, Rahul dan Anjeli, Jack dan Ros ... Rosmiati.

Dari sana Kang Abdu mengangguk, sebagai tanda pamit.

"Mandangin siapa, Ros?"

Aku terkesiap. Rupanya Bapak memergoki tingkahku.

"Enggak, Pak."

Bapak menengok ke jendela, lantas tersenyum saat ia melihat punggung Kang Abdu, lalu kembali melihatku dengan curiga.

"Siapa?"

"Kang Abdu, Pak."

"Kenapa gak diajak masuk?"

"Emang, boleh?"

"Ya, boleh atuh. 'Kan di sini ada Bapak. Kalau kamu sendirian di rumah baru gak boleh."

Huaaa ...! Pengen ngejar Kang abdu narik dia buat duduk bareng di sini, ngobrol sama Bapak, terus ... lamar aku. Aish!

***

Pesona Akang Duda (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang