; Ada apa

4.1K 491 22
                                    

Bohong kalau Adhitya bilang ia sungguhan mengusir Joan, tidak, karena bagaimanapun juga Joan tetaplah putra bungsunya, meski kenyataannya Joan tidak bisa mencicipi rasanya sebagai bungsu yang sebagian besarnya Adhitya tau selalu diunggulkan dalam keluarga, dimanja, istilah jelasnya, walaupun tidak semua begitu.

Dua hari setelah Joan benar pergi ia mulai sibuk mencari bantuan kenalannya untuk turut serta mengabarinya apabila tak sengaja berpapasan dengan Joan, Melvin bertanya pada anak kelasnya pun tidak ada yang tau.

Joan itu tipikal anak yang tidak pernah bersosialisasi dilingkungan sekolah, hampir tidak pernah keluar kelas kalau bukan karna perihal penting, malas, katanya. Jadi tak heran, Melvin harus bersabar lebih untuk cepat mendapat informasi adiknya.

Handphone nya bahkan terakhir aktif ketika ia spam chat sekitar dua atau tiga hari yang lalu, tepat dihari saat Joan pergi, itupun hanya di baca dan tidak satupun pesan balasan yang diberikan.

"Nggak ada yang tau, udah Melv tanya anak-anak yang kiranya tau Joan, Yah, nggak satupun mereka tau"

Adhitya menghela nafas lelah, ia baru saja mendudukkan diri disofa selepas pulang kerja, disambut celotehan Melvin yang masih membicarakan tentang bagaimana pencarian Joan yang terhambat komunikasi.

"Udah Melvin, kamu jangan terlalu mikirin masalah ini, biar semua sama Ayah"

Balasnya berharap Melvin berhenti sejenak membahas masalah ini, jujur benak Adhitya juga tak kalah jenuh, rasa khawatirnya bahkan sudah tak lagi bisa dijabarkan, penuh pertanyaan juga pernyataan yang kenyataannya belum terjawab pasti, hampir tidak ada titik terang, suram.

"Kalau aja Ayah nggak usir Joan, nggak akan gini"

Lagi, Adhitya paham, terlampau paham jika ini terjadi karna keegoisannya, tapi bisakah? Bisakah Melvin berhenti menyalahkannya seolah setelah kejadian ini terjadi Adhitya hanya diam?

Hey, Adhitya juga mengeluarkan usaha sebisanya agar Joan kembali, ini bukan maunya, pikirnya, malam itu, Joan akan kapok dan tak lagi mengulangi kesalahannya untuk ikut balap liar lagi, apalagi menjadi candu, Adhitya tak suka.

"Kalau Joan sampai --"

"Stop!"

Melvin terdiam ketika teriakan sang ayah memotong ucapannya.

"Stop bicarain hal yang bikin Ayah tambah pusing! Kamu liat Melvin, liat! Kalo Ayah emang nggak peduli sama Joan, Ayah juga nggak akan sudi minta bantuan orang-orang diluar sana buat cari adik kamu!"

Adhitya raup wajah frustasi lalu bangkit dari duduknya

"Tolong, hargai usaha Ayah yang emang nggak seberapa ini, dan juga, Ayah minta maaf"

Adhitya berlalu, lelah selepas bekerja, belum beban pikiran yang lain menumpuk membuat badannya panas, ia akan mandi, setidaknya mungkin bisa menyegarkan otak barang sebentar saja.

Dilain sisi, Joan sibuk pada kegiatannya, membaca buku yang ada dikamar Elio itu, terhitung berapa hari sudah?

3 atau 4 hari sudah terhitung ia ijin tidak masuk sekolah berturut-turut, pasti akan menimbulkan kecurigaan pada seisi kelas, tapi ia tidak peduli, Elio yang menyuruhku untuk diam dirumah.

Equanimity✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang