02

5.2K 415 6
                                    

Happy Reading !!

Pertama kali datang kesini saat usianya 18 tahun, dan itu karena paksaan dari teman-temannya.
Hinata mengunyah permen karetnya dengan nyaman, duduk santai di pojok ruangan yang tidak tersentuh oleh banyak tangan nakal yang coba mengusiknya.
Tatapannya nampak bosan saat melihat sekumpulan manusia idiot yang bercumbu tak tau tempat, itu membuatnya mual.
Pub bukan tempat yang asing baginya, bahkan Hinata bisa dikatakan dekat dengan tempat itu sejak lama.
Tempat dimana kau bisa berbisnis tanpa harus dipusingkan dengan banyak peraturan, tempat yang sempurna untuk melakukan kejahatan.

The Sun Club, Hinata mengenal pemilik tempat ini dengan baik, karena lelaki itu adalah mantan pacarnya yang diputuskan dengan kejam olehnya.
Tapi anehnya, lelaki itu tetap bersikap baik padanya, meski Hinata sering sekali mengumpatinya.

"Oeyy .. Hinata-chan."

Suara teriakan keras yang memanggil namanya, beradu dengan suara berisik yang memenuhi tempat ini.
Hinata menoleh dengan malas saat melihat lelaki berambut pirang itu yang melambai ke arahnya, dengan senyum lebar yang hampir membelah wajahnya.
Hinata tidak membencinya, hanya sedikit muak saat harus berhadapan dengan Uzumaki Naruto dan segala tingkah konyolnya.

"Ada apa ?" Mengerling dengan enggan saat melihat lelaki itu duduk nyaman di sampingnya.

Cengiran lebar yang tampak kekanakan, siapapun pasti akan tertipu dengan wajah ramah baik hati milik Naruto, dan tidak akan percaya saat Hinata mengatakan jika lelaki itu adalah psikopat berbahaya pada saat terobsesi pada sesuatu.
Menyeringai ringan, mereka memang cocok sebagai pasangan yang sama-sama gila.

"Ayolah, jangan sedingin itu pada mantan pacarmu. Kau mau aku carikan pacar ?"

Naruto nampak antusias saat menanyakan itu pada Hinata, tidak peduli dengan seringai mematikan yang kini tercetak jelas di bibir mantan pacarnya.
Sepertinya Naruto memang melupakan satu fakta penting tentang Hinata, gadis itu pintar membunuh seseorang lewat ekspresi wajahnya.

"Lupakan. Kau tidak pernah menemukan yang sesuai seleraku." Sahutnya dengan wajah mengejek.

"Kaya, mapan, tampan, berpengalaman, dewasa dan sukses. Tentu saja aku tau yang cocok dengam kriteria itu."

Seharusnya Naruto tidak sesumbar dengan ucapannya, lelaki itu terlalu percaya diri dengan syarat mutlak yang diberikan Hinata untuk calon pacarnya.
Menatapnya dengan sedikit lama, seperti bertanya lewat tatapan matanta yang menyipit tak percaya, apa kau gila ??
Mendengus keras, menepuk pipi Naruto sekilas, mengabaikannya dan memilih bergabung dengan para manusia yang kini sibuk dengan acara mereka.
Tertawa melihat bagaimana Hinata yang tidak percaya dengan ucapannya, Naruto sudah menduga akan seperti ini jadinya.

"Lupakan omong kosongmu dan biarkan aku bersenang-senang malam ini." Hinata berteriak, sebelum benar-benar menjauh dari pandangan Naruto yang terus mengawasinya.

"Dasar sosiopat." Naruto menggumam tanpa mengalihkan pandangan dari Hinata, memastikan tidak ada tangan jahil yang menyentuhnya.

Hubungan mereka bukan hanya tentang mantan pacar, tidak sedangkal itu.
Lebih dari apa yang pernah terjadi diantara romansa mereka, Naruto sudah mengenal Hinata sejak lama, bahkan saat mereka masih kanak-kanak.
Mereka tidak pernah benar-benar serius saat mengatakan telah berpacaran, mereka hanya sedang penasaran dengan sesuatu dan mencobanya. Hanya sesederhana itu.
Dan kenyataan bahwa mereka tidak cocok dalam hal romansa, sudah cukup untuk membuat mereka selesaj dengan rasa penasaran itu sendiri.
Naruto hanya tersenyum lebar, melihat bagaimana Hinata yang sedang beradu argumen dengan seorang gadis berambut terang, Yamanaka Ino.

"Dasar bodoh. Kenapa kau membiarkan Hinata menari sendiri ?" Ino berteriak dengan wajah kesal saat melihat Naruto yang masih tersenyum lebar.

"Apa salahnya ? Dia hanya ingin bersenang-senang." Jawaban santai yang keluar tanpa sempat dipikirkan akibatnya.

Ino sudah hampir melepas sepatunya untuk memukul kepala Naruto, sebelum sebuah tangan menghentikannya.

"Kita akan mengawasinya." Suara yang menyahut kalem, Shikamaru berdiri disana untuk menyelamatkan Naruto dari amukan Ino.

"Aku akan bergabung dengan Hinata kalau begitu."

Dua lelaki itu hanya memberi tatapan jengah pada Ino yang kini bergabung bersama Hinata.
Shikamaru menghela napas, duduk menyamankan diri dan mengawasi kedua perempuan yang kembali beradu argumen diantara dengungan suara yang mengepung mereka.
Sebagai seorang pacar, Shikamaru kadang jengah dengan sikap Ino yang satu itu.
Tapi begitulah Yamanaka Ino yang dikenalnya selama ini, selalu peduli pada Hinata yang notabene nya adalah teman baiknya.
Naruto bahkan sering mengatakan jika mereka adalah belahan jiwa.
Dasar ...

"Shikamaru, bagaimana menurutmu jika kita mengenalkan Hinata dengan Sasuke ?"

"Uchiha Sasuke ? Kau yakin ?" Shikamaru nampak sanksi saat menanyakannya, mengingat bagaimana sikap Sasuke selama ini.

"Apa salahnya ? Mereka berdua terlihat cocok." Jawaban yang terdengar antusias.

Shikamaru terdiam sejenak, memproses sesuatu dalam otak jeniusnya, sebelum menghela napas dengan berat.
Melihat bagaimana sikap Hinata yang antipati pada hal semacam itu, seperti  nya tidak akan mudah untuk mereka.
Lagipula, hal merepotkan seperti itu tidak akan cocok untuknya, hanya Ino dan Naruto yang cocok dengan acara sejenis ini.

"Terserah saja." Katanya dengan ringan.

Shikamaru tidak mau terlalu ikut campur, meski ia peduli dengan Hinata sebagai temannya.
Ini terlalu merepotkan untuk otak jeniusnya.
Ugghh ... mendokusai .
.
.
.
Vote pleasee ❤❤

DIAMONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang