Douchebag #29

26.4K 984 57
                                    

Writing this chapter since: 30 November 2014

sorry di chapter yang lalu kalau aku ada nyakitin perasaan directioner. saya cuma menyampaikan pendapat dan sebenarnya menurut saya sendiri itu louis itu ganteng kok. cuma wajahnya gimana gitu pas berewokan hahah.

___________________

Douchebag #29

(Not edited)

__________________

YESSA

AKU bukanlah anak yang paling rajin jika sudah ada yang namanya belajar. Nilai paling tinggi selama aku berada di SMA hanyalah B+, itupun dalam pelajaran olahraga, belum lagi Matematika. Aku tidak pernah suka pelajaran ini, dari semenjak aku kecil sampai sekarang.

Malam ini aku terpaksa harus mengerjakan PR Matematikaku yang walaupun hanya 5 soal malah terlihat seperti 100 soal bagiku. Tidak adanya Wendy membuatku semakin susah, dialah satu-satunya temanku yang sudah pasti bisa mengerjakan soal seperti ini. Apa mungkin aku menelponnya saja ya? Ah, sebaiknya tidak usahlah. Masa aku minta jawaban padanya, nampaknya seperti gadis paling bodoh di dunia ini yang hanya mengandalkan kecantikan saja.

“Argh!” Aku berteriak sambil menjambak rambutku sekuat mungkin, ingin sekali rasanya aku mengeluarkan beban di kepalaku selama menghitung tadi tapi bagaimana caranya? Menarik rambut bukan membuatnya semakin mudah, tapi malah sakit.

Pintu kamarku melayang terbuka dan Mom sedang berdiri di situ dan menatapku dengan aneh, “Yessa! Apa-apaan ini?!”Ia menunjuk ke sekeliling kamarku dengan matanya yang melotot. Aku baru sadar ternyata aku telah membuat sampah-sampah kertas di lantai. Mom mengambil salah satu dan membuka isinya, sebuah senyuman miring tersungging di bibirnya dan itu membuatku penasaran. Itu kan cuma kertas bekas menghitungku tadi?

“Oh, jadi begitu. ‘Roland dan Yessa’, hm?”

Pipiku terasa sangat panas saat ia mengatakan itu dengan seringainya. Oh! Aku paling anti dengan yang namanya diledeki seperti itu dan Mom adalah wanita yang sangat terobsesi dengan kisah cinta remaja, terutama kisah cintaku! Dan dia pasti akan memperlakukan pacarku dengan manis, apalagi pria setampan Roland, siapa yang tidak mau memeluknya?

“Kupikir kau tidak terlalu menyukainya, ternyata aku salah.” Ujar Mom, “Hmm, sepertinya Yessa kecilku sedang jatuh cinta.” Mom terkekeh dengan perkataannya sendiri, tapi itu malah membuatku wajahku semakin merah.

“M-Mom, kau terlalu berlebihan.” Dan aku malah menunjukkan bahwa aku sendiri sebenarnya gugup dan malu. Memang aku bukanlah yang terbaik dalam menyembunyikan emosi.

“Bahkan anakku sendiri segan untuk menceritakan tentang pacarnya padaku.” Ibuku memutar bola matanya kemudian dia tersenyum dan berjalan keluar dari kamarku dengan membawa surat itu. Aku menarik nafas lega, untung saja Mom tidak menggodaku terlalu jauh, kalau tidak aku bisa mati karena malu. Tapi kata-kata Mom membuatku sedikit agak merasa bersalah, bukannya aku tidak mau menceritakan tentang masalah cintaku padanya, hanya saja aku tidak terbiasa lagi dengan hal itu semenjak setahun yang lalu...

Walaupun aku merasa aku telah jatuh cinta pada Roland, tapi tetap saja aku merindukannya. Aku sangat merindukannya. Jericho.

Setetes air mata jatuh ke pipiku, aku segera mengelapnya dengan telapak tanganku. Tiba-tiba laptopku yang ternyata masih hidup itu mengeluarkan suara aneh, di situ menunjukkan aplikasi Skype dan seseorang menelponku dan fotonya adalah... Ya ampun Julian! Itu Julian! Dia menelponku.

Mr. & Ms. PopularTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang