Tengah malam, Joan lirik jam dilayar handphone nya yang kini menunjukkan pukul 11.48, hampir pukul 12 dan ia masih berada di antara kerumunan orang yang sibuk mengamati bagaimana dua pembalap saling beradu kecepatan dijalanan lengang.
Ia disana sejak beberapa waktu lalu atas tawaran Nathan dan Danish, ah bukan juga, paksaan lebih tepatnya.
Ia tepuk pundak Nathan yang kebetulan berada disebelahnya, pamit untuk pulang lebih dulu, diiyakan oleh sosoknya meski cemoohan Danish sempat ia terima dulu
"Cupu amat jam segini pamit pulang, baru juga 1 puteran yang main"
Begitu kira-kira
"Iya lo bisa ngomong gitu karna idup lo bebas, kalo gue? Bisa aja malah kena tebas"
Dengan begitu, punggung Joan semakin menjauhi arena balap liar itu, biasalah, namanya juga rasa penasaran anak muda, apalagi dalam konteks diajak teman, pasti iya-iya saja.
Setelah menutup gerbang rumah, barulah ia sadar bahwa mobil Ayah sudah terparkir dihalaman, belum masuk garasi menandakan mereka belum lama sampai, Joan lanjutkan langkah dan masuk lewat pintu garasi.
Hangat menyelimuti, setelah beberapa saat menerjang angin malam lantas masuk kedalam rumah, hawanya mulai bercampur.
Jaket denim nya ia tenteng ditangan kiri, melangkah pelan hendak menuju kamar, ia sudah paham konsekuensi yang akan ia dapatkan, maka ketika sapaan Ayah yang lebih pantas disebut ucapan sarkas terdengar, ia tak lagi heran.
"Kelayapan kemana kamu?"
Tak biasanya Adhit bertanya-tanya, tak bisakah Ayah nya itu kembali seperti biasanya saja yang tak mengurusi kehidupannya?
"Main"
"Main?" Adhit mendecih pelan, "jam segini kamu dengan santai jawab main? Tau waktu nggak kamu? Atau emang nyari perkara sama Ayah, iya?"
"Joan diajak temen, Yah"
"Kemana?"
"Dirumah temen"
"Dirumah apa nonton balapan?"
Mampus, habis sudah dirinya.
"Dua duanya"
Mulut sialan, rutuknya pada mulutnya yang dengan santai menjawab Adhitya.
"Nggak kapok juga rupanya, diliat-liat makin kurang ajar juga kamu"
"Ayah mau Joan jelasin dari awal sampai akhir juga nggak akan memaklumi alesan Joan, kan?"
"Ayah bilang semua ke kamu biar kamu sadar diri, bukan makin begini kelakuannya"
"Joan dari awal emang udah nggak ada sisi baiknya dimata Ayah"
Adhitya geram, entah dapat darimana keberanian bungsunya malam itu, semua perkataannya dijawabnya dengan jawaban yang menurutnya sendiri sangat menjengkelkan untuk didengar.
"Mana sini kunci motor"
"Besok Joan sekolah naik apa?"
![](https://img.wattpad.com/cover/215599223-288-k242107.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Equanimity✓
Fanficrevisian dari judul lama 'Lee Jeno' ⚠️mental disorder, toxic parent, selfharm, etc⚠️ lokal alur banyak perubahan yang tidak nyaman atau kurang minat, diperkenankan menjauh dari sekarang, thanks.