11

2.4K 301 3
                                    

Happy Reading !!

Musim dingin dua tahun yang lalu, Hinata masih bisa melihat senyum lebar ibunya setiap kali menyambutnya pulang ke rumah.
Bagaimana omelan panjang itu yang masih terngiang di telinganya, terutama saat Hinata mengacaukan rencana kecil yang direncanakan ibunya demi masa depannya.
Hinata masih mengingat dengan jelas, apa yang dikatakan ibunya sebelum hari kematiannya.

"Karena kau sangat istimewa putriku. Jangan jadi seseorang yang biasa-biasa saja. Hinataku harus terus berdiri. Karena kau cantik dan pintar."

Hinata tau dengan sangat jelas, jika ibunya memang sangat bangga padanya selama ini.
Hinata yang penurut, Hinata yang pintar dan Hinata yang nakal.
Semua figur yang disukai ibunya selama ini.
Hinata juga masih ingat, apa yang dikatakannya saat di pemakaman ibunya.

"Beristirahatlah dengan tenang, ibuku tersayang. Jangan khawatir, aku tidak akan kelaparan. Aku akan menjadi orang kaya, ibu hanya tinggal menunggu saja."

Hinata terkekeh dengan wajah konyol, rasanya masih sangat dekat dengan ibunya.
Hinata bisa menjadi gadis manja seperti kebanyakan orang, bisa juga menjadi perempuan jahat yang mematahkan hati seorang pria tanpa peringatan.
Hinata bisa menjadi apa saja, apapun yang dibutuhkan untuk melindungi dirinya sendiri.

"Istirahatlah yang tenang, okaa-san. Jangan terlalu khawatir padaku."

Hinata menyudahi acaranya hari ini dengan sedikit berdoa, hanya meminta agar Kamisama tidak terlalu sering mengadukan tingkah nakalnya yang serampangan pada ibunya.
Hinata barusaja berjalan turun dari bukit tinggi yang menjadi tempat pemakaman ibunya, saat melihat Ino yang sedang berdebat dengan Shikamaru mengenai sesuatu.
Senyumnya terkembang, melihat kedua temannya itu sudah cukup untuk membuatnya merasa lega.

"Seharusnya kau menungguku, Hinata. Dasar keras kepala. Aku sudah bilang akan datang dan menemanimu kesini. Kenapa kau malah pergi sendiri ? Jawab aku, gadis nakal."

Hinata disambut dengan suara lantang Ino yang naik beberapa oktaf, berteriak lebih tepatnya.
Melirik Shikamaru yang mengusap kepalanya dengan wajah datar, sepertinya lelaki itu kembali menjadi sasaran amuk Ino.

"Kau terlalu lama, Ino. Jadi yah ... aku pergi sendiri."

Mengangkat bahu dengan ringan, menjawab acuh tanpa peduli dengan Ino yang berteriak padanya.

"Tetap sajaa. Kau seharusnya menungguku."

"Baiklah, aku akan melakukannya lain kali." Katanya.

Hinata tidak berniat untuk berdebat dengan Ino mengenai masalah sepele ini.
Mengerling pada Shikamaru yang tersenyum asal, hanya sesingkat itu dan Hinata masuk ke mobil hitam milik Shikamaru tanpa permisi.
Hinata mendapat ijin cuti satu hari dari paman Minato untuk mengunjungi makam ibunya, dan biasanya mereka akan datang ke rumah Hinata untuk membuat kekacauan disana.

"Dimana Shion dan Naruto ?"

"Sedang menunggu di rumah."

Katakan saja jika mereka sedang pacaran, Hinata mendengus remeh atas pikirannya.
Banyak yang salah paham pada apa yang terjadi pada mereka, termasuk tentang Naruto yang mendapat status sebagai mantan pacarnya, atau Shion yang kini berstatus sebagai pacar Naruto.
Mereka tidak serumit itu .
Hinata putus dari Naruto dengan sangat baik dan damai, lalu apa salahnya jika sekarang Naruto pacaran dengan Shion ?
Di titik itulah biasanya terjadi asumsi publik yang kelewat liar.

"Hinata, kau ambil cuti berapa hari ?" Ino bertanya.

"Hanya satu hari."

"Ckk, tidak seru. Padahal aku mau mengajakmi ke Kyoto."

Hinata tersenyum kikuk, mengusap belakang kepalanya saat mendengar rencana Ino.

"Lain waktu saja." Sahutnya dengan bijak.

Shikamaru melirik lewat spion, membuat Hinata melemparkan tatapan mata bertanya yang hanya dibalas senyum malas dari lelaki itu.
Jika firasatnya tidak salah, Shikamaru pasti sedang merencanakan sesuatu dalam otak pintarnya, entah apa itu.
.
.
.
Vote pleasee ❤❤

DIAMONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang