; Ragu

4.3K 480 36
                                    

Ragu, inginnya iya tapi hatinya bilang tidak, Adhitya belum berani putuskan untuk itu. Kalimat dokter yang sungguh membuatnya seakan hilang arah dalam sekejap namun kembali ditarik pada realita yang ada.

Hematoma subdural.

Istilah penyakit yang begitu asing ditelinga kini harus ia ketahui secara paksa, tapi kenapa? Kenapa perantaranya harus Joan?

Sibuk Adhitya menggulirkan pencariannya untuk mendapatkan penjelasan yang pasti, tapi tetap saja, membingungkan, tidak semua bahasanya dapat ia tangkap, namun inti besarnya ia tetap paham.

Menurut yang sudah Adhitya amati, memang beberapa ciri sebagai penanda penyakit tersebut ada pada Joan, dimulai dari beberapa hari setelah ia marah besar sebab ia memergoki Joan merokok dirumah, anak itu sudah menampilkan sesuatu yang tidak biasa.

Melantur, ia beberapa kali memasang kuping untuk sekedar mencuri dengar percakapan Melvin dengan Joan, dimana Joan sendiri tak jarang melantur, atau dengan demamnya Joan yang tidak hanya satu dua kali berturut-turut juga dengan kurun waktu yang sangat singkat, belum lagi cara jalan Joan yang tertatih seperti kesusahan, selayaknya apa yang ada dibacaan dalam website yang ia buka.

Hingga datang saatnya, dua hari lalu, dimana nomor asing terpampang jelas beberapa kali hingga memenuhi notifikasi panggilan tak terjawab, yang ternyata adalah Elio, mengabarkan bahwa Joan berada di rumah sakit, awalnya tak percaya begitu saja, namun Melvin memaksanya untuk cepat memeriksa langsung kesana membuktikan.

Bukan bualan, bukan juga drama, benar adanya, Elio terduduk menunggu kedatangannya, ia langsung menuju ruang dokter yang memeriksa Joan berada, entah berunding apa hingga menghasilkan kesimpulan yang masih mengambang.

Namun melihat Joan yang mulai menampakkan perubahan diri membuat Adhitya memilih untuk mengiyakan, tindakan operasi.

Sekembalinya Joan dirumah pun tidak merubah apapun, kecuali Melvin yang lebih protektif pada adiknya itu.

Setau Adhitya dari laman yang ia baca, penyakit yang Joan terima itu bisa diakibatkan oleh benturan, dan kini ia coba memutar kembali ingatan pada beberapa waktu lalu saat ia tanpa perasaan membenturkan kepala Joan pada kayu gazebo belakang, bodoh, begitu ia merutuk pada diri sendiri.

Adhitya sempat bertanya pada Elio sebelum bocah itu pamit pulang dimalam itu

"Awalnya gimana?"

Elio menggeleng, "tiba-tiba pingsan, Om"

"Tapi pipinya merah, dideket bibirnya juga kaya ada bekas luka, dia berantem atau apa? Jujur aja, saya nggak akan marahin kamu"

Lagi Elio menggeleng, "Joan nggak berantem, dia dipukul orang"

Adhitya tertegun, putranya sampai dipukul oleh orang lain, bagaimana bisa?

"Siapa?"

"Maaf Om, gara-gara saya"

"Coba cerita dulu duduk sini"

Begitu Adhitya tuntun Elio untuk duduk disebelahnya dan menceritakan perkara awal, dari ia ditantang balap dengan Bian, Bian yang kecelakaan, hingga dimana Bara yang salah mengira kalau Joan itu Elio -- yang sebenarnya ia cari.

Sebatas itu, Elio tidak berani untuk menyinggung masalah Joan yang dilecehkan Bara, sama sekali tidak berani, takut-takut ia nantinya salah ucap dan Adhitya salah tangkap.

"Ayah?"

Adhitya fokuskan atensi pada Joan dihadapan yang baru saja memanggilnya pelan

"Iya? Mau apa?"

Equanimity✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang