Happy Reading !!
Siapapun tau, jika satu kalimat tidak akan menghentikannya.
Dua kalimat akan menyakiti hatinya.
Dan tiga kalimat berarti membunuhnya.
Dia adalah perempuan yang luar biasa, jangan menghadapinya dengan cara yang biasa.
Toxic biasanya akan bekerja di belakang layar, bergerak diam-diam dan akhirnya membunuh.
Hinata tidak bisa memprediksi apa yang akan dilakukan Sakura setelah ini, karena gadis itu terlalu beracun.
Haruno Sakura seharusnya paham, jika Hinata tidak akan diam hanya karena sebuah ancaman.Shion diantara mereka, melihat bagaimana Hinata yang tidak terusik meski dengan keberadaan Sakura disana.
Mereka tidak saling lempar tatapan membunuh, tidak saling bicara dengan nada kasar, mereka hanya duduk tenang sambil menikamati minuman masing-masing.
Hinata terlihat santai saja, memainkan sedotannya dengan ringan."Karena keberadaanku sudah tidak diinginkan lagi. Apa menurutmu, lebih baik aku menyerah ?" Sakura bertanya.
Hinata menatapnya dengan wajah biasa, tidak ada ekspresi apapun diwajah datar itu.
"Kau sudah tau jawabannya."
Jawaban yang membuat Sakura terkekeh ringan.
Senyum kecilnya mengembang perlahan, merasa semakin tertarik pada sosok Hinata yang begitu berlawanan dengannya.
Haruskah Sakura mengatakan jika ia kagum pada Hinata ?"Hnn .. aku hanya berharap kau memberi jawaban yang lebih simpatik." Katanya, ekspresi ringan muncul di wajahnya.
Sudut bibir Hinata tertarik, membentuk seringai tipis yang tidak biasa.
"Bagaimana bisa aku bersimpati pada musuhku ?" Bukankah itu pertanyaan mengejek, Hinata ?
Haruno Sakura terkekeh, mengangguk setuju atas pertanyaan itu.
Jika dirinya di posisi Hinata sekarang, Sakura pasti akan lebih senang mendepak gadis itu untuk keluar.
Tapi Hinata ternyata lebih kalem, dengan membiarkannya sampai Sakura sendiri yang angkat kaki darisana."Shion, kuharap kau tidak membenciku. Karena aku menyulitkannya." Menunjuk Hinata dengan ujung dagunya, masih mempertahankan senyumnya saat melihat decakan tak senang dari bibir Hinata.
"Kurasa, aku tidak yakin." Menyahut dengan wajah santai, tentu saja Shion membela Hinata.
Sakura mengangguk sekilas, rasanya masih menyebalkan saat menyadari bahwa orang-orang yang dulu bersamamu kini malah berbalik menyerang.
Mungkin, yang dikatakan Hinata memang benar, karena dirinya jahat.
Karena Sakura jahat, semua orang kini beralih membencinya."Kalau begitu aku pergi." Katanya dengan sunggingan senyum tipis.
"Sakura, jangan berpikir aku akan melepaskannya."
Hinata mengatakannya dengan yakin, membuat Sakura menoleh sebentar sebelum benar-benar keluar.
Hanya tersenyum sekelebat, mengangguk seadanya.
Jika tidak ada yang menginginkan keberadaanmu lagi, bukankah lebih baik kau pergi saja ?
Haruno Sakura tidak akan meminta maaf untuk kesalahannya di masalalu, karena ia hanya mengikuti pikiran logis yang menyuruhnya untuk pergi setelah mendapatkan apa yang ia mau.Bahkan jika harus menyakiti seseorang yang pernah mencintainya, Sakura tidam akan menyesalinya.
Jika ia tidak mengambil pilihan pergi itu, mungkin ia tidak akan memiliki semua ini.
Sakura memang jahat, dan Hinata begitu pintar menebak karakter yang bersembunyi dalam dirinya.
Menghela napas dengan seringai yang terbit begitu saja, sudah terlambat baginya untuk mengusik mereka, mengingat jika Sasuke tidak lagi tertarik padanya."Hinata, kurasa ini terlalu tidak biasa."
Shion mengeluarkan pikiran yang mengganjal dalam otaknya, rasanya terlalu tenang untuk sesuatu.
"Kau benar. Dia bukan orang yang akan mundur begitu saja. Shion, kurasa Sakura sedang merencanakan sesuatu."
Meski tidak terlalu peduli, Hinata cukup yakin dengan vonis yang diutarakannya.
Mungkin hanya terdengar sebagai pikiran jelek, tapi Hinata memang harus berhati-hati dengannya.
Haruno Sakura dan pikiran kompleks dalam kepalanya, Hinata tidak terlalu bodoh untuk melihat sesuatu yang bermain di dalam bola matanya yang terlihat licik.
Gadis itu beracun, berapa kalipun Hinata memikirkannya.
.
.
.
Hinata negative mulu pikirannya. Aduduhh ..Vote pleasee ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAMOND
FanfictionBanyak yang mengatakan jika dia jahat. Gadis kejam tanpa perasaan yang berdiri kokoh layaknya batu besar. Karena dia adalah berlian.