(5). RUBAH YANG KERAS KEPALA

73 3 0
                                    


Di hutan yang lebat dan indah dengan berbagai pepohonan yang tinggi menjulang, hewan-hewan selalu melakukan segala sesuatu sesuai dengan waktu yang telah mereka tentukan. Mereka bangun pagi untuk berburu. Jika malamnya mereka terlambat tidur, lalu bangun kesiangan, mereka tidak akan kebagian makanan. Para penghuni hutan ini sangat berdisiplin dalam kehidupan sehari-harinya, terutama jika ada urusan dengan singa. Jika ada hewan yang terlambat, tidak sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan, si raja hutan ini akan marah dan tidak segan-segan memangsa hewan yang tidak menepati janji.

Pada suatu hari, tidak biasanya singa menunggu kera yang telah berjanji akan datang tepat waktu, tetapi ternyata sangat terlambat. Setelah lama ditunggu, akhirnya kera datang dalam keadaan sangat lelah. Sambil ketakutan, ia meminta maaf kepada singa.

"Mengapa kamu datang terlambat, kera?".

"Maaf, Baginda Raja. Jalan-jalan di hutan sekarang menjadi sulit dilalui. Setiap saya melalui satu jalan, saya kesasar atau ternyata jalannya buntu, makanya saya beberapa kali kesasar".

"Keluhan seperti ini selalu berulang disampaikan oleh para hewan. Kita harus melakukan sesuatu untuk memecahkan masalah ini".

"Kuda adalah hewan yang paling tepat untuk memecahkan masalah ini karena ia berpengalaman dalam menempuh berbagai jalan".

"Baiklah, panggilkan kuda agar ia menghadap".

Kuda itu pun menghadap singa. Si raja hutan ini menjelaskan masalahnya dan memberi tugas kepada kuda untuk mencari cara memecahkan masalah tersebut.

Kuda langsung pergi untuk memeriksa jalan-jalan di hutan, untuk mencari tahu masalah langsung di tempatnya. Setelah beberapa lama, kuda kembali menghadap singa dan menyampaikan laporan sesuai dengan apa yang ia lihat.

"Apa yang kamu temukan, kuda?".

"Masalahnya adalah, beberapa hewan membangun rumahnya di tepi jalan secara sembarangan, tidak beraturan, bahkan di antara mereka ada yang mendirikan rumah benar-benar di tengah jalan".

"Lalu apa solusinya menurutmu?".

"Menurutku, rumah-rumah hewan itu harus ditata ulang agar jalan di hutan menjadi teratur dan dapat terlihat dengan jelas".

"Aku akan mengeluarkan keputusan untuk menghancurkan rumah yang menghalangi jalan".

Keputusan si raja hutan itu pun segera disebarluaskan ke seluruh hewan. Kuda dengan bijak menjelaskan pentingnya mengatur jalan karena diperlukan oleh seluruh penghuni hutan. Para hewan pun segera memindahkan rumahnya ke tempat baru, jauh dari jalan, kecuali para rubah yang enggan untuk memindahkan rumahnya.

Kuda pergi menemui para rubah dan meminta mereka agar mematuhi perintah sang raja. Apa yang diperintahkan itu adalah untuk kepentingan umum, kepentingan seluruh hewan, penghuni hutan.

"Apa urusan kami dengan kepentingan para hewan?", kata para rubah, "Memindahkan rumah itu merepotkan kami".

"Para hewan akan membantu kalian".

"Kami tidak menginginkan bantuan dari siapa pun".

Kuda itu pun pergi menghadap singa dan melaporkan perihal para rubah.

Singa sangat marah. Ia putuskan untuk pergi sendiri untuk menghukum para rubah itu dan memangsa siapa saja yang membangkang.

Ketika singa siap-siap untuk pergi, gajah datang menemuinya seraya berkata,

"Saya lihat Baginda Raja murka, ada apakah gerangan?".

"Para rubah bersikukuh membangkang terhadap perintahku dan merusak tatanan hutan. Aku telah memutuskan untuk menghukum mereka".

"Hukuman seperti apa yang telah Baginda Raja putuskan?".

"Aku akan bunuh siapa saja di antara mereka yang membangkang dan mungkin aku akan memangsanya".

"Sebentar, Baginda Raja. Bolehkah saya bertanya kepada kuda?".

"Silahkan".

"Apakah kamu dapat merancang jalan di hutan yang jauh dari rumah-rumah rubah?".

"Ya, aku dapat melakukannya walau sedikit sulit".

"Kalau begitu, usahakan untuk melakukan itu. Biarkan para rubah tetap tinggal di rumah-rumahnya. Kelak mereka akan mendapatkan balasan dari sikap keras kepalanya itu".

Akhirnya kuda membangun jalan di hutan yang jauh dari rumah-rumah rubah. Rute jalan yang baru ini sangat menguntungkan para hewan. Mereka kini dengan mudah dapat bepergian ke sana ke mari tanpa rintangan. Kemudahan ini tidak dapat dinikmati oleh para rubah. Mereka sekarang sangan sulit untuk bergerak dan berpindah ke tempat lain. Untuk mencapai jalan yang baru sangat sulit dan melelahkan.

Pada suatu malam, para hewan terbangun dari tidurnya karena terjadi kebakaran yang sangat dahsyat. Para unggaslah yang memberikan peringatan kepada para hewan sehingga dengan sigap mereka membawa air dan menuangkannya ke atas kobaran api.

Kebanyakan hewan selamat dari musibah ini. Rumah mereka pun luput dari jilatan api. Lain halnya dengan para rubah. Mereka tidak dapat menolong diri mereka sendiri dan para hewan lainnya pun tidak dapat menolong mereka.

Kebakaran hebat pada malam itu benar-benar membuat para rubah menderita. Rumah-rumah mereka habis tidak bersisa. Anggota keluarganya banyak yang mati karena mereka sulit melarikan diri dan para hewan juga sulit untuk menjangkau mereka. Jalan baru jauh dari lokasi rumah mereka dan untuk mencapai rumah mereka sangat sulit.

Setelah api berhasil dipadamkan, para korban dipindahkan, gajah dan kuda datang untuk menjenguk hewan-hewan yang terkena musibah, di antaranya ketua para rubah.

"Kami datang untuk bertakziah dan menyampaikan belasungkawa", kata kuda

"Terima kasih, kuda. Sekarang aku baru menyadari betapa berharganya nasihatmu tentang pentingnya menata rumah. Sayangnya kesadaran ini harus dibayar mahal".

"Dengan adanya pengalaman ini, apa nasihatmu untuk para hewan lainnya, rubah?", tanya gajah.

Dengan mata berlinang, ketua para rubah itu berkata, "Hindari sikap keras kepala. Orang keras kepala bisa celaka".

* * *

50 CERITA ANAK INSPIRATIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang