; Semoga

6.1K 615 19
                                        

Kegaduhan yang Joan dan Melvin ciptakan nampaknya terdengar sampai kamar Ayah, terbukti dengan kehadirannya diambang pintu kamar, ah iya, Joan dan Melvin sudah berada didalam kamar sejak beberapa saat lalu, Melvin memaksa Joan untuk masuk sebab tak ingin hal-hal seperti tadi terulang lagi.

Joan sudah lebih tenang dibanding tadi, bahkan ia sudah Melvin paksa untuk menggunakan sweater, tubuhnya benar-benar dingin tadi dalam genggamannya.

"Kalian ngapain sih berisik banget, masih jam 3 pagi loh ini"

"Maaf, Yah, hehe, tadi Melvin seneng aja Joan kalah main game"

Adhitya paruh baya percaya? Tentu tidak.

"Tidur! Jangan bikin ribut, Melvin balik kamar kamu sana!"

"Iya sebentar."

Adhitya beranjak menyisakan Melvin yang bernafas lega, lain halnya dengan Joan yang hanya diam tak bergeming, terlalu bingung untuk bereaksi dan merespon sekitar, tidur pun sudah tidak nyaman lagi untuknya, isinya, mengerikan.

"Tidur, Joan."

"Berisik, nggak mau."

Melvin paham, lantas ia mengambil posisi ditepi kasur membuat Joan kian terpepet pada tembok.

"Pat pat sounds good?"

"Joan bukan bocah lagi."

"Pfft, you are still my little brother even when where old, Joan.. c'mon, i will hug you too, tightly."

Melvin menepuk sisi sebelahnya yang tersisa sedikit celah kosong, tak ada salahnya juga sekalipun Joan menurut, lantas ia menggeser posisinya yang mana dekapan hangat milik sang kakak langsung melingkupi.

Tak jarang memang ia mendapatkan ini, tapi entah kenapa, rasanya selalu sama, mungkin sedikit menggelikan untuk seukuran umur mereka sebagai kakak adik namun masih sering berpelukan, padahal, tidak seburuk itu.

"Tidur, besok gausah sekolah dulu"

"Mau banget bikin Ayah makin marah ke aku, Abang?"

"Gausah ngeyel, nanti Abang yang bilang sekalian bikin surat, kamu dirumah aja"

"Joan nggak kenapa-kenapa loh"

"Jangan rewel, Joan, ini badan kamu tambah demam, tidur."

Mutlak perintahnya Melvin, maka Joan menurut, lagi.

Tak hentinya Melvin usap rambut Joan dalam dekapan, lucu adiknya ini, sesekali ujung bibirnya tertarik kecil mengingat bagaimana Joan kecil dalam asuhannya, nakal!

Iya, Joan pernah nakal pada masanya, sampai dimana didikan Ayah semakin tegas nan keras, membuat hubungan adik kakak antara Melvin dan Joan merenggang perlahan, Joan yang mulai paham akan tuntutan kerja dunia, dan Melvin yang tak bisa berbuat banyak selain mengusahakan semua agar tetap sama seperti sebelumnya.

"Abaaang liat, ih kucingnya lucu!"

Melvin terkekeh, ia ingat beberapa saat setelahnya kucing itu Ayah buang keluar rumah membuat Joan cemberut dengan hidung yang memerah dan bersin-bersin tanpa henti.

"Bandel ya kamu, Joan? Sudah Ayah bilang jangan main kucing, liat? Merepotkan saja."

"Bukti Ayah masih merhatiin kamu, Joan, yang suka marah-marah kalo ada kucing dirumah itu Ayah, bukan karna Ayah nggak suka kucing, tapi karna Ayah tau kucing itu bakal bikin alergi mu kambuh"

"Ayah bukan benci kamu, dia cuma bingung menjabarkan perasaan dia, pikirannya mungkin bilang kalo Ayah sayang kamu, tapi gengsi sama ego tingginya mendominasi"

Equanimity✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang